Anda Orang Minang? Maaf, Belum Saatnya Menjadi Presiden

Tim Sukses SBY kembali membuat blunder yang merugikan SBY sendiri. Setelah Ruhut dengan isu rasialisnya (Arab), sekarang giliran Andi Mallarangeng yang membuat isu rasialis yang lain. Dalam kampanye di Makassar 1 Juli 2009, Andi Mallarangeng mengatakan belum saatnya orang Sulawesi Selatan menjadi Presiden. Pernyataan yang diarahkan ke JK itu membakar amarah warga Sulsel dan juga sebagian warga negeri gemah ripah loh jinawi ini yang tersinggung dengan pelecehan tersebut. Saat ini diskusi-diskusi panas terus berlangsung di forum-forum diskusi di dunia maya membahas pernyataan Andi Mallarangeng ini. Ada kemungkinan blunder Mallarangeng bersaudara ini akan menyusutkan suara SBY pada Pilpres 8 Juli mendatang. Walllahu alam.

Ingat lho, orang Sulawesi Selatan itu terdiri banyak suku, ada Bugis, Makassar, Mandar, Selayar, Toraja. Itu belum dihitung suku-suku di Sulawesi lainnya yang terikat secara historis dan kultural dengan saudara mereka di Sulsel, seperti Buton, Muna, Kendari, dan lain-lain.

Mengingat JK istrinya “urang awak” alias orang Minang, maka sentimen etnis juga bisa bergerak ke Sumatera yang dihuni oleh puak Melayu.

Secara implisit pernyataan Andi Mallarangeng juga berarti orang suku-suku lainnya, belum saatnya menjadi Presiden. Jadi, jika saat ini ada Capres “urang awak”, maka mohon maaf anda harap bersabar saja, karena anda belum waktunya. Kapan? Tanya saja ke Andi Mallarangeng bersaudara.

Pos ini dipublikasikan di Indonesiaku. Tandai permalink.

22 Balasan ke Anda Orang Minang? Maaf, Belum Saatnya Menjadi Presiden

  1. kompilator.malam berkata:

    Wew, padahal semasa 1950-1959 banyak perdana menteri kita yang orang Minang, malah salah satu proklamator orang Minang.

  2. pebbie berkata:

    padialah.. 😀

  3. Emang itu pernyataan bodoh dari tim sukses (apa tim gagal ya?) SBY…

    Semakin jelas dukungan ke arah mana 😀

  4. daeng limpo berkata:

    Sebagai warga negara Indonesia, saya menyatakan sangat kecewa dengan pernyataan seorang Andi Mallarangeng yang bergelar DOktor Ilmu Politik sekaligus sebagai Juru bicara Presiden (incumbent) SBY. Mengapa saya begitu kecewa dengan beliau, karena beliau secara langsung maupun tidak langsung telah menganggap orang Sulawesi Selatan sebagai warga negara kelas dua di negeri ini.
    Andi Mallarangeng mencoba berkilah dengan menyatakan bahwa pernyataannya itu bukanlah pernyataan Rasialis. Coba anda simak, bagaimana jika seseorang menganggap dan berkata bahwa,

    orang dari suku A belum saatnya menjadi pemimpin di negeri ini….?

    bukankah sama artinya dengan menganggap orang dari suku tersebut sebagai warganegara kelas 2, karena tidak diberi kesempatan yang sama….?. Hentikan silat lidah anda bung Andi, bagaimanapun pernyataan anda tersebut telah mengiris dada setiap kami yang menganggap bahwa negara ini bukan milik suku A atau suku B, bukan milik agama A atau agama B tetapi negara ini milik kita bersama, rakyat Indonesia.

    Saran saya, minta maaflah kepada rakyat Sulawesi Selatan yang telah anda sakiti hatinya. Permohonan maaf juga adalah bentuk JIWA BESAR seorang pemimpin, jika untuk hal tersebut saja anda tidak meminta maaf bagaimana bisa anda mengatakan bahwa diri anda seorang yang berjiwa satria, dan itu juga berarti bahwa pemimpin anda telah salah memilih orang sebagai juru bicaranya (mungkin belum saatnya juga anda jadi jubir pak SBY…?)

    Salam.

  5. fanz berkata:

    saat nya sumando urang minang memimpin 😀

  6. bodrox berkata:

    Lha Habibie aja pernah jadi presiden. AM itu bener-bener membuat blunder besar…

  7. Joe berkata:

    Setelah memutar lagi pernyataan Andi Mallarangeng di Youtube menurut saya tidak ada yg SARA kalau dilihat secara utuh dan melihat konteks dia sedang kampanye.

    Ada yang tersinggung entah dipanas2i tanpa mendengar langsung yg dikatakan Andi Mallarangeng ataupun mendengarkan langsung tapi punya persepsi berbeda.

    Sayangnya Andi Mallarangeng tidak mau meminta maaf padahal meskipun dia tidak bermaksud begitu cukup wajar untuk meminta maaf.

    Anyway saya bukan pendukung salah satu capres dan gak nyoblos kali ini karena telat daftar 😛

  8. rosa berkata:

    Bapak ini A ini pas debat capres di tvone sebagai tim sukses aja bagi saya sudah tidak punya etika karena selalu memotong pembicaraan tim sukses lain untuk membela diri tidak jelas. Sampai ada tim sukses capres yang menegur, tapi tetap aja dia begitu. Mungkin aja orang minang dan sulawesi dianggap imigran Pak sama Pak A he he he he he……..

  9. Anwar berkata:

    Pak Rin, bukannya membela AM. Hanya setelah saya coba baca statement-nya, rasanya tidak seperti yang digembar-gemborkan media dan orang-orang yang menyerang AM.

    Rasanya justru AM meminta orang bugis, juga yang lain, jangan rasialis dengan hanya mendukung pasangan sesuai kesamaan suku, namun pilih yang terbaik berdasarkan nilai dan prinsip. Nah menurut AM, saat ini yang terbaik adalah SBY, bukan JK yang orang Makasar. Jadi konteksnya bukan orang bugis makasarnya, tapi yang terbaiknya.

    Berikut transkrip AM dari rekaman TV-One (http://politik.vivanews.com/news/read/72262-inilah_pidato_kontroversial_andi_mallarangeng) :
    “…….Ada juga begini, kenapa Andi Mallarangeng tidak mendukung calon presiden yang orang Bugis?

    Saya jawab begini, saya jawab begini, ada pepatah Bugis bilang begini, ‘maradeka to ugi’e, adekmi ripopuang’.

    Orang Bugis Makassar, orang Toraja, orang Batak, merdeka, hanya adat yang diperkuat, hanya hukum, hanya prinsip, hanya nilai-nilai yang diperkuat, bukan kekuasaan, bukan orang perorang.

    Kita harus obyektif, kita harus obyektif, memilih yang terbaik. Kita ini sekarang ini bukan memilih gubernur Sulawesi Selatan.

    Siapapun dia, darimanapun dia, suku bangsanya apapun dia, yang penting yang terbaik.

    Kalau kita sendiri tidak memilih yang lebih baik, maka, rusaklah kita. Kalau kita gagal siapa yang rugi? Kita juga semua!

    Bagaimana dengan anak Sulawesi Selatan? Ada waktunya masing-masing.

    Waktunya masih banyak, banyak orang Sulawesi Selatan yang bisa jadi pemimpin negeri ini. Sekarang ini, sekarang ini yang terbaik adalah SBY-Boediono.”

  10. rinaldimunir berkata:

    @anwar: perhatikan kalimat tsb: “Bagaimana dengan anak Sulawesi Selatan? Ada waktunya masing-masing.” Kalau AM menyebut begini “Bagaimana dengan JK? Ada waktunya …”, saya kira itu tidak masalah, kan kampanye, hanya saja karena dia menyebut Sulawesi Selatan maka ini sudah menyangkut etnis. Jelas orang Sulsel tersinggung, sebab pernyataan itu setara dengan ” belum waktunya orang Sulsel menjadi presiden” yang melecehkan mereka.

  11. Edi berkata:

    saya yang orang jawa geli juga denger si Malarangeng ngomong…
    lha wong saya yang orang Jawa pengin sekali-kali ada presiden yang non Jawa yang memimpin 1 periode atau lebih, bukan untuk masa peralihan (habibie) atau masa darurat (Safrudin Prawiranegara— orang mana ya ini?)

    • urun moncong berkata:

      Safrudin urang Minang, salah satu proklamator orang Minang,dll masihbanyak lagi tak perlu disebutkan satu persatu. Majalah tempo dalam satu edisi khususnya bahkan menyebut 6 dari 10 orang Indonesia paling berpengaruh di awal berdirinya republik ini hingga tahun 60-an adalah orang-orang Minangkabau. Bandingkan dengan jumlah populasinya yg “hanya” 3-4% dari populasi Indonesia, ini nyata pencapaian yg luar biasa…!

  12. Ping balik: Pemilih.com

  13. dhany berkata:

    – Semua orang makassar belum saatnya jadi presiden
    – X orang minang
    ==> X belum saatnya jadi presiden?????

    Kayaknya ada logika yang salah disini deh Pak..
    Ato mungkin logikanya udah bener yah? hehehe. terserah apa kata Pak Dosen aja deh…

    Hidup Minang! Minang for President! Kalo gak Minang lebih baik Golput!!

  14. limaapril berkata:

    saya melihatnya dari perspektif agak berbeda sih pak …

    saya sendiri kalo ditanya, apakah PSPS Pekanbaru ( saya orang pekanbaru, pak) sudah layak menjadi juara Liga Indonesia,pasti saya menjawab “belum saatnya lah”. Jika ditanya apakah timNas sudah mampu menjuarai,,ups sori lolos kualifikasi piala dunia taun depan , saya pasti jawab ” belum bisa”.

    Jadi yang ingin saya katakan disini, perspektifnya adalah berpikir objektif. Saya orang riau, tp saya berpikir objektif, dan berdasarkan fakta yang ada , saya yakin PSPS mungkin belum bisa jadi juara ligina,karena saya sadar pengalaman , komposisi pemain, kualitas dan dana sekarang belum mumpuni. Apakah saya tidak cinta dgn PSPS Pekanbaru, big NO. Saya cinta. Tapi saya objektif .

    Menurut saya , sampai bung AM berkata demikian, barangkali beliau yg juga orang dari daerah sana, mengetahui sesuatu yg tidak kita ketahui sehingga statement itu berani ia keluarkan. Tidak ada bukti itu benar tp belum ada fakta bahwa itu salah.

    Objektif dan SARA itu dua hal yang berbeda, apalagi primordialisme dan fanatisme. Menurut saya, media punya andil untuk membentuk opini dan itu tidak bs disalahkan.

    Yang ingin saya katakan, kita harusnya gak boleh terlalu termakan hal-hal seperti itu. Lagipula, melihat keadaan sekarang , saya rada miris, giliran calon incumbuent berbuat salah, pemberitaannya dibesar2kan, begitu yg laen mah ga terlalu. Kalo isu sara2 di bawa2 , toh klaim salah satu pasangan yg mengklaim ” pasangan nusantara” ya bisa2 aja dikaitkan dengan SARA … apa maksudnya asal usul daerah dibawa2 sampe jadi moto segala ? Istri salah satu pasangan dibilang beragama lain selain agama yang sebenarnya ?

    Sekali lagi, objektif dan SARA adalah dua hal yang berbeda. Itu opini saya

    -saya bukan pendukung manapun , toh saya jg sedang KP di pulau lain dan tidak sempat mengurus surat lainnya untuk keperluan memilih –

  15. rinaldimunir berkata:

    @limaapril: contoh analogi kamu kurang tepat, membandingkan klub sepakbola dengan etnisitas. Masalah etnisitas adalah masalah primodial yang menyangkut harga diri sebagai sebuah komunal, sedangkan klub sepakbola adalah masalah prestasi.

    @dhany: ya disambung-sambungkan saja logikanya, Dhany. Sulsel adalah contoh kasus saja. Tafsirannya bisa kemana-mana.

  16. limaapril berkata:

    kalo kurang tepat,,, berarti ada benarnya juga ya pak ? Hehe.. sebenarnya saya sengaja ambil contohnya itu klub2 di Indonesia sehingga justru malah jadi pas. Karena entah mengapa fanatisme terhadap klub sepakbola diIndonesia menjadi berhubungan dengan etnis.

  17. darmawan berkata:

    Perdana menteri I : sjahrir
    Wapres I : hatta

    dari 3 founding father 2 diantaranya minang.. cukup lah Pak ; ^)

  18. trusmansjah berkata:

    @Edi: Sjafruddin Prawiranegara adalah orang Indonesia. kenapa? karena dari ayahnya keturunan raja Pagaruyung (Minangkabau) dan ibunya keturunan bangsawan Banten jadi praktis tidak mempunyai darah Minang maupun Banten. Karena ketimpangan Soekarno yang akhirnya lebih menjawa (pembangunan di Jawa saja) akhirnya bersama rekan2 di Minang membuat PRRI.

    Saya pikir terlalu jauh untuk orang Minang bisa dapat memimpin negeri ini. Faktor malu karena PRRI (seperti NAZI di Jerman) bisa jadi pemicunya. Jadi gak masalah si Malaranggeng bilang “belom saatnya Minang memimpin..” sekalipun karena memang sangat jauh indikasi kader pemimpin Minang yang dapat disaring jadi pimpinan nasional. Jauh!

    • ubay berkata:

      “Karena ketimpangan Soekarno yang akhirnya lebih menjawa (pembangunan di Jawa saja) akhirnya bersama rekan2 di Minang membuat PRRI.” sebarnya masih sangat debat-able, terutama kata-kata anda sesudah bagian tutup kurung.

Tinggalkan Balasan ke daeng limpo Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.