Soal Peringkat ITB yang “Turun”

Suatu hari mahasiswa saya datang dengan pertanyaan yang gundah gulana. Ia menyoal tentang peringkat ITB yang berada di bawah peringkat UI dan UGM. Sepertinya dia tidak terima jika ITB berada di bawah UI dan UGM. Narsis juga dia, he..he.

Memang, baru-baru ini lembaga pemeringkat perguruan tinggi prestisius, Times Higher Education – QS World University Ranking (THE-QS World), mengumumkan secara resmi ranking 500 universitas terbaik dari 5.000 perguruan tinggi dunia yang disurvei. Publikasi dari Survei THE-QS World memang selalu menyita perhatian banyak orang, terutama dari kalangan akademisi Indonesia. Hasilnya, ITB berada pada peringkat ke-351 dunia pada 2009 ini. Tahun lalu, peringkat ITB sedikit lebih baik, yaitu ke-315. Sebagai pembanding, UI di peringkat ke-201 dunia, naik 86 peringkat dari tahun sebelumnya, ke-287. Sementara itu, UGM, yang tahun lalu berada di posisi ke-316, kini naik di peringkat ke-250 dunia.

Cuplikan peringkat universitas dunia menurut THE-QS (sumber dari sini):

1 HARVARD University (United States)
2 University of CAMBRIDGE (United Kingdom)
3 YALE University (United States)
4 UCL (University College London) (United Kingdom)
5 University of OXFORD (United Kingdom)

22 University of TOKYO (Japan)
23 KING’S College London (United Kingdom)
24 University of HONG KONG (Hong Kong)

30 National University of Singapore (NUS) (Singapore)

179 TEXAS A&m University (United States)
180 University of MALAYA (UM) (Malaysia)
181 Indian Institute of Technology Delhi (IIT) (India)
182 RWTH AACHEN University (Germany)

201 University of INDONESIA (Indonesia)

249 University of SURREY (United Kingdom)
250 GADJAH MADA University (Indonesia)
251 University of WOLLONGONG (Australia)

351 BANDUNG Institute of Technology (ITB) (Indonesia)
351 NATIONAL TAIWAN University of Science An… (Taiwan)
354 University of MARBURG Germany

(Catatan: Hanya tiga perguruan tinggi Indonesia yang masuk 500 besar dunia)

Saya tersenyum-senyum saja mendengar kegundahan mahasiswa saya itu. Tentu saja pemeringkatan itu bagi ITB dianggap kurang fair, karena ITB disejajarkan dengan universitas umum yang mempunyai lingkup jurusan yang beraneka ragam seperti di UI dan UGM. Pemeringkatan THE-QS memang menggunakan spektrum yang luas dan tidak membedakan antara universitas umum dan perguruan tinggi teknologi. Karakteristik pemeringkatannya didominasi oleh size (ukuran student body), scope (cakupan keilmuan), dan research intensity. Ini agak kurang menguntungkan untuk institut seperti ITB.

Contoh untuk scope, yang dinilai itu fully comprehensive untuk lima bidang keilmuan, yaitu life science, technology, biomodedicine, social science, dan arts and humanities. UI dan UGM mempunyai jurusan yang beraneka ragam, mulai dari ilmu-ilmu sosial, humaniora, ekonomi, kedokteran, hingga sains dan teknologi, sedangkan ITB adalah perguruan tinggi spesifik di bidang sains dan teknologi saja. Karena di ITB tidak ada bidang ilmu sosial dan humanities, maka skor untuk social sciences dan humanities tentu saja kecil, nah hal ini tentu membuat skor peringkat keseluruhan menjadi turun. Inilah yang membuat UI dan UGM unggul karena mereka memiliki semua kategori yang bisa dinilai. Apa ITB perlu membuat fakultas sastra ya supaya peringkatnya naik? Seperti joke teman saya, kuliah di ITB jurusan Sastra Mesin, katanya, he..he… Pernah ada angket yang diberikan kepada mahasiswa baru yang berisi pertanyaan fakultas baru apa yang perlu dibuka di ITB, banyak yang menjawab fakultas kedokteran. Nggak lah ya, kalau ITB buka kedokteran atau sastra, bukan institut lagi namanya, tetapi universitas.

Kembali ke soal peringkat, seharusnya pemeringkatan itu dibaca secara hati-hati, yaitu per kategori. Pada kategori teknologi (IT dan engeneering), ITB menempati 80 dunia, lebih tinggi daripada UI dan UGM. Jelas, ini meningkat dibandingkan tahun 2008 yang berada di urutan 90 dunia, dan tahun 2007 yang berada pada urutan 114, meskipun peringkat untuk bidang life science dan biomedicine, apalagi social science, masih belum baik dibandingkan dengan peringkat bidang teknologi.

Di Asia THE-QS juga melakukan pemeringkatan perguruan tinggi (lihat sumbernya di sini). Hasilnya, UI berada pada peringkat 50 besar Asia, kemudian UGM berada di peringkat 63, sedangkan ITB di peringkat 80. Walau ITB kalah di peringkat secara umum, namun ITB mendapatkan peringkat 21 di bidang Engineering & IT sementara UI dan UGM berada diperingkat 44 dan 51. Untuk bidang Natural Science, ITB mendapatkan peringkat 27. Kategori lainnya adalah adalah Arts & Humanities, Life Science & Biomedicine, dan Social Science. Selengkapnya (data diambil dari sini):

Bidang Studi: IT & Engineering:
1. ITB ranking 21
2. UI ranking 44
3. UGM ranking 51
4. Undip ranking 86
5. IPB ranking 87

Bidang Studi: Natural Sciences
1. ITB ranking 27
2. UGM ranking 37
3. UI ranking 58
4. IPB ranking 70

Bidang Studi: Life Sciences & Medicine
1. UGM ranking 16
2. UI ranking 29
3. ITB ranking 50
4. Unair ranking 59
5. Undip ranking 90
6. IPB ranking 92

Bidang Studi: Arts & Humanities
1. UGM ranking 14
2. UI ranking 15
3. ITB ranking 50
4. IPB ranking 86
5. Unair ranking 92
6. Undip ranking 96

Bidang Studi: Social Sciences
1. UI ranking 18
2. UGM ranking 25
3. ITB ranking 50
4. Unair ranking 64
5. Undip ranking 71
6. IPB ranking 88

Meskipun peringkat ITB secara umum di bawah UI dan UGM, masyarakat yang tidak kritis mungkin mempunyai penilaian lain. Mereka melihat prestasi ITB turun dan hal ini tentu saja bisa merugikan citra ITB sendiri. Dari segi marketing jelas ini kurang baik. Ini berbeda dengan UI dan UGM, kenaikan peringkat bagi mereka digunakan secara baik untuk memperbaiki citra dan tentu saja marketing. Memang tidak ada data apakah gara-gara peringkat itu terjadi penurunan minat masuk ke ITB. Setahu saya memang tidak ada hubungannya antara perringkat dan minat calon mahasiswa. Berdasarkan pengamatan saya terhadap siswa-siswa di daerah, ITB tetap menjadi tujuan utama para siswa daerah yang ingin menekuni bidang teknologi.

Meskipun para petinggi ITB tidak menganggap penting soal peringkat (baca berita ini), namun bagi saya sebaliknya. Kita tidak boleh menganggap remeh soal peringkat ini. Peringkat tetap penting, karena hal ini menunjukkan pengakuan dunia internasional terhadap perguruan tinggi di Indonesia.

Pos ini dipublikasikan di Seputar ITB. Tandai permalink.

19 Balasan ke Soal Peringkat ITB yang “Turun”

  1. Oemar Bakrie berkata:

    Memang kita senang kalau peringkat naik, tapi jangan sampai kalau peringkat naik, terus kita sendiri heran kenapa kok bisa naik ya ? karena tidak ada program yg khusus dan direncakakan untuk mendukung hal itu …

  2. andriyan berkata:

    Hari ini sudah ada release dari ARWU 2009, versi yang lebih bisa dipercaya dalam pemeringkatan universitas di dunia:

    —-
    http://www.arwu.org/

    Selamat mencari !

  3. saya setuju apapun masalahnya peringkat itu penting utk tahu dimana kita dan mau kemana. Utk sementara salut deh dgn peringkat UGM, UI, dan ITB.
    Hal itu sesuatu yang sangat sangat kecil peluangnya bagi Universitas saya….

  4. Nesa berkata:

    Euphoria itb

  5. Husni Ilyas berkata:

    siiip….setuju dengan ulasan bapak. Mohon copas ke blog saya ya pak 🙂

  6. ratnaayu_nina berkata:

    Asw.
    wah, penjelasan yang sangat rinci 🙂 Kebetulan saya menemukan blog bapak ini. Sedikit tertinggal masalah informasi pendidikan dari tanah air, karena sedang melanjutkan kuliah di Prancis. Saya sndri kuliah di UGM (sept 2005 – feb 2009) jurusan Teknik Elektro.
    Memang benar yg bapak katakan. Saya setuju. Dulu saya juga mempertimbangkan utk masuk ITB t.elektro, tapi uang masuk USM 40jt lebih mahal dibanding uang masuk UM UGM T_T. hihi, maklum. Saya pun akui, ITB dalam bidang science-tech scr merata (trutama dalam bidang technology) lebih baik & “professional” daripada UI&UGM. Tapi mungkin, bila saya diperkenankan untuk mengekspresikan opini saya, justru disitulah trade off nya. Yang saya sudah lama amati dari UGM-ITB (kebetulan calon saya alumni ITB), ada juga politik internal dalam masing2 perguruan tinggi (terutama dalam board kepimpinan) yang tidak lepas dari background fakultas/jurusan. Just imagine, di UGM terdapat 18 fakultas (55rb mahasiswa) dg demikian keanekaragaman pola pikir pasti besar, pasti bisa membayangkan bila posisi rektor bergulir pada salah satu orang dari 18 fakultas tersebut. Jelas, ada juga representant dr fakultas lain yg mendudukiki posisi penting, tapi apakah semua bisa mendapatkan influence yang sama dalam kebijakan universitas? Apakah kebijakan2 yang diambil bisa menguntungkan semua 18 fakultas? Yg saya lht di ITB (17rb mahasiswa), wlau juga ada “politik” internal, namun karena background rata2 dari science-tech, pasti lebih bisa sejalan pikiran dan logikanya, sehingga kebijakan2 yang diambil benar bisa mendorong kemajuan yang relatif lebih merata. Inilah antara lain faktor trade off sebuah perguruan tinggi. Semakin besar perguruan tinggi itu (“scr jumlah mahasiswa&bidang”), semakin cepat “lose focus&control” karenapasti kebijakan uni tdk bs hanya bersifat general, tp bila sudah mengenai “dana pengembangan”, pasti ada yang “harus diprioritaskan”. Seperti yg saya sndri harus alami dalam bidang teknik elektro T_T, namun saya sudah merasa sangat cukup dibekali ko hihi, wlau suka mempertanyakan sendiri keadaan yang ada. Faktor lain juga ttg image/citra dan jumlah mahasiswa total, bnyk kaitannya dengan kualitas input mahasiswa. Sedangkan kualitas mahasiswa pasti juga berbanding lurus dengan development peguruan tinggi. Dg hal ini saya hanya ingn menggapi&mengatakan, memang bnr, jng judge dari 1 sisi saja. Pasti setiap perguruan tinggi ada nilai +/- nya. Tergantung masing2 instansti/individu/society menggapi, melihat dan menilainya. Iya, pasti kompetisi itu perlu, utk mnjadi yang lbh baik, namun hal yg saya dari dulu tdk bisa mngerti adalah arogansi&ambisi yg timbul akibat persaingan ini & justru lebih condong kearah chauvinisme (mhon maaf, hal ini saya sering amati di setiap perguruan tinggi “favorit” dg intensitas yg berbeda2). Dan saya jg sering mendapatkan cerita nyata dimana background almameter ini even berpengaruh ke dunia kerja. Maksud saya, kita satu bangsa, negara. Ikut seneng, bila misal ITB lebih baik di bidang tech sehingga bisa “membantu” perguruan tinggi lain dalam bidang ini, atau sebaliknya, UI dan UGM bagus di bidang kedokteran,sastra&manajemen (sosiohumaniora), bisa berkontribusi ke perguruan tinggi yg lain. ^^ yah, saya mhon maaf bila ada salah kata (maklum saya juga hanya manusia yg msh sedikit pengalamannya). Saya tidak ada maksud sama sekali untuk memihak (jg krn background almameter saya). No way. hihi. Saya ikut senang, perguruan tinggi di Indonesia terlihat dan diakui oleh mata dunia. Dan jujur, bila kita ingin kuat sebagai bangsa, bersatu&bekerjamalah utk menghadapi persaingan global yg sngt berat pada saat ini. Saya selalu yakin bahwa pendidikan adalah pintu keluar semua masalah di Indonesia. hihi, mungkin terdengar Utopia sekali, namun itu impian saya.
    Salam hangat.
    Wass.
    PS.: Maaf, menuh2i blog ini hihi.

  7. paulus berkata:

    Bagaimana dengan peringkat MIT. ‘Dia’ kan sama-sama institute, apakah rendah juga seperti ITB?

  8. akuputra berkata:

    ITB Terlempar Dari Jajaran 100 Universitas Top Asia
    http://forum.detik.com/showthread.php?t=186038
    http://www.tempointeraktif.com/hg/pe…248281,id.html

    • capek berkata:

      100 universitas?
      wajar.ITB bukan universitas.

      • akuputra berkata:

        Betul, terima kasih infonya, ITB bukan universitas tapi “I” menandakan Institut.
        Tapi kenyataanya pada tulisan itu ITB dimasukan juga sebagai perguruan tinggi yang diberikan peringkat sama juga dengan info dari si empunya blog .

  9. ajib berkata:

    Memalukan sama UGM yang sudah gak mutu aja kalah, apalagi sama UI

  10. Ferizal Ramli berkata:

    Ada yang saya setujui dalam tulisan ini bahwa ranking itu penting untuk citra dan marketing tetapi tidak mencerminkan kualitas semestinya. Jadi santai aja memahami ranking ini.

    Saya pernah tulis di Blog saya tentang analisa tsb beberapa tahun yang lalu: http://ferizalramli.wordpress.com/2009/10/10/pemeringkatan-universitas-mitos-dan-realitas/
    atau: http://ferizalramli.wordpress.com/2009/01/02/ugm-no-1-di-indonesia-versi-times-dalam-analisa-marketing/

    Tapi ada yang TIDAK saya setujui dalam analisa anda. Analisa anda itu “Sindroma Kronis Khas ITB”: chauvisme atas almamater yang amat berlebihan. Selalu inginnya ITB nomor 1 dan semua argumentasi yang digunakan cuma untuk tunjukkan ITB nomor 1. Ini adalah kelemahan mendasar pola pikir umumnya para sivitas akademika ITB.

    Disatu sisi “overconfidance” ini baik. Ini membuat berbagai pihak jadi ikut berminat mengikuti perkembangan ITB, mereka (masyarakat) akan selalu “aware” jika denger merek ITB. Ini membuat ITB menjadi “top of mind”. Image-nya terekam di masyarakat.

    Hanya sikap “overconfidance” apalagi jika kronis bisa membuat kita gagal mengalisa secara jujur. Saya beri contoh betapa tidak akuratnya analisa tulisan di Blog ini.
    di Jerman ada yang namanya TU München, mirip ITB. Di TU München ada Fakultas Bisnis, di ITB juga. Di TU München ada Fakultas Sosial atau Humaniora, di ITB juga ada Fakultas Seni. Prinsipnya mirip. Toh TU München menurut ranking TIMES itu nomor: 1 di Jerman!

    MIT memang kalah dengan Harvard. Lha memang tradisi intelektual MIT kalah kok dengan Harvard. Harvard tertua dan referensi seluruh universitas di dunia. Jadi, bukan karena MIT itu institut tapi memang Harvard-nya lah yang menjadi referensi tradisi universitas di dunia. Mestinya memahami faktanya seperti itu. Jangan bias menganalisa MIT dan Harvard: karena MIT itu fokus ke Teknik maka kalah dengan Harvard. Lha TU München itu juga fokus ke teknik tapi malah nomor 1 di Jerman?!

    Ingin contoh lagi agar temen-2 ITB sedikit fair membuat analisa sehingga jangan fakta yang menguntungkan saja yang ditampilkan:
    Lihat ETH Zurich Swiss Federal Institute of Technology. Itu mirip ITB dan dia nomor 1 di Swiss.

    Ingin contoh lagi? Itu yang terbaik di Perancis adalah École Normale Supérieure Paris. Itu semacam Sekolah Tinggi (mungkin mirip STAN atau STPDN kali yah di Indonesia?). Sekolah Tinggi itu kluster kajian ilmunya lebih kecil dari pada Institut apalagi universitas. Tapi École Normale Supérieure Paris nomor 1 di Perancis.

    Mau contoh yang lebih spektakuler? Peringkat nomor 2 universitas terbaik di Pernacis adalah Politeknik! ÉCOLE POLYTECHNIQUE. Mungkin klo di Indonesia seperti Politeknik Negeri Bandung atau Politeknik Mekanika Bandung.

    Dengan fakta-2 telanjang diatas masihkan ITB berlindung dengan argumentasi bahwa ITB itu institut sehingga kalah rankingnya dengan UGM atau UI?

    Catatan akhir dari saya: tapi saya setuju ranking Webo atau TIMES tidak memancarkan kuliatas secara akurat. Buat saya ITB adalah institusi terhormat. Kritik saya diatas cuma ingin mengaja para alumni ITB supaya mengalisa sesuatu itu lebih fair saja…

    Salam hormat,
    Dari Tepian Lembah Sungai Isar

    Ferizal Ramli

    • pret berkata:

      Pret

      Ecole Polytechnique (ParisTech) sangat berbeda dengan Polban. Kenapa ? Karena Ecole Polytechnique ada S2 dan S3 nya sdgkan Polban blm ada. Ranking ITB turun sebenarnya bukan karena kwalitasnya turun, tapi dosen di ITB dan Humas ITB “malas” mengisi “formulir” dari survey ranking. Sebenarnya ITB bagaimanapun juga dari bahan baku SDM mahasiswa yg masuk “selalu” peringkat 1 (baca : Passing Grade bidang IPA pada SNMPTN SPMB dll seluruh Indonesia, ITB selalu tertinggi). Kelemahan ITB adalah tidak ada team khusus menangani bgm spy ranking ITB naik. Coba lihat di UI, Rektor UI Prof Gumilar langsung turun tangan, bahkan dia minta ke Fak Ilmu Komputer spy website UI lebih bagus dari sblmya spy peringkat di webometric naik. Hasilnya, sekarang UI menjadi peringkat 1 di Indonesia.
      UI dan UGM punya Humas yg sering “menjual” kampusnya ke media massa walaupun prstasinya rata-rata mhsnya msh jauh di bawah ITB. Sedangkan ITB tidak ada Humas khusus. Yang komentar miring ke ITB itu mayoritas adalah yg gagal masuk ke ITB.

      • katigaboy berkata:

        saya setuju,, walau saya bukan civitas ITB, tetap semangat, PD perlu asal jangan PDau

  11. mn nm berkata:

    “Pemeringkatan THE-QS memang menggunakan spektrum yang luas dan tidak membedakan antara universitas umum dan perguruan tinggi teknologi. Karakteristik pemeringkatannya didominasi oleh size (ukuran student body), scope (cakupan keilmuan), dan research intensity. Ini agak kurang menguntungkan untuk institut seperti ITB.”
    pertanyaannya : mengapa MIT, CalTech,Gerogia Tech, IITB(India) tetap bisa meraih peringkat yang tinggi?
    padahal mereka juga merupakan Institut.

    • ahmad berkata:

      setuju sekali, ini memang ITB-nya yang mengalami penuruan kualitas akademik!!

      • pret berkata:

        Pret

        Kwalitas akademik di ITB sbnrnya msh sangat bagus ! Lihat saja, mhs ITB sering menjadi juara dunia : Juara Dunia Image Cup (3 x berturut-turut), Juara Dunia Design IC (3x berturut-turut di Jepang), Jurara Dunia Kontes Robor CERDAS berkaki di Amerika, Juara Umum Olimpiade Sain Pertamina, Juara Umum Olimpiade Farmasi Indonesia dll. Banyak dosen ITB itu Alumni dari MIT, Caltech, Tokyo Inst of Tech, Univ of Tokyo, TU Munchen, Harvard, Univ. California Berkeley, TU Delft, ETH Zurich, ANU Australia dll.

Tinggalkan Balasan ke Oemar Bakrie Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.