Fesbuk, Disuka dan Dicerca

Mahasiswa saya bertanya kenapa saya tidak punya akun di fesbuk (Facebook)? Saya menjawab karena saya cukup sibuk beberapa tahun belakangan ini guna menyelesaikan sekolah saya. Kalau punya fesbuk maka konsekuensinya “harus” rajin memutakhirkan status di sana, padahal saya tidak punya waktu untuk sering memutakhirkan informasi di fesbuk. Apalagi ada jargon yang mengatakan bahwa berfesbuk itu kemungkinan hasilnya ada dua macam: kalau tidak social networking ya social not working (maksudnya, gara-gara keasikan berfesbuk ria pekerjaan jadi terbengkalai). Nah, untuk saya saat ini ya social not working, ha..ha…ha. Cukuplah saya memutakhirkan blog ini saja sebab blog berisi hasil pikiran, renungan, dan laporan pandangan mata yang suatu saat berguna untuk dibaca lagi. Ketika ide atau ilham menulis tiba-tiba datang, maka tangan ini ingin langsung menumpahkannya ke dalam tulisan. Sayang jika ilham itu itu hilang begitu saja karena tidak sempat dituliskan.

Nah, dulu saya tidak habis pikir kenapa forum ulama di Jawa Timur mengharamkan fesbuk. Alasan mereka fesbuk lebih banyak mudharat ketimbang manfaatnya, salah satunya digunakan untuk ajang maksiat. Banyak pihak yang mencibir fatwa itu, termasuk para seleb dan tokoh-tokoh lainnya. Hmmm…dipikir-pikir memang fatwa haram terlalu berlebihan, menurut saya, jadi saya termasuk orang yang kurang sepakat dengan fatwa haram fesbuk itu. Tapi itu dulu, sekarang saya bisa memahami mengapa para ulama sudah lama mewanti-wanti dampak buruk fesbuk sehingga mengharamkan. Itu hasil kajian yang tidak main-main dan harus dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Meskipun saya masih belum sepakat soal pengharaman itu, namun setidaknya para ulama itu ada benarnya. Mereka sudah melihat “jauh ke depan” mudharat fesbuk.

Kasus penculikan Nova oleh “pacarnya” bermula di fesbuk. Perkenalan di fesbuk berlanjut dengan kopi darat, lalu bertemu di mal, lalu diajak ke rumah yang sedang kosong, lalu …. (anda bisa lanjutkan sendiri apa yang selanjutnya terjadi). Masih banyak lagi kasus yang mirip seperti ini dimana ujung-ujungnya adalah (maaf) seks. Itu belum terhitung kasus penipuan dan segala kejahatan lainnya melalui fesbuk.

Dan berita teranyar, 4 orang siswa SMA di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, terpaksa dikeluarkan dari sekolah karena menghina gurunya melalui fesbuk (baca beritanya di sini). Kesal dengan guru sekolah maka beberapa siswa iseng-iseng menumpahkan kejengkelan kepada guru itu di fesbuk dengan kata-kata seperti “dibuang ke laut saja” atau “dimutilasi saja” guru itu. Kata-kata itu bisa dimaafkan oleh guru perempuan tersebut, mungkin dianggap gurauan saja, tetapi dia tidak bisa memaafkan untuk kata-kata yang menyangkut pribadinya yaitu sebutan “pertu” alias perawan tua (kebetulan guru yang dihina memang belum menikah karena sudah lewat umur). Baca deh berita ini.

Terlepas dari setuju atau tidak setuju tentang pemecatan siswa itu, setidaknya peristiwa ini memberi pelajaran berharga. Bahwa fesbuk bisa digunakan untuk perbuatan negatif. Apalagi ada hukum tidak tertulis bagi para fesbuker bahwa kalau menulis status atau pernyataan di fesbuk itu “harus” berupa kalimat yang lucu-lucu, unik, atau aneh-aneh. Jika tidak begitu, maka tidak menarik orang lain untuk membaca dan berkomentar.

Rasanya tidak adil juga jika kita melihat hanya sisi negatif (mudharat) fesbuk. Karena fesbuk maka dua kawan lama yang puluhan tahun tidak bersua akhirnya bisa berhubungan lagi, karena fesbuk pula dua saudara yang terpisah bisa bertaut lagi. Itulah social networking-nya fesbuk. Fesbuk juga bisa digunakan untuk menggalang dukungan. Ingat cerita “koin untuk Prita”, semula berawal dari fesbuk. Melalui fesbuk para fesbuker menggalang simpati dan akhirnya terjadilah bah pengumpulan koin untuk Prita. Lalu ingat pula kasus nenek Minah, para fesbuker lah yang paling cepat memberi respon dukungan. Masih banyak lagi reputasi fesbuk untuk hal-hal kebaikan.

Pada akhirnya, teknologi adalah seperti mata pisau, bisa digunakan untuk yang baik dan buruk. Kuncinya adalah pengendalian diri dalam menggunakannya. Jika diri tidak terkontrol karena mengikuti hawa nafsu atau unsur kebencian, maka apapun itu baik fesbuk, twitter, plurk, email, blog, dan media di ruang maya lainnya, akhirnya akan memakan si pengguna. Dari situ barulah penyesalan datang, namun sayang sudah terlambat, tidak berguna lagi, seperti kisah Nova atau anak-anak SMA Tanjungpinang itu.

Pos ini dipublikasikan di Renunganku. Tandai permalink.

13 Balasan ke Fesbuk, Disuka dan Dicerca

  1. petra berkata:

    sebenarnya media-media seperti social networking, microblogging dan lain-lain masih luas potensinya untuk meningkatkan produktivitas kita.
    dan ya itu, intinya pengendalian diri aja.
    kita memang punya hak untuk mengungkapkan segala sesuatu di media. tapi sepatutnya kita terlebih dulu menimbang konsekuensinya sebelum mengeluarkan pernyataan tersebut di publik.

  2. dhimasln berkata:

    Rinaldi: “social not working”

    dhimasln like this

    komen: 😆 istilah baru nih buat awak

  3. indonesiaHAI berkata:

    teknologi memang tak bisa ditentang, pada akhirnya yang diminta adalah bagaimana kita arif mensikapinya 🙂

  4. Mas_adhi berkata:

    Numpang baca pak…
    Social not working…yup,itu yang harus diperhatikan :).

  5. isnuansa berkata:

    Saya terkadang memang merasa bahwa facebook menurunkan produktivitas saya, terutama jika keasyikan maen game. Blog jadi sedikit terbengkelai. Tetapi, ada manfaat jika kita menggunakannya secara bijaksana.

  6. demoffy berkata:

    artispun juga kayak gitu..

  7. ananda berkata:

    Pak, Mohon ijin artikel nya saya share di FB saya…terutama untuk kalimat “kalau tidak social networking ya social not working “.

  8. rosa berkata:

    Saya juga tidak punya fb Pak walau banyak yang nanyain trus jadi bilang “wah gak gaul” :D. Biarin yang penting tanggung jawab dan duitnya gaul 😀 (padahal gak juga :D).

  9. emang sih fesbuk itu haram tapi kalo di gunakan dengan baik2 pasti tak d haram kan to berkata:

    bagi aku fesbuk itu meyatu dalam hidupku.?sehari saja aku gak main fesbuk tangan aku gatal oke.

  10. arifrahmat berkata:

    tapi kan, fesbuk belum mendapat sertifikat halal MUI 🙂

  11. Scott Sockey berkata:

    Your Internet site is very useful. Thank the author very much for keeping a plenty of Great blog.

Tinggalkan Balasan ke demoffy Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.