Selamat Tinggal Kereta Api Parahyangan

Kereta Api (KA) Parahyangan yang setia menjalani rute Bandung – Jakarta pulang pergi akan berakhir pengoperasiannya pada bulan April ini. PT KAI tidak akan mengaktifkan kereta api ini lagi karena secara operasional terus merugi akibat sepi penumpang (baca beritanya di sini). Sejak dibukanya jalan tol Cipularang memang kereta api mulai ditinggalkan orang. Mobil-mobil travel menjamur di kota Bandung karena jarak Bandung – Jakarta hanya ditempuh 2 hingga 2,5 jam saja, sedangkan jika dengan kereta api menempuh waktu 3 hingga 3,5 jam.


(Gambar diambil dari sini)

Tidak ada sarana transportasi yang memiliki ikatan emosional begitu dalam dengan penumpangnya selain kereta api. Mungkin karena kereta api berjalan secara eksklusif di jalur khusus (rel) sehingga tidak pernah macet. Selain itu perjalanan dengan kereta api terasa menyenangkan, nyaman, dan banyak kisah serta cerita yang terekam selama perjalanan. Bagi anak-anak kereta api adalah kendaraan yang mempesona karena bentuknya yang panjang. Coba pikir, adakah lagu anak-anak yang bercerita tentang mobil, kapal, atau pesawat? Tidak ada. Yang ada malah lagu “Naik Kereta Api” yang legendaris itu.

Mendengar KA Parahyangan akan dihentikan saya ikut merasa sedih. Kenapa? Saya adalah penumpang setia kereta api ini kalau mau pergi ke Jakarta atau balik ke Bandung dari Jakarta. Dulu waktu saya masih mahasiswa saya hanya mampu naik bus dari Bandung ke Jakarta karena naik kereta api masih terasa mahal kala itu (sebagai perbandingan, pada tahun 1985-1990 tiket KA Parahyangan adalah Rp 9.000 sedangkan tiket bus patas hanya Rp 4000). Naik bus di terminal Kebon Kelapa (sekarang sudah nggak ada, dipindah ke Leuwipanjang) dan turun di terminal Kramat Jati (sekarang dipindahkan ke terminal Kampung Rambutan). Setelah bekerja dan punya uang sendiri barulah saya bisa merasakan naik kereta api. Oh ya, naik kereta api dianggap mewah kala itu. Dulu pilihannya hanya KA Parahyangan, belum ada KA Argo Gede yang tarifnya lebih mahal namun lebih cepat dari KA Parahyangan.

Hingga sekarang kalau saya tidak perlu buru-buru ke Jakarta, saya lebih memilih naik kereta api ketimbang mobil travel. Lebih nyaman naik kereta api sebab tidak khawatir kecelakaan (mobil travel suka ngebut di jalan tol, saya suka ngeri). Naik kereta api tidak membuat mabuk perjalanan karena tidak menyebabkan pusing. Saya bisa berleha-leha di atas kereta sambil membaca (di atas mobil travel mana bisa membaca ya, apalagi memakai laptop). Pemandangan sepanjang perjalanan terlihat begitu bersahaja dan indah. Kita melewati terowongan, bukit, lembah, dan jembatan yang tinggi dan mendebarkan.


(Gambar diambil dari sini)


(Gambar ini diambil dari sini)

KA Parahyangan sudah masuk ke dalam memori kolektif orang Bandung. Pada masa jaya kereta api — yaitu sebelum ada tol Cipularang — KA Parahyangan adalah pilihan transportasi yang favorit. Kereta api ini telah berjasa bagi komuter yang bekerja di Jakarta tetapi tinggal di Bandung. Kereta selalu ramai penumpang, dan puncaknya adalah pada hari Jumat dan Sabtu. Ribuan pekerja di Jakarta — termasuk alumni ITB — memadati stasiun Gambir pada Jumat sore dan malam untuk pulang ke Bandung. Tidak dapat tempat duduk tidak apa, yang penting bisa naik kereta. Tiket berdiri sama harganya dengan tiket duduk. Jika dapat tiket berdiri, maka duduk di gerbong kompartemen atau di gerbong restorasi adalah pilihan favorit. Kalau tidak, ya berdiri atau lesehan di ruang antar gerbong tidak masalah. Tiga jam perjalanan Jakarta-Bandung tidak terasa karena banyak teman ngobrol di kereta.

Senin subuh hingga pagi terjadi arus sebaliknya, ribuan pekerja yang telah menghabiskan week end nya bersama keluarga atau teman-teman di Bandung kembali ke Jakarta. Saat itulah KA Parahyangan penuh sesak penumpang dari Bandung yang hendak kembali ke Jakarta.

Kini sudah 39 tahun KA Parahyangan setia mengantarkan penumpang dari Bandung ke Jakarta dan sebaliknya (kereta api Parahyangan mulai dioperasikan pada tahun 1971). Tinggal dalam hitungan hari lagi — tepatnya 27 April — kereta api ini akan tinggal kenangan. Bagi komunitas pecinta kereta api, mereka akan melakukan joy ride pada pengoperasian terakhir KA Parahyangan (tanggal 27 April).

Selamat tinggal KA Parahyangan. Banyak kenangan terukir denganmu. Mudah-mudahan kamu masih tetap berguna dengan melayani rute baru Bandung – Malang (begitu yang saya dengar) dengan nama baru KA Malabar (MALAng – BAndung Raya).

Pos ini dipublikasikan di Seputar Bandung. Tandai permalink.

27 Balasan ke Selamat Tinggal Kereta Api Parahyangan

  1. reiSHA berkata:

    Wah, saya semasa kuliah rasanya cuma 2x naik kereta Bandung-Jakarta. Tapi sejak di sini, setiap hari saya naik kereta ke kampus 😀

  2. Habib berkata:

    Asik ada Malabar… jadi nggak usah merana di dalam Bus lagi 🙂

  3. otidh berkata:

    saya termasuk yang bersyukur dengan dibukanya kereta api relasi Bandung-Malang
    mulai sekarang saya tidak perlu oper kereta lagi setiap bepergian Bandung-Malang
    perjalanan dengan kereta api memang menyenangkan, apalagi kalau rombongan bersama teman-teman 😀

    • rinaldimunir berkata:

      Malang…. wah saya suka dengan kota ini, Dhito. Kota yang sejuk seperti Bandung. Di Malang saya sangat suka melewati Jalan Ijen, Jalan Ijen mengingatkan saya dengan Jalan Cipaganti di Bandung yang banyak pohon besar nan rindang serta rumah-rumah peninggalan Belanda. Kapan-kapan saya mau jalan-jalan ke kota ini lagi, belum sempat menikmati es krim di toko Oen yang terkenal itu.

  4. Setia berkata:

    Aduh.
    Padahal saya salah satu penggemar kereta ini Pak.
    Kalau mau pulang ke Makassar, ke Jakarta dulu naik kereta.

    Lbh enak kereta drpd travel Pak. Lagipula ga ada kereta di sulawesi. Jadi ya kereta yang saya pernah tumpangi cuma kereta ini sama argo gede.

    Kalo argo gede gimana nasibnya Pak??

    • rinaldimunir berkata:

      Argo Gede masih ada,jadi Setia masih tetap bisa naik kereta api ke Jakarta lalu ke Bandara via bis Damri lalu terbang ke Makassar. Makassar-nya di mana, Setia?

      • ... berkata:

        Sekarang Alm. Parahyangan dan Alm. Argo Gede dihapus dan digabung jadi satu, jadi GoPar(Argo Parahyangan), mas, dengan nomor relasi 21-40. Seenggaknya KA ini nggak akan tewas dalam waktu dekat

  5. edratna berkata:

    Saya penggemar kereta ini…dan ikut sedih.
    Dulu, setiap kali saya mengajak anak-anak ke Bandung (saya kerja di Jakarta, dan suami dosen di Bandung) naik kereta api ini..perjalanan sangat menyenangkan bagi anak-anak.. Jika libur, barulah anak-anak sepuasnya di Bandung..ditemani si mbak. Saya hanya mengantar di stasiun Gambir, anak-anak berangkat bersama si mbak..dan suami menjemput di stasiun Bandung.
    Banyak cerita terekam di kereta ini, dulu sering ketemu orang baru, bahkan teman lama, karena selain bis, hanya kereta api ini yang menghubungkan Bandung-Jakarta.

    Namun, setelah ada Cipularang, walau kereta api murah, naik taksi dari stasiun Gambir ke rumah saya mahal (malah lebih mahal dibanding ongkos kereta api, atau sama seperti ongkos travel Jakarta-Bandung)…padahal dengan jalan kaki, saya bisa ke Xtrans, Citi Trans dan Baraya yang ketiganya di Jakarta Selatan.

    Tetap berharap, semoga Argo Gede juga tidak ikut hilang.

  6. ardian eko berkata:

    yah,, koq udah ditutup trayek parahyangan.. padahal itu alternatif transportasi saya ke jakarta. Kalau sedang santai saya naik kereta parahyangan karena murah. Kalau naik travel sekali, parahyangan bisa 2x naik. Sedih rasanya. Pengen ada transportasi yang murah.. Baik fasilitas dan kuantitas.. Parahyangan sebagai transportasi murah malah ilang. Semoga kebijakan ini tepat untuk semua pihak

  7. Saya yakin kalau ada inovasi dan keberanian dari PT. KA, jalur tersebut bisa tetap dihidupkan dengan jarak tempuh yang lebih cepat dari mobil. Upaya kompetisi bisnis yang dilakukan oleh PT KA selama ini hanya perang harga, dan berusaha membuat gerbong yang lebih baik, padahal yang paling buat konsumen adalah waktu.

    • rinaldimunir berkata:

      Pak Arry, jalurnya tidak ditutup, yang ditutup hanya pengoperasian KA Parahyangan saja. Koridor Bandung – Jakarta tetap ada, tetapi yang melayani hanya KA Argo Gede saja.

  8. adywicaksono berkata:

    salah urus saja, wajar parahyangan kalah, seharusnya sejak awal batu ditaruh untuk pembangunan tol cipularang, PT KAI harus berpikir bahwa ada ancaman serius terhadap bisnisnya, kalau dipikirkan sejak awal mungkin bisa selamat, namun PT KAI sepertinya terlena dengan trayek parahyangan yang memang terkenal sebagai trayek paling berduit…. skrg sudah terlambat…

  9. Ping balik: Akankah PT. KA Bangkrut ??? « Arry Akhmad Arman’s Weblog

  10. Damar Dwiyadi Pratama berkata:

    Lah, saya gak pernah ke Bandung jadi gak berdampak ke saya http://artikelmenarik.wordpress.com

  11. surya berkata:

    Pak Rinaldi, apa kabar ? labieh capek travel yo ?

    • rinaldimunir berkata:

      Betul da, lebih cepat naik mobil travel. Lagipula, tujuan mobil travel di Jakarta banyak pilihan, ada rute Bandung – Bintaro, Bandung – Jatiwaringin, Bandung – Menteng, Bandung – Slipi, dan sebagainya. Kalau dengan kereta kan hanya Gambir atau Jatinegara. Tapi saya tetap suka naik kereta dibandingkan mobil.

      • surya berkata:

        Ambo iyo jua, suko jo kareta. Labieh aman.

      • ... berkata:

        Nggak cuma GMR & JNG mas, PSE(senen) dan JAKK(jakarta kota) juga bisa. Apa yang mas lupakan adalah KA Serayu. Cuma 35.000. Sampai bandungnya turun di KAC(Kiara Condong), tapi

  12. selamat jalan KA Parahyangan…..
    semoga PT KAI mengambil keputusan yang tapat, dengan memberhentikan KA Parahyangan……!! Banya Penggemar KA akan kecewa sekali, dengan diberhentikannya KA Parahyangan.

    semoga ada sarana transportasi pengganti yang lebih berkesan dari KA Parahyangan…..

    Amien..

  13. vivi adela berkata:

    salam kenal pak rinaldi,saya mahasiswi sistem komputer unand.
    kami belajar pemograman dengan menggunakan buku bapak . .

    terima kasih pak . . .

    vivi
    Universitas Andalas
    Fakultas MIPA
    Sistem Komputer

  14. Alvi berkata:

    Pak Rinaldi sasamo urang awak ko pak..hehehe

    Pak, Awak setuju bahwa KA Parahyangan kalah dan ‘mati’ karena pengelolaan yang salah. Awak setuju dengan pendapatnya Mas Adywicaksono bahwa PT KAI terlena terhadap ancaman serius pesaingnya.
    Alih-alih memperbaiki kualitas layanan yang ada di atas KA Parahyangan malah terkesan menyalahkan Tol Cipularang. Awak garis bawahi sekali yang harus dilakukan PT KAI bahwa memperbaiki layanan bukan meningkatkan layanan.
    Awak juga menulis tentang penutupan KA Parahyangan di blog awak pak

    http://www.aslia-7.blogspot.com
    semoga bapak berkenan membaca tulisan awak

    Salam Railfans pak

  15. sikiky berkata:

    Salam kenal…lg browsing nyari foto KA Parahyangan ini dapat blog ini.
    Saya yg sangaaattt jarang naik kereta ini ikut sedih juga…

  16. sayang ya…. padahal KA Parahyangan banyak penggemarnya… hehehe. slm knal mas…….

    Day Trans Adalah Travel Bus Jakarta – Bandung

    kumpulanberita

    oto-zone

    thanks….

  17. Kereta Mini berkata:

    Gambarnya bagus2 diperbanyak lagi gambar2 kereta karena saya pecinta kereta

  18. Info Kereta Api berkata:

    Nice info Sist!
    Berharap para elit punya arah untuk meningkatkan sistem transportasi masal kita, dan tak terus-terusan menyerahkan kebutuhan hidup publik ke otoritas swasta.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.