Kalau “Windows”-nya Nanti Kita Bisa Bantu

Suatu siang di Bandung Electronic Center (BEC), saya masuk keluar toko untuk membeli komputer laptop berukuran layar 10 inch. Belum ada laptop yang pas benar di hati, baik pas spesifikasinya, harganya, maupun modelnya. Mau merek ini, harganya cukup mahal, mau merek itu, spesifikasinya tidak memenuhi keinginan. Salah satu pertimbangan adalah apakah harga laptopnya sudah termasuk dengan sistem operasi Windows 7 yang asli (bukan bajakan)? Jadi, kalau tertulis harganya 3 juta, lalu kita tanya apakah sudah ada sistem operasi Windowsnya, maka pegawai toko akan menjawab: belum, masih kosong. Bagi kalangan pedagang komputer, mereka menjual laptop dengan dua kategori: kosong atau sudah isi. “Kosong” maksudnya laptop belum ada sistem operasi Windows, hanya ada sistem operasi DOS saja. Kalau “isi” maksudnya harga laptop sudah termasuk dengan Windows 7 yang asli, bukan bajakan.

Perbedaan harga kedua kategori laptop yang kosong dan sudah isi ini cukup tajam, kira-kira antara 800 ribu hingga 1,5 juta rupiah, tergantung jenis Windows 7-nya: home basic, bisnis, atau premium. Memang segitu harga sistem operasi yang sudah memonopoli dan menjadi kebutuhan penting ini. Kalau mau laptop kosong ditambah dengan instalasi sistem operasi Windows 7 yang legal, konsumen harus menambah uang sebesar itu. Alternatif lainnya bisa saja laptop kosong diisi dengan Windows 7 versi trial yang masa pakainya hanya 30 hari, dan setelah 30 hari anda harus membayar lisensinya secara daring (online) untuk mendapatkan legalitas dari kantor Bill Gates di Amerika agar Windows di laptop anda dapat dipakai kembali.

Tapi, para pedagang “mengerti” keinginan konsumen. Mereka tahu benar konsumen tidak mau laptop tanpa sistem operasi Windows. Orang awam tahunya hanya Windows, mereka kurang familiar dengan Linux atau sistem operasi open source lainnya yang sifatnya gratisan. Sudah merasa nyaman dengan Windows sih. Konsumen inginnya mendapatkan laptop dengan harga yang tidak terlalu mahal, kalau perlu Windows-nya tidak perlu beli. Maka, para pedagang di BEC sudah punya kalimat sakti yang seragam untuk meyakinkan konsumen: “Kalau Windowsnya nanti kita bisa bantu”. Maksudnya, jika anda membeli laptop kosong saja, maka pedagang akan membantu menginstalasikan Windows 7 secara gratis. Tentu saja itu Windows 7 bajakan. Kalimat tersebut terasa diplomatis ketimbang mengucapkan “Nanti bisa kami instalasikan Windows 7 bajakan!”. Rata-rata para pegawai toko komputer di BEC sudah punya keahlian untuk menginstalasi Windows 7 bajakan dan mengoprek (crack) masa expired-nya. Tidak hanya Windows 7, mereka juga punya koleksi ratusan software (tentu saja ilegal) di dalam sebuah flash disk yang siap diinstalasikan ke komputer laptop yang anda beli.

Rata-rata pembeli laptop di BEC — maupun di tempat pameran komputer — adalah orang terpelajar (mahasiswa, karyawan kantor, dan ibu rumah tangga). Sebagian mereka ada yang membeli komputer laptop dengan Windows yang legal, namun banyak pula yang secara sadar tidak bermasalah diinstalasikan Windows bajakan. Mereka tahu itu Windows 7 ilegal, tetapi karena kesadaran yang rendah tentang penghargaan terhadap hak cipta, maka “rasa bersalah” itu diabaikan saja, sebelum akhirnya dilupakan dalam perjalanan waktu.

Para pegawai di BEC itu apalagi, mereka sadar bahwa mereka telah melakukan pelanggaran dengan memberikan software bajakan kepada pembeli, tetapi rasa bersalah itu hilang karena sudah terbiasa melakukan pelanggaran tersebut. Bahkan, mereka berpesan kepada pembeli, agar berhati-hati ketika pergi ke luar negeri dengan membawa laptop yang pakai Windows bajakan tersebut, sebab kata mereka di bandara ada pemeriksaan laptop penumpang untuk memastikan apakah memakai software Windows yang asli atau bajakan. Ha…ha..ha, saya tertawa dalam hati mendengar pesan mereka itu. Mana ada bandara di Indonesia atau di luar negeri yang mengharuskan penumpang membuka laptopnya lalu petugas bandara memeriksa keaslian Windows di dalam laptop. Mungkin karyawan di toko komputer itu belum pernah ke luar negeri lewat bandara sehingga tidak tahu. Lagipula, kalau sudah terinstalasi di komputer, bagaimana membedakan antara Windows 7 asli atau Windows 7 bajakan yang sudah di-crack? Orang Indonesia memang ahli dalam soal crack meng-crack dan bajak membajak.

Sama seperti para pedagang komputer di BEC, para pedagang CD software bajakan di lapak-lapak di Jalan Ganesha depan kampus ITB juga sudah lenyap rasa bersalahnya ketika berjualan atau menerima pesanan software/game dari pembeli yang rata-rata mahasiswa itu. Urusan perut memang mengalahkan rasa bersalah menjual sofware bajakan.

Baiklah, lupakan rasa bersalah itu, kalau ada. Kembali ke laptop. Belilah laptop yang sudah include Windows legal. Perbedaan harga 800 ribu hingga 1,5 juta itu tidak penting, yang lebih penting adalah kesadaran untuk menghargai karya intelektual. Kalau tahu betapa susahnya membuat program, maka tahulah kita betapa pembajakan software itu adalah tindakan yang menyakitkan.

Pos ini dipublikasikan di Gado-gado. Tandai permalink.

21 Balasan ke Kalau “Windows”-nya Nanti Kita Bisa Bantu

  1. kangtatang berkata:

    Benar sekali, sebuah idealisme yang berpegang terhadap sebuah kejujuran memang agak sulit ditemukan di negeri kita.
    dalam konteks penggunaan software komputer, negara kita dikenal atas penggunaan software bajakan dan ternyata sebagin besar pengguna adalah dari kalangan terpelajar.

    kalaupun mereka membeli PC atau laptop dengan Pre installed Genuine Windows terkadang aplikasi ketiga yang mereka install masih menggunakan produk bajakan sebut saja aplikais grafis Corel atau Photoshop yang mungkin harga software aslinya akan lebih mahal dibandingkan hardware yang mereka beli.

    Sebuah jalan panjang yang terbentang untuk memberikan pemahaman akan pentingnya kejujuran dan penghormatan terhadap HAKI.

  2. Zakka berkata:

    Rata-rata kampus seharusnya memiliki aliansi dengan Microsoft, sehingga mahasiswa/dosennya dapat mendapatkan produk MS secara gratis. Setahu saya di ITB ada juga (dipegang oleh Comlabs), tapi sayangnya masih belum gratis, dan biaya murahnya hanya untuk mahasiswa, saya kurang tahu untuk dosennya bagaimana.

    • rinaldimunir berkata:

      Sekarang yang menangani lisensi produk Microsoft di ITB adalah USDI (Unit Sumber Daya Informasi). Setiap dosen menerima sertifikat lisensi softwrae Microsoft. Saya punya lisensi tsb, tetapi belum pernah memanfaatkannya, karena komputer di meja kantor sudah diinstalasi aneka software oleh pegawai Duktek. Tidak semuanya software asli, banyak juga yang bajakan. Miris juga ya di IF banyak software bajakan.

  3. fathiiiii berkata:

    Pak Rin, menurut saya masalah dalam menggunakan windows adalah mudah tergoda untuk menginstalasi aplikasi-aplikasi bajakan. Mungkin windows-nya kita bisa beli karena sudah pre-installed. Tetapi harga office yang full version kalau tidak salah lebih mahal dari windowsnya.

    Kalau untuk keperluan sendiri (bukan kantor) rasanya jarang ada orang yang membeli Corel, Photoshop, SPSS, Matlab, dll yang asli. Padahal umumnya software semacam itu punya padanannya di open source. Mau download free versionnya ternyata banyak fitur yang tidak ada. Jadi mungkin lebih baik kalau sejak awal membiasakan penggunaan open source, khususnya untuk keperluan pribadi.

  4. yunita berkata:

    Windownya asli sih pak, tapi gimana dng aplikasi Ms Officenya?
    Sukur2 pas lagi ada promo, jadi bisa lebih murah lagi πŸ™‚
    Seperti kapersky menyadari banget kalo produk mereka banyak bajakannya, jadinya mereka “agak” menurunkan harga produknya πŸ™‚
    ehem….laptop saya juga masih ada aplikasi bajakannya

  5. Kang Jodhi berkata:

    saya beli Lenovo Ideapad 460 dua bulan lalu.
    karena ini milik pribadi, saya bersikeras tidak boleh ada barang bajakan didalamnya.
    tapi terus terang, banyak masalah saat menginstall linux.
    pertama install Ubuntu, gagal masuk graphics mode, hanya sampai text mode.
    kedua install Blankon, sukses, namun gagal mendeteksi USB modem untuk koneksi jaringan.
    ketiga install ArchLinux, yang setelah bersusah payah baru berhasil masuk graphics mode, dan pakai cara low level untuk koneksi jaringan untuk deteksi USB modem

    terus terang, seandainya saja tidak punya banyak teman yang mau membantu, mungkin saja saya menyerah pakai Linux

    • fathiiiii berkata:

      Wah, apakah sesusah itukah? Saya instal ubuntu mudah sekali prosesnya, padahal baru juga mengenal sistem ini. Modalnya cuman dua: komputernya dan akses internet. Soalnya ubuntu yang masih mentah (download dari ubuntu) biasanya masih belum dilengkapi beberapa driver yang proprietary. Jadi untuk sound dan wifi biasanya harus download driver dulu.

      • arifromdhoni berkata:

        Pengalaman instalasi ubuntu terbaru di laptopku, memang beberapa driver proprietary tidak secara otomatis terinstal ketika pertama kali instalasi, walaupun sebenarnya tersedia di CD instalasi. Sebagai contoh adalah wifi, coba lihat di tulisan saya.

        Adapun sound dan VGA (punya saya menggunakan Intel), terinstal sempurna di laptop saya.

      • Kang Jodhi berkata:

        sepertinya ada masalah khusus untuk lenovo ideapad ini dengan ubuntu, ada driver graphics yang harus diinstall ternyata, jadi kalau mau instalasi ga boleh “express setup gitu”, harus step by step.

        maklumlah, pihak lenovo akan memastikan kalau laptopnya bisa mendukung windows 7, tapi ga mau repot-repot memastikan apakah laptopnya bisa mendukung distro distro linux

    • Dhana berkata:

      Memang tantangannya opensource adalah mencari driver. Untuk menginstall driver network saja saya nyari kemana2. Rata-rata mereka support untuk windows. Untuk linux? kadang ada, tapi sering tidak ada. Teman saya pernah cerita, suatu ketika di konferensi linux ada peserta yang menanyakan sesuatu mengenai driver atau kompatibilitas linux terhadap salah satu hardware laptop. Apa jawaban pembicara linuxnya? Ya, kita sudah tampilkan PC/laptop & driver-driver yang cocok di forum kita, jika Anda ternyata membeli hardware yang tidak ada di list tersebut, YA ITU MASALAH ANDA, BUKAN MASALAH SAYA!!
      Jadi kita dituntut untuk mencari sendiri driver yang cocok, jika tidak ada, dan tidak direspon forum linux, ya kita harus buat sendiri.
      Kalau microsoft bagaimana? Kalau ada orang microsoft yang ngomong gitu ke customer, saya yakin orang tersebut langsung dipecat di tempat saat itu juga. Pasti supportnya banyak dan langsung direspon dengan baik.
      Itulah yang membedakan windows dan linux. Support dan kompatilibilitas antara hardware dengan software (dalam hal ini driver) sangat diperhatikan, sehingga customer nyaman dengan produk ini. Sesuatu yang nyaris mustahil ada di linux.

  6. Sugeng berkata:

    Saya gak punya baisc IT dan saat baru mempelajari komputer kenalnya memang dengan windows (bajakan). Untungnya kesadaran itu tumbuh dnegan seringnya berinteraksi di duni maya ini. Jadinya meski belum aku lenyapkan dari kompie ku aku sudah gak pernah memakai windows lagi (kalau di rumah) tapi kalau pas di kantor, masih ada netbook inventaris yang sering aku pakar untuyk ngeim kerjaan yang masih ilegal.
    Serba dilematis memang, karena saat berbicara dengan boss malah jawaban nya enteng saja : “Gak papa pakai saja” πŸ˜₯

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

  7. berakkuda berkata:

    kenapa ngga beli yg di kampus aja pak?.asli,murah pula :D:D

  8. preposition berkata:

    Rasa bersalah?
    Relatif lah …

    Di India, suburnya Windows bajakan telah meningkatkan tingkat penetrasi komputer di masyarakat. Banyak ahli komputer India, yg kini bekerja di perusahaan2 terkenal pula di AS, bahkan Microsoft sendiri … baik sebagai software engineer, graphic/interface designer dsb yg mahir komputer karena belajar dari awal menggunakan sis op bajakan …

    Di Indonesia pun begitu …
    Tingkat penetrasi komputer tidak akan meningkat kalau rakyat yang kemampuan daya belinya terbatas ini dipaksa membeli software asli dengan lisensi yg harganya selangit.

    Sayangnya, orang Indonesia sudah terlanjur terbius adat bahwa komputer=Windows … dan enggan mengenal alternatifnya, misalnya komputer=Linux

    Untuk orang yg punya duit banyak, lisensi emang nggak masalah. Meskipun skill penggunaan komputernya dan keinginan untuk menaikkan skill komputernya rendah …
    Tapi untuk orang yg nggak punya duit (tapi pengen bisa, pengen jago, dan punya tekad yg kuat buat menguasai komputer) ………… harus beli yg asli? Kapan pintarnya?

    Yap, pintar memang harus dibeli … Bukan diberi …

  9. husnia berkata:

    berarti kalo minta diinstallkan windows di toko komputer, terus yg punya toko minta bayaran sekian ribu rupiah itu windowsnya bajakan juga ya?

  10. Tony Cimenk berkata:

    Habisnya indonesia,udah nyaman seeh dengan OS windows, πŸ˜€
    jd bagi yg awam males pindah ke linux,pdhl publik domain bngt

  11. dendeng berkata:

    hmm blm pernah org indonesia nge crack software2 premium tuh.. yg ngecrack biasanya org rusia. kita biasa copy dari folder crack ke folder penginstalan hehe.. ga tau juga ya org2 dari skidr*w, rld, rzor dst kok bs punya kemampuan sprti itu ya.. saya juga heran. kalo bisa pintar kyk mereka ya bagus lah.. lariiiiii…..

  12. jendral rakyat berkata:

    Ah biarin saja bajakan..emangnya kalo beli windows yang asli bisa dijamin bisa dipake seumur hidup?? apalagi windows resmi nya sudah include di dalam laptop saat beli laptop baru di gerai resmi, coba gimana kalo laptop nya tiba-tiba rusak hancur berantakan sementara masa garansi sudah habis apa windows resmi nya masih bisa di pake ke laptop lain yang masih milik kita?? tidak kan?? tentu saja TIDAK! si windows resmi itu berlalu begitu saja bersama laptop yang hancur berantakan itu! padahal sudah dibayar sebesar Rp1,5juta yang terpaket bersama harga laptop yang hancur itu..pernah beli sony vaio? yang pernah beli pasti tahu bahwa tiap beli vaio tidak disertakan cd windows dan cd software laptop nya, namun ternyata windows resmi nya sudah disertakan di dalam harddisc laptop vaio oleh pabrik sony nya, jika vaio nya rusak hancur berantakan apakah yang terjadi?? CUMA GIGIT JARI karena windows nya nggak bisa dipake buat laptop lain!

    • Dhana berkata:

      Saya setuju dengan Anda. Jadi belilah laptop kosong. Kalau mau windows asli, ya beli saja secara terpisah, jadi kita bisa pakai di laptop lain.

  13. haris berkata:

    mari kita doakan agar masyarakat indonesia bisa membeli software original.

Tinggalkan Balasan ke Kang Jodhi Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.