Ketika Pak Haji Divisualisasikan Berperilaku Buruk

Adakah Pak Haji atau Bu Haji yang kikir? Ada
Adakah Pak Haji atau bu Haji yang suka sirik, iri, dan dengki? Ada
Adakah Pak haji atau Bu Haji yang kata-katanya menyakitkan orang? Ada

Tetapi, tentu tidak semua haji berperilaku buruk. Ketika karakter haji SERING (baca: berulang-ulang) divisualisasikan di dalam sinetron sebagai orang yang memiliki karakter pelit, kikir, suka sirik, iri, dengki, dan lain-lain, maka yang muncul adalah kesan yang buruk kepada orang yang sudah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Mekkah.

Itulah yang terjadi saat ini. Sinetron-sinetron kejar tayang saling berlomba memikat pemirsa dengan menampilkan sosok Pak Haji yang kikir, pelit, iri, dengki, dan suka marah-marah. Tujuannya agar penonton gregetan dengan ulah Pak Haji yang menyebalkan itu. Sebut saja sinetron Tukang Bubur Naik Haji, lalu disusul sinetron Haji Medit.

tukang-bubur-naik-haji-the-series

Tidak hanya Pak Haji yang dilecehkan, tetapi juga bapak ustad ditampilkan sebagai sosok yang kurang pantas, tengoklah sinetron dengan judul Islam KTP atau Ustad Foto Copy. Baca sinopsis Ustad Foto Copy di sini.

ustaz_foto copy

Produser sinetron itu orang yang suka latah, ketika satu sinetron tentang Pak Haji atau Pak Ustad sukses, produser lainnya berlomba membuat sinetron yang tidak jauh beda ceritanya, namun tetap menampilkan sosok Pak Haji atau Pak ustad yang perilakunya jelek. Judul-judul sinetronnya terkesan mengandung terminologi Islam, tetapi jalan ceritanya tidak mencerminkan perilaku yang islami.

Dalam masyarakat kita, Pak Ustad atau orang yang sudah menunaikan ibadah haji itu adalah orang yang dihormati dan menjadi panutan. Pak Ustad disegani karena dia memberikan ilmu agama kepada masyarakat, mengajarkan baca tulis al-Quran kepada anak-anak, dan sebagainya. Sedangkan Pak Haji dihormati karena dia dianggap telah sempurna melaksanakan ajaran agama (ingat Rukun Islam itu ada lima, yang terakhir adalah pergi haji bagi yang mampu). Apalagi jika melihat bahwa untuk menunaikan ibadah haji itu membutuhkan perjuangan luar biasa, tidak hanya secara materi, tetapi juga secara ruhaniah. Tidak semua orang yang kaya itu mau naik haji, dan tidak semua orang yang pergi haji itu orang yang kaya.

Memang tidak ada jaminan setelah naik haji maka orang itu menjadi suci, bebas kesalahan, berperilaku baik, dan sebagainya. Tentu ada Pak Haji, Bu Haji, atau Pak Ustad yang perilakunya buruk seperti karakter haji atau ustad dalam sinetron-sinetron yang saya sebutkan di atas. Pernah mendengar Pak Ustad yang berbuat mesum dengan muridnya? Masalahnya, jika perilaku buruk itu yang selalu divisualisasikan terus menerus setiap hari dan pada berbagai sinetron serupa, maka yang terjadi adalah perendahan martabat, yang ujungnya adalah pelecehan terhadap simbol-simbol keagamaan.

Saya bertanya, di mana KPI pada kondisi seperti ini. Apakah mereka tidak bertindak menegur stasiun televisi yang menyiarkan sinetron yang memperolok-olokkan simbol-simbol agama?

Pos ini dipublikasikan di Agama, Indonesiaku. Tandai permalink.

11 Balasan ke Ketika Pak Haji Divisualisasikan Berperilaku Buruk

  1. Tidak perlu marah dan kecewa, justru itulah kenyataan yg sering kita temukan di kehidupan sehari-hari ,, tante saya sendiri sudah 4 kali naik haji , tapi kebiasaan buruk dia mengambil hak/harta orang lain masih tetep dia lakukan … seakan-akan haji 4 kali nya tidak merubah apa-apa terhadap sikap dan prilakunya.

    menurut saya pribadi , dgn adanya judul2 sinetron seperti itu adalah sebagai teguran untuk orang2 yg sudah pernah berhaji agar Haji nya itu tidak menjadi sesuatu yang sia-sia .

  2. iraajummah berkata:

    dan dimana juga MUI dan FPI yg biasanya hobi tralala trilili kalo ada artis yg gemana gituu???hehehe

  3. icank berkata:

    ..ini tidak mengherankan jika kita menilik pada asal muasal sebutan haji di Indonesia. sebelum kedatangan penjajah ke Indonesia, masyarakat tidak mengenal istilah kata haji bagi orang yang telah menunaikannya. istilah kata haji sendiri muncul pada saat aktivitas perlawanan (rebellion) dari masyarakat lokal terhadap penjajah meningkat. dan penjajah mensinyalir perlawanan ini akibat aktivitas orang-orang yang pergi ke tanah suci. sinyalemen ini diperkuat dengan penelitian seorang orientalis bernama Snouck Horgronje yg berpura-pura menjadi mualaf dan pergi ke tanah suci. di sana, dia menemukan bahwa orang yg pergi ke tanah suci, tidak sekedar menunaikan rukun Islam yang ke-5, melainkan juga bertukar pikiran, saling sharing dengan warga dunia yang juga mengalami penjajahan tentang bagaimana cara melawan penjajah itu.

    akibat temuan Snouck Hourgronje itu, maka istilah haji muncul sebagai hinaan terhadap muslim yg telah menunaikan ibadah haji. dengan kata lain, haji = pemberontak. agaknya, terminologi ini pula yang masih dilekatkan pada sebutan haji dalam sinetron yang disebutkan di atas, mengingat seperti yang dikemukakan oleh seorang peneliti orientalisme bahwa “masyarakat yg pernah dijajah akan meniru gaya dari penjajahnya”.

  4. kayyisahzahrana berkata:

    Betul Pak, terutama SInetron Ustad Fotocopy, sangat tidak patut untuk di lihat, KPI kalau sinetron2 seperti ini jarang telitinya siech, Adalagi Sinetron RCTI yang pemainnya ALyssa Soebandono dan Cristian Sugiono, “Yang Muda Yang Bercinta” disitu cerita Guru dan Murid yang saling suka, malah justru seperti diajarina disekolah di rumah di manapun kerjaannya pacaran, gurunya di kerjain, gak patuh, gak pernah kelihatan adegan belajarnya.. hem…

  5. nyonyalily berkata:

    mungkin itu bukan wilayah pengetahuan KPI. Tapi kementerian Agama. Asal dapat rating tinggi dan tidak berbau seksologis, every thing is possible!

  6. jimcingcinggoling berkata:

    Itu kan akibat dari ekspektasi sebagian masyarakat atas gelar haji yang terlalu tinggi, sehingga orang yang menyandang gelar haji seakan dianggap sebagai manusia yang (harusnya) tanpa cela. Akan berbeda dampaknya jika ibadah haji dianggap sebagai ibadah biasa sehingga tidak ada lagi penyebutan gelar haji di depan nama orang. Dan memang seharusnya tidak perlu lagi gelar haji disebut sebut, disamping terkesan riya’ juga mana ada gelar untuk orang yang sudah syahadat, sholat, zakat, dan puasa. Bukankah haji adalah salah satu dari rukun islam?

  7. junda berkata:

    saya juga sangat setuju bahwa sintron seperti itu tadak pantas ditayangkan,
    karena banyak masyarakat indonesia menjadikana tontonannya sebagai tuntunan bukan lagi tontonan.

  8. toyib berkata:

    inilah klimaks dari kejengahan thd orang suka pakai topeng
    niatnya produser mungkin mau mengkritisi tp kemampuan terbatas
    yg dominan muncul lebih banyak nyindir tanpa ada sisi edukasi

  9. Abdullah Aziz berkata:

    bismilahi rohmani rohim, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ini dikisah nyata ada kok tentang Haji yg berperilaku buruk 🙂 Saya tinggal dimadiun orang tua saya adalah seorg pedagang kelapa prtama disana dan kemudian ada tetangga saya juga ikut2an jualan degan dia adalah haji. Namun apa yg ia perbuat? ia menjual dagangannya diluar nalar, jika km biasa menjual 7000 ribu perkelapa mereka menjual malah menjual lebih mahal lagi. sungguh miris rasanya melihat kelakuan dari tetangga saya itu.

  10. imam berkata:

    Sebaiknya yg ditampilkan untuk contoh adalah yang baik…kebaikan….kan masih lebih banyak Pak Haji yang Dermawan, suka menolong, baik hati dst……yang dimunculkan di tipi yang baik aja…yang buruk dibuang/…….

  11. Bintang berkata:

    harusnya lebih memberikan sisi-sisi positif seorang haji daripada menjelek-jelekan seperti di sinetron sekarang..
    penyampaian yang sekarang malah lebih menjelek-jelekan.. 😦

Tinggalkan Balasan ke jimcingcinggoling Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.