Setiap kali saya mendengar atau membaca berita pembunuhan anak-anak oleh orang dewasa, apalagi dilakukan dengan cara yang sadis dan keji, hati saya selalu berguncang perih. Bagaimana tidak, anak kecil yang tidak berdosa, yang sedang berada dalam masa-masa cerianya, kehidupannya harus direnggut oleh aksi keji orang terdekatnya yang seharusnya melindunginya.
Bagaimana saya tidak menangis membaca berita pilu seperti nasib Angeline, seorang anak perempuan di Bali yang berusia delapan tahun (kelas II SD). Anak perempuan yang cantik, tampak ceria, dan sedang menikmati masa kanak-kanaknya yang indah. Tiba-tiba dia mati secara tragis.
Semula dia dinyatakan hilang di halaman rumah orangtua angkatnya pada tanggal 16 Mei 2015. Sebulan kemudian (beberapa hari yang lalu) dia telah ditemukan menjadi mayat. Jasadnya dikubur oleh pembunuhnya di dekat kandang ayam. Yang membuat hati menjadi tambah pilu, jasad Angeline ditemukan sedang memeluk boneka kesayangannya. Di tubuhnya terlihat tanda-tanda kekerasan dan sundutan api rokok. Sampai tulisan ini saya tulis, polisi telah menetapkan tersangka pembunuh Angeline adalah pembantu rumah laki-laki yang baru bekerja sebulan di rumah itu. Pembantu itu mengaku dia juga memperkosa Angeline! Astaghfirullah.
Yang lebih menyedihkan, Angeline adalah anak angkat. Dia diadopsi ketika berusia tiga hari oleh seorang perempuan kaya. Ibu kandungnya tidak mampu membayar biaya persalinan sebesar Rp800.000. Biaya itu ditebus oleh perempuan kaya yang bernama Margriet. Sejak saat itu Angeline terpisah dari ibu kandungnya yang tidak pernah melihatnya lagi. Namun pada usia 8 tahun dia harus mati di rumah ibu angkatnya karena dibunuh secara keji. Sebelum dia hilang, Angeline sering dilaporkan oleh tetangga maupun gurunya sering terlihat berwajah murung dan tubuhnya sering bau kotoran ayam. Apakah ibu angkatnya juga terlibat dalam pembunuhan ini, wallahu alam (baca: Sedang Menggambar, Angeline Dipanggil Margaret Lalu Diduga Dibunuh). Biarlah polisi yang mengusut dan menuntaskan kasus yang mengusik hati nurani bangsa ini.
Membaca berita-berita pembunuhan Angeline saya benar-benar tidak tahan. Tiada dapat saya menahan hati yang pilu kala mambayangkan dia dibunuh dengan keji. Teringat anak saya yang juga seusia Angeline (8 tahun) saat ini. Usia seperti itu adalah masa-masa bermain yang penuh kegembiraan bagi seorang anak. Masa bermanja-manja dengan oangtuanya, pergi dan pulang sekolah setiap hari, berlari-larian di halaman sekolah bersama teman-temannya.
Sekarang Angeline mungkin sedang berlari-lari di taman surga. Dia sudah kembali ke Pencipta-Nya. Di taman surga tidak ada kekerasan, yang ada hanyalah kasih sayang Allah SWT. Dunia ini terlalu kejam bagi Angeline.
saya baru tau ada berita ini, kasian ya Angeline, kenapa bisa aa orang sekeji itu melakukan perbuatan seperti itu pada anak kecil yang tidak berdosa 😦
RIP
Tenang di surga sayang…
baca berita kasus angeline atau anak2 korban kekerasan..remuk hati, apalagi sbg seorang ibu yang tahu susahnya melahirkan:( bener2 berhati iblis pembunuh anak kecil seperti ini
saya setiap hari megikuti perkembangan beritanya. yg tidak habis pikir masak pembantu yang baru kerja sebulan bisa membunuh anak majikan. ??? dan melihat pernyataan guru yg seperti pakai kaos kaki satu, dan dimandikan disekolah . apa iya ibu angkat nya bukan ratu tega ??? tidak mungkin pembantu yg kalo tidak punya kelainan jiwa membunuh begitu saja. tampa ada sesuatu bisa membunuh ???
Memang sulit sekali membayangkan apa yang dilakukan kepada Engeline, sangat biadab, saya sangat geram ketika menonton berita ini. Apa lagi setelah pengacara Sitompul yang jdi pengacara si Margaret, Makin Geram saya liatnya. Kok ada manusia yang begitu kejam sampai kehilangan hati nurani nya..
Pasti pelaku nya bukan hanya Agus Tai, , pasti ada pelaku lainnya.