Sedekah “Jumat Berkah”

Saya sering membeli nasi kuning di kedai pinggir jalan di dekat kompleks perumahan. Nasi kuningnya murah, hanya 7000 rupiah saja dan rasanyapun gurih enak. Pelanggannya banyak.  Pedagangnya pasangan suami istri. Mereka berjualan mulai jam 5.30 pagi dan selesai berdagang paling lama pukul 9 pagi.  Tapi hari Jumat kemarin pagi saya menemukan mereka sudah tutup lebih cepat daripada hari biasa, yaitu jam 8 pagi sudah tutup karena dagangannya habis dibeli pelanggan.

Saya pun maklum kenapa hari Jumat lebih cepat tutup. Saya pun teringat kembali kata-kata pedagangnya kemarin lusa. “Kalau hari Jumat cepat habis, Pak”, katanya.  “Kenapa?”, tanya saya lagi. “Kalau hari Jumat sering ada orang yang membeli 30 bungkus sampai 40 bungkus, katanya buat disedekahkan kepada orang lain (mamang beca, buruh gali, tukang sol keliling, fakir miskin, anak yatim, dll. Red)”, jawabnya.

Saya kagum mendengarnya. Ini adalah amal sholeh yang sangat baik, memberi sedekah kaum dhuafa pada hari Jumat. Bagi ummat Islam hari Jumat adalah hari raya. Memang bersedekah tidak harus menunggu hari Jumat, hari apapun bisa, tetapi membeli puluhan bungkus nasi buat kaum dhuafa pada hari Jumat tentu karena pertimbangan bahwa hari Jumat adalah hari yang penuh berkah.

Saya teringat kisah yang pernah viral beberapa tahun lalu, yaitu kisah  Mbah Asrori, kakek 92 tahun, yang bersedekah 150 bungkus nasi setiap Jumat. Seperti dikutip dari berita ini, kakek warga asli Semarang tersebut setiap hari Jumat selalu bersedekah nasi bungkus lengkap dengan lauk pauknya kepada orang-orang yang membutuhkan seperti pemulung, tukang becak atau siapa pun yang membutuhkan makanan. Dengan sepeda ontel kesayangannya, Mbah Asrori berkeliling untuk membagikan nasi bungkus tersebut.

Mbah Asrori, kakek 92 tahun bersedekah 150 bungkus nasi setiap Jumat (Sumber foto: https://www.brilio.net)

Seperti dikutip dari brillio.net:

Kakek warga asli Semarang tersebut setiap hari Jumat selalu bersedekah nasi bungkus lengkap dengan lauk pauknya kepada orang-orang yang membutuhkan seperti pemulung, tukang becak atau siapa pun yang membutuhkan makanan.

Dengan sepeda ontel kesayangannya, Mbah Asrori berkeliling untuk membagikan nasi bungkus tersebut.

“Mbah Asrori setidaknya menyisihkan Rp 400.000 per bulan untuk bersedekah padahal penghasilan beliau juga tidak tentu,” ujar Fajar Ali Imron, salah seorang tetangga Mbah Asrori kepada brilio.net Jumat (17/4)

Kakek dengan 3 anak dan 10 cucu tersebut memang hanya berprofesi sebagai guru mengaji bagi anak-anak sekitar, penghasilannya hanya sekitar Rp 800.000 perbulan. Sedekah yang dilakukan Mbah Asrori tersebut semata-mata bukan hanya karena ingin menolong mereka yang membutuhkan makan saja, namun Mbah Asrori iba melihat tetangganya yang seorang janda berjualan nasi bungkus.

Dengan membeli dagangannya Mbah Asrori dapat menolong penjual janda tersebut dan juga orang-orang yang membutuhkan makan. Menurut Fajar, lima tahun silam Mbah Asrori bahkan sudah berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dari uang hasil tabungannya.

Masya Allah, sungguh mulia hati Mbah Asrori. Saya merasa malu sendiri dengan ketulusan hati Mbah Asrori. Beda sekali dengan saya yang sering “berhitung-hitung” dalam memberi. Padahal harta  benda yang kita peroleh bukan milik kita, tetapi milik Allah SWT. Jika kita ingin berniaga di jalan Allah kita tidak boleh suka perhitungan. Ampuni hamba ini ya Allah.

*****************

Di kota Bandung ada sebuah komunitas yang menyediakan makan gratis bagi jamaah sholat Jumat, namanya Komunitas Nasi Jum’at – SiJum Bandung. Mereka punya akun di Facebook, yaitu https://www.facebook.com/sijumbandung/?pnref=story. Jamaah yang selesai bubaran sholat Jumat disuguhi hidangan nasi gratis. Siapapun boleh ikut makan. Niatnya satu, yaitu mengharapkan ridho Allah semata (tentu saja balasan dari Allah adalah pahala yang berlipat ganda).  Komunitas ini menghimpun dana shadaqah untuk membeli makanan, lalu dari dana itu dibelikan makanan yang sudah jadi atau dimasak sendiri. Terkadang mereka tidak hanya membagikan makanan untuk jamah sholat Jumat, tetapi juga berkeliling jalanan kota Bandung untuk membagikan makanan gratis kepada kaum dhuafa (mamang becak, kuli, dll) pada hari Jumat, seperti yang dapat kita lihat pada foto-foto kegiatannya pada akun di atas.

Komunitas Nasi Jumat (Sumber foto dari akun Facebook #SiJum Bandung)

Di Kota Kendal juga terdapat komuntas bernama Sedekaholic yang membagi-bagikan puluhan bungkus sarapan pagi buat orang-orang kecil pada Hari Jumat (Baca: Kisah Mereka yang Menularkan Hobi Sedekah Tiap Jumat). Gerakan berbagi sedekah pada hari Jumat itu menyebar bagaikan virus dan makin lama makin banyak orang bergabung. Masya Allah.

Di kota-kota besar sudah banyak masjid yang menyediakan minuman dan makanan bagi jamaah yang selesai sholat Jumat, baik makanan kecil (snack) ataupun makanan berat. Saya sering sholat Jumat di sebuah masjid kecil di dalam gang pemukiman di dekat bandara Husein Sastranegara Bandung. Selesai sholat, para ibu-ibu sudah siap sedia menyediakan baskom berisi aneka juadah makanan, siapapun boleh mengambilnya gratis.

Saya pun ingin meniru amal sholeh seperti itu pada hari Jumat berkah.

Pos ini dipublikasikan di Agama, Kisah Hikmah. Tandai permalink.

Satu Balasan ke Sedekah “Jumat Berkah”

  1. Michael berkata:

    Aduh, betapa teduhnya hati ini membaca hal hal seperti ini, di negara sangat kapitalis bernama Indonesia, ternyata masih banyak orang-orang yang mau berbagi…. Semoga selalu mendapatkan ridho’ dan barokah…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.