Penyesalan yang (Belum) Terlambat

Dulu pernah ada mahasiswa saya yang bercerita tentang penyesalan dia selama berkuliah. Dia menyesal kenapa dulu ia tidak kuliah dengan serius, malas, dan lebih banyak waktu terbuang untuk hal-hal yang tidak berguna.  Ketika sudah berada pada tahun keenam kuliah, tahun terakhir sebagai batas waktu studi di ITB, barulah dia menyesali diri sendiri jika ternyata dia sudah lalai selama ini. Dia merasa dirinya sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya. Andai jarum waktu bisa kembali diputar mundur ke belakang, tetapi sayang hal itu tidak bisa.

Dulu ada senior saya yang menceritakan masa mudanya yang makan apa saja tanpa memikir kesehatan. Segala makanan yang enak dan berlemak tinggi dilibas. Ketika akhirnya dia terkena stroke, barulah dia menyesali kenapa dulu tidak memikir kesehatan apabila makan. Sampai akhir hayatnya saya masih terngiang-ngiang penyesalannya itu.

Sepasang suami istri pernah menyesal kenapa dulu terlalu sibuk bekerja siang sampai malam sehingga melupakan pendidikan agama anaknya. Ketika anaknya terlibat pergaulan bebas yang berakhir masuk penjara, barulah mereka menyesali kenapa dulu dia dilenakan oleh pekerjaan duniawi sehingga melupakan perhatian kepada anak-ananya.

Seorang artis menyesali dulu semasa masih terkenal hidup bergelimang maksiat. Minum minuman keras sudah biasa, mencoba narkoba pun sudah sering meskipun tidak tertangkap polisi. Kehidupan malam adalah dunianya. Berganti pasangan sudah lumrah. Hidupnya terasa hampa. Kebahagiaan duniawi yang dicapainya hanya semu semata. Ketika sudah mulai tua dan tidak laku lagi barulah dia menyadari dia begitu jauh dari Tuhan. Untung malaikat maut masih “berbaik” hati belum menjemputnya, dia pun tobat dan memperbaiki hidupnya.

Kita sering membaca atau mendengar orang-orang yang menyesali apa yang sudah dia lakukan pada masa lalu. Dulu tidak pernah berpikir mengapa tidak begini, mengapa tidak begitu. Masa muda disesali pada masa tua.

Namun, penyesalan terhadap masa lalu yang saya ceritakan di atas belum ada apa-apanya dibandingkan penyesalan orang yang sudah mati.  Penyesalan dikatakan belum terlambat selama umur masih dikandung badan, selama ajal belum datang.  Ketika maut sudah memisahkan nyawa dengan badan, maka semua penyesalan sudah tiada berguna. Janganlah kita seperti penghuni neraka yang meminta dikembalikan ke dunia dan berjanji untuk mengerjakan amal saleh. Semuanya sudah terlambat. Banyak ayat Al-Quran yang menceritakan penyesalan orang yang sudah mati dan sekarang berada di alam akhirat. Mereka menyesal kenapa dulu tidak rajin beribadah dan beramal shaleh. Diantara ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:

Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan.” (Surat Faathir :37)

Hingga apabila telah  datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan. (Al Mukminun: 99-100)

Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda [kematian]ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah…” (QS. Al Munafiqun: 10)

“Yaa Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (kedunia) niscaya kami akan mengerjakan amal shalih. Sungguh kami adalah orang orang yang yakin.” (QS. As Sajdah: 12)

Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) adzab datang kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim, “Ya Rabb kami, kembalikanlah kami meskipun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan mengikuti rasul-rasul”. (QS. Ibrahim: 44)

Oleh karena itu, selama hayat masih dikandung badan, selama masih diberi kehidupan, hendaklah kita banyak melakukan amal saleh. Mendirikan sholat, memperbanyak sholat sunat, menyeringkan puasa sunat, memperbanyak sadaqah, mengeluarkan zakat, memberi makan orang miskin dan anak yatim, rajin ke masjid, memperbanyak membaca Quran, menjauhi perbuatan maksiat, dan lain-lain. Janganlah setelah kita mati kita menyesal telah lalai mengerjakannya. Itu sudah terlambat.

Tulisan ini untuk mengingatkan diri sendiri dan orang-orang yang membacanya. Amin.

Pos ini dipublikasikan di Renunganku. Tandai permalink.

Satu Balasan ke Penyesalan yang (Belum) Terlambat

  1. go berkata:

    menginspirasi sekali semoga banyak tulisa yang seperti ini dan berharap akan menerapkan self improvement kepada mahasiswa yang seperti diaats

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.