Kami sampai di pintu perbatasan Motaain pukul 16.00. Yah, sudah tutup, tidak bisa menyeberang ke Timor Leste hari ini. Padahal kami ingin bermalam di kota Dili lalu melihat sunrise di Bumi Lorosae itu. Meskipun agak kecewa, kami terpaksa harus kembali ke Atambua. Sebelum balik kami melapor terlebih dahulu di Polres Belu Sektor Motaain untuk menitipkan STNK mobil.
Perjalanan kembali ke Atambua tidak melewati jalan semula, tetapi melewati jalur jalan di pinggir pantai. Kami menikmati pantai Motaain yang berada di perbatasan Kabupaten Belu dengan Timor Leste. Pantai yang sepi berpadu dengan langit biru yang super bersih tanpa awan dan polusi. Laut Timor membentang di depan mata. Jika berjalan terus menyusuri pantai ke arah timur mungkin kita sampai ke kota Dili.
Jalan aspal dari pinggir pantai menuju Atambua sepi dari kendaraan. Namun yang membanggakan adalah hampir semua jalan di Pulau Timor beraspal mulus. Dari Kupang hingga ke Atambua jalanan bagus. Melintasi jalan raya di sini kala sore dan pagi hari kita disuguhi pemandangan khas Pulau Timor yaitu bukit-bukit gersang berwarna kemerahan dengan tanaman perdu yang tumbuh di atasnya.
Setelah beristirahat di pantai Motaain, kami meneruskan perjalanan ke arah Atambua. Di tengah perjalanan kami melintasi pelabuhan Atapupu. Ini adalah pelabuhan antar pulau di Kabupaten Belu. Barang-barang kebutuhan di Atambua (termasuk untuk Timor Leste) diangkut dari Surabaya ke pelabuhan ini.
Sore itu tampak langit di Pulau Timor benar-benar biru bersih tanpa awan. Matahari bersinar dengan perkasa. Sebuah kapal sedang memuat sapi dan rumput. Sapi-sapi itu itu akan dikirim ke Kalimantan untuk Hari Raya Idul Adha nanti.
Hari sudah benar-benar sore. Sebelum masuk ke Atambua, singgahlah kami terlebih dahulu di bendungan Rotiklot, Kabupaten Belu. Bendungan yang diresmikan oleh presiden beberapa waktu yang lalu belum berisi air dan pengunjung masih dilarang masuk. Matahari terlihat menuju peraduannya dikala sunset. Benar-benar pemandangan sore yang menawan di negeri yang hening.
Akhirnya kami sampai kembali ke kota Atambua. Ada beberapa hotel di kota ini, baik kelas melati maupun hotel bintang dua. Kami agak kesulitan mencari kamar hotel yang kosong malam itu. Hampir semua hotel penuh. Maklum ini hari Sabtu. Pada akhir pekan banyak warga Timor Leste datang ke Atambua dan mereka menginap di hotel-hotel itu. Mereka pergi ke Atambua selain untuk menengok saudaranya (maklum orang Timor Leste masih bertalian darah dengan orang Timor bagian barat), mereka umumnya memborong barang kebutuhan sehari-hari di Atambua. Barang-barang di Atambua lebih murah dibandingkan dengan harga di Dili. Warga Timor Leste membawa uangnya dalam bentuk dollar Amerika (mata uang Timor Leste adalah US $), ketika di-kurs ke rupiah di Atambua nilainya jadi besar. (BERSAMBUNG)
Wah asyik juga nih bisa jalan2 ke luar negeri, 😁👍