Lebaran Idul Fitri Saat Pandemi Corona

Hari ini 1 Syawal 1441 H atau tahun 2020 masehi. Lha, kok sempat-sempatnya saya menulis blog hari ini? Bukannya pergi mudik, bersilaturahmi, atau jalan-jalan keluar, atau sekedar cari makan di mal? Oh tidak. Lebaran (dan juga Ramadhan) tahun ini  terasa sangat berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. #LebaranDiRumahSaja. Stay at home. Lebaran yang tidak biasa.  Lebaran yang sepi. Tidak ada kemeriahan hari raya.

Pandemi virus corona mampu mengubah sendi-sendi kehidupan manusia di dunia ini. Biasanya hidup berjalan normal, tetapi tahun ini kami rakyat Indonesia, dan juga warga dunia lainnya, terpaksa harus  berkurung diri di rumah, menjaga diri dan keluarga agar tidak tertular virus corona. Sudah hampir tiga bulan kami  diam di rumah saja. Saya tidak ke kampus karena kampus tutup. Anak-anak tidak sekolah. Belajar dan bekerja di rumah saja. Saya hanya keluar rumah jika ada urusan penting-penting, misalnya belanja makanan atau sekedar olahraga jalan kaki pada pagi hari.

Bulan Ramadhan tahun ini pun dijalani di rumah saja. Shalat tarawih di masjid ditiadakan. Masjid-masjid di zona merah dihimbau tidak melakukan peribadatan, termasuk sholat Jumat pun sudah tiga bulan tidak pernah kami lakukan lagi. Selama bulan Ramadhan saya dan keluarga sholat tarawih di rumah saja. Alhamdulillah selama 30 malam Ramadhan saya dan keluarga selalu menegakkan shalat tarawih, saya yang menjadi imamnya.

Puncaknya adalah Hari Raya Idul Fitri pada hari ini. Tidak ada sholat Ied di masjid di RW kami. Pemerintah dan MUI memang menghimbau agar sholat Ied di rumah saja. Baru kali inilah dalam hidup saya melakukan sholat Ied di rumah, bukan di masjid atau di lapangan. Untuk pertama kali pula saya menjadi imam sholat Ied dengan jamaahnya adalah anak istri saya. Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan selama ini. Corona, dampakmu memang sangat luar biasa bagi insan di dunia ini.

Lalu setelah sholat Ied mau apa lagi? Silaturahmi kepada tetangga, teman, kerabat? Salam-salaman? Baru pada lebaran kali inilah kita terpaksa menutup pintu rumah dari kehadiran tamu. Tidak menerima tamu yang datang berkunjung, dan tidak pula pergi mengunjungi rumah orang lain. Terpaksa. Sebab, itulah cara untuk memutus rantai virus corona. Kita tidak ingin menzalimi tuan rumah, siapa tahu kita adalah OTG (orang tanpa gejala), dari luar tampak sehat namun  di dalam diri kita siapa tahu bersarang virus corona yang bisa menularkannya kepada orang lain.  Sebaliknya, boleh jadi orang yang kita kunjungi adalah OTG, kita pula yang tertular nanti. Maka, cara yang paling aman adalah tidak bertemu secara fisik sama sekali. Untuk sementara watu saja.

Tidak mudik, tidak salam-salaman, tidak mengunjungi tetangga, tidak bertemu secara fisik bukan berarti memutus hubungan persaudaraan dan silaturahmi. Zaman sekarang adalah era digital, zaman internet. Pertemuan secara fisik dapat diganti secara virtual dengan berbagai aplikasi video call, video meeting, online meeting. Tahun ini adalah lebaran dilakukan secara online, mudik pun juga online. Jauh di mata, dekat di hati, seperti video Aidil Fitri  Muslim Singapura yang cukup menyentuh di bawah  ini (klik saja).

Semoga pandemi segera berakhir, kita pun akan memasuki hidup normal baru (new normal) selepas pandemi. Amiin.

Pos ini dipublikasikan di Indonesiaku. Tandai permalink.

Satu Balasan ke Lebaran Idul Fitri Saat Pandemi Corona

  1. Ping balik: Lebaran Idul Fitri Saat Pandemi Corona — Catatanku – Natanedan's Blog

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.