Mahasiswa Milenial yang Berbahasa Santun

Beberapa waktu yang lalu di dunia maya (khususnya twitter) sempat trending berita tentang chat mahasiswa kepada dosenya yang dianggap oleh dosen tersebut kurang sopan (baca: Membaca Lagi Chat Dosen ‘Kok Kamu Atur Saya’ yang Heboh di Twitter). Meskipun saya tidak  mengerti dimana letak kesalahan kata-kata si mahasiswi, biasa saja kalimatnya, wajar dan sopan, tapi mungkin saja saat itu sang dosen sedang tidak berada dalam kondisi mood yang baik sehingga emosinya kurang stabil. Wallahu alam.

Itulah bedanya bahasa lisan dengan bahasa tulisan, bisa berbeda-beda penafsiran. Bahasa tulisan (seperti SMS, surel, chat dengan whatsapp, dll) tidak mengandung ekspresi dan intonasi yang rentan menimbulkan salah paham.

Anak muda generasi milenial sering dipersepsikan tidak tahu sopan santun berbahasa. Benarkah demikian? Pengalaman saya mengajar mahasiswa milenial beberapa tahun terakhir ternyata sebaliknya.

Mahasiswa milenial menurut saya sopan-sopan saja kok kalau menghubungi dosen via surel (e-mail) atau WA. Saya belum pernah mendapat pesan dengan bahasa yang kurang santun, baik dari mahasiswa di kampus sendiri, maupun mahasiswa dari kampus lain. Di awal atau di akhir surel mereka sering ada kalimat begini:

Mohon maaf apabila mengganggu waktu Bapak

Mohon maaf bila ada salah kata

Mohon maaf bila ada kata-kata atau kalimat saya yang kurang sopan

Menurut saya itu kalimat-kalimat yang baik. Malah saya sendiri kalau menyurati orang lain jarang menulis  kalimat-kalimat di atas.

Terima kasih anak-anaku, saya tidak pernah merasa terganggu membaca surel kalian, karena kebiasaan saya setiap (pagi) hari adalah mengecek semua surel yang masuk dan selalu membacanya (dan membalasnya jika pengirim menunggu jawaban).

Dulu sebelum pandemi corona, setiap kali masuk kantor dan menyalakan komputer desktop, maka aktivitas yang pertama kali saya lakukan adalah membaca semua surel yang masuk ke dalam inbox. Sekarang, ketika harus WFH, membaca surel dari orang lain bisa dilakukan kapan saja, di rumah, di perjalanan, di kantor, dan sebagainya. Ada smartphone, dan yang terpenting ada akses internet.

Sebagai dosen dan pendidik, kita tidak perlu menjadi orang yang gila hormat. Kalau kita ramah, rendah hati, selalu menyempatkan diri membalas surel/WA mahasiswa, tidak mempersulit mahasiswa, maka mahasiswa kita pun akan hormat dan segan. Mereka tidak pernah mengirim pesan dengan bahasa yang tidak sopan kepada kita. Seperti bunyi sebuah slogan pada sebuah stiker: anda sopan, kami segan.

Pos ini dipublikasikan di Budi Pekerti, Pendidikan. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.