Kerupuk


Tadi pagi ada kejadian yang cukup membuat saya terharu. Setelah selesai jalan pagi (setiap pagi saya memang selalu olahraga jalan kaki), saya mampir ke sebuah warung nasi kuning di Pratista Antapani. Pedagangnya sepasang suami istri (dari ceritanya kepada saya, mereka sudah tiga tahun berjualan di sana. Sebelumnya mereka punya usaha konveksi, tetapi bangkrut karena ditipu orang. Jadi sekarang mereka bikin usaha jualan nasi kuning dan lontong sayur).

Saya membeli satu bungkus nasi kuning, dua bungkus lontong sayur, dan satu bungkus lontong kari untuk dibawa pulang. Setelah membayar, saya berjalan pulang, menenteng keresek berisi makanan tadi.

Setelah lima belas menit berjalan dan hampir sampai di rumah, tiba-tiba seorang bapak dengan sepeda motor menghampiri saya. Oh, ternyata bapak penjual nasi kuning tadi. Dia membawa kantong keresek berisi empat bungkus kerupuk. Dia mengatakan bahwa tadi lupa memberikan kerupuk. Tidak enak makan kalau tidak pakai kerupuk, katanya (FYI, bagi orang Sunda atau Jawa, makan nasi tanpa kerupuk rasanya kurang lengkap. Jadi, kerupuk yang berwarna kuning seperti di atas selalu disertakan jika kita membeli makanan apapun di Bandung, seperti bubur ayam, nasi kuning, kupat tahu,  lontong kari, lontong sayur, nasi goreng, mie goreng, bahkan makan rujak juga pakai kerupuk).

kerupuk

Rupanya dia mencari-cari saya dengan motor hanya untuk mengantarkan kerupuk. Sepertinya dia merasa bersalah karena tidak lengkap menyertakan pelengkap makanan. Dia susuri jalan di Antapani mengejar saya, mencari-cari saya. Tadi saat di warung memang dia bertanya saya tinggal di mana dan saya menyebutkan jalan rumah saya, mungkin karena saya pelanggannya yang baru. Oleh karena itu dia mencari ke jalan tersebut dan bertemu saya di pertigaan jalan.

Saya merasa terharu. Bapak baik sekali, kata saya. Hanya untuk mengantarkan kerupuk yang bagi saya nggak penting (benar, saya kurang begitu suka makan pakai kerupuk), dia bela-belain mencari-cari kemana saya berjalan.

Ahai, kalau semua orang jujur seperti bapak tadi alangkah indahnya dunia ini ya. Tidak mau merugikan orang lain, merasa bersalah jika tidak memberikan yang terbaik, dan selalu  menjaga integritasnya.

Pos ini dipublikasikan di Gado-gado. Tandai permalink.

2 Balasan ke Kerupuk

  1. Jumal Ahmad berkata:

    Mulia sekali akhlak beliau. Semoga usahanya diberikan keberkahan.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.