Kesehatan adalah Rezeki yang Paling Tinggi

Saat pandemi corona yang berlangsung sekarang ini, saat banyak orang sakit terpapar covid, saat rumah sakit sudah hampir kolaps karena pasien sudah tidak tertampung, saat pasien  harus menunggu untuk masuk IGD, saat mencari kamar rawat inap dan oksigen sangat sulit, saat uang yang banyak tidak ada artinya karena tidak mendapat ruang ICU di rumah sakit, maka barulah kita sadar betapa kesehatan adalah nikmat dari Allah SWT  yang paling berharga. 

Di dalam ilmu tasawuf diceritakan bahwa Syaikh As-Sya’rawi menjelaskan rezeki memiliki tingkatan sebagai berikut :

  1. Harta (Maal), adalah rejeki yang paling rendah
  2. Afiyah (sehat lahir batin), adalah rejeki yang paling tinggi.
  3. Anak-anak yang Sholeh (sholihu abna) adalah rejeki yang paling utama.
  4. Mendapat ridho Allah (ridho rabbul ‘alamin) adalah rejeki yang paling sempurna. 

(Sumber dari sini)

Ustad Adiwaman Karim, yang juga seorang ahli ekonomi, menjelaskan tingkatan rezeki ini secara menarik di dalam videonya. Klik video di Youtbe di bawah ini.

Jadi, uang yang kita cari, harta yang kita  kumpulkan bersusah payah, ternyata itu hanyalah rezeki dengan tingkatan paling rendah. Banyak orang yang mengorbankan waktu dan tenaganya untuk mengumpulkan uang dan harta benda. Dengan hartanya yang banyak dia dapat membangun rumah yang bagus, membeli mobil yang mewah, jalan-jalan ke luar negeri, dan sebagainya. Selama harta itu diperoleh dengan jalan halal tentu tidak ada yang salah. Orang perlu kaya agar bisa pergi naik haji, agar bisa membangun masjid, agar membantu orang miskin dan anak yatim.  

Namun, ketika diri sakit, harta yang banyak itu seringkali menjadi tiada artinya. Apa gunanya uang banyak tetapi tidak dapat dinikmati karena makanan  selalu dibatasi. Ada orang yang memiliki penyakit diabetes atau penyakit darah tinggi. Asupan makanannya harus dibatasi dan serba ditimbang. Makan ini tidak boleh, itu tidak boleh. Makanan ini hanya boleh sekian gram, makanan itu sekian gram.

Dulu ada rekan saya yang mengidap suatu penyakit (saya tidak ingat, kolesterol tinggi atau diabetes, atau hepatitis). Makanannya hanya boleh yang serba dikukus atau direbus. Dia harus bawa sendiri bekal makanannya dari rumah. Ketika orang lain menikmati aneka hidangan di atas meja, dia membuka bekal makanannya yang berupa kentang rebus, brokoli kukus, wortel kukus, dan aneka makanan yang dikukus. Padahal dari sisi kekayaaan apa yang kurang darinya, makanan apa saja mampu dibelinya. Tapi saat itu, uang yang banyak menjadi tidak berarti karena makanan yang apa saja itu tidak boleh dimakan.

Ternyata di atas harta, ada rezeki lain yang lebih tinggi lagi, yaitu kesehatan. Badan yang sehat adalah rezeki dari Allah SWT. Dengan tubuh yang sehat kita dapat bekerja dan beraktivitas, dapat pergi ke mana-mana, dan dapat menikmati makanan pemberian dari Allah. Tentu saja selama semua itu tidak berlebih-lebihan, karena yang berlebihan itu dapat mendatangkan penyakit.

Sekarang hampir setiap hari kita membaca berita jumlah kasus positif covid di Indonesia meledak lagi setelah lebaran. Pertambahannya tidak hanya ribuan setiap hari, tetapi sudah puluhan ribu. Kemarin, tanggal 7 Juli 2021, pertambahan kasus covid di Indonesia adalah 34.000-an, nomor dua tertinggi di dunia setelah Brazil. Yang lebih menyedihkan, ada 1000-an lebih wafat kemarin. Ya Allah, lindungi kami ini ya Allah.

Betapa hari-hari ini kita mendengar banyak pasien covid yang ditolak oleh rumah sakit karena bed sudah penuh, ruang rawat sudah penuh, bahkan untuk masuk IGD saja sampai antri berhari-hari. Jangankan orang miskin, orang kaya atau pejabat saja banyak yang tidak mendapat tempat perawatan di rumah sakit. Oksigen juga menjadi barang langka, karena banyak pasien covid, baik di yang di rumah sakit atau yang isolasi mandiri di rumah, mengalami sesak napas. Astaghfirullah al adzim, benar-benar situasi saat ini sangat mencekam.

Karena itu, sudah seharusnyalah kita bersyukur atas karunia Allah SWT masih diberi kesehatan. Semoga kita terhindar dari wabah virus corona. Jaga selalu protokol kesehatan, dan jangan lupa untuk selalu bersedeqah, berdoa dan berserah diri kepada Allah semata.

Setelah kesehatan merupakan rezeki paling tinggi, ternyata di atasnya ada lagi rezeki yang paling utama, yaitu memiliki anak-anak yang sholeh dan sholehah. Alangkah beruntung orangtua yang punya anak sholeh dan sholehah, yang selalu taat menjalankan agama, dan yang selalu mendoakan ibu bapanya.

Namun, rezeki yang paling sempurna di dalam hidup ini adalah ridho dari Allah SWT.  Apa gunanya punya banyak harta, badan yang sehat, anak yang sholeh, tetapi Allah tidak meridhoi diri kita. Orang yang diridhoi Allah adalah orang yang ketika matinya dalam keadaan husnul khotimah. Itulah mati yang paling beruntung.

Tulisan ini merupakan pengingat bagi diri saya sendiri dan bagi siapapun yang membacanya agar ingat selalu kepada Allah SWT, selalu bersyukur kepada-Nya, taat kepada-Nya, dan berserah diri hanyalah kepada Allah SWT. Ampuni kami ini, Ya Allah.

Pos ini dipublikasikan di Renunganku. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.