Ketika tadi siang ke kampus, saya bertemu dengan seorang kolega sesama dosen. Sudah lama saya tidak ke kampus karena pandemi. Kampus tutup, mahasiswa pulang kampung, kuliah dilakukan secara virtual. Dan selama hampir dua tahun kurang saya tidak pernah bertemu dengan kolega, hanya ketemu mereka secara virtual saja saat rapat, seminar, atau sidang. Kolega saya ini kaget melihat rambut saya sudah banyak putihnya. Sebelum pandemi nggak sebanyak ini. (Baca tulisan sebelumnya: uban)
Ternyata waktu dua tahun WFH (work from home) selama pandemi membuat rambutpun ikut stres sehingga ia berubah warna . Apakah kamu juga begitu?
Apa sebabnya?
Hoho…itulah, mungkin karena sudah dua tahun saya tidak pernah bertemu lagi yang segar-segar, maksudnya mahasiswa yang segar-segar. Sebelum pandemi hampir setiap hari kita ketemu mahasiswa yang selalu berganti setiap tahun. Mahasiswa yang baru-baru, segar-segar ceria, kinyis-kinyis, muda-muda, dan kita pun yang dosen ikut terbawa muda meskipun usia selalu bertambah. Mereka happy kita pun terbawa happy.
Jadi tidak heran, kata orang, guru dan dosen itu selalu tampak muda karena setiap hari mereka ketemu anak muda terus. Pemutihan rambut pun jadi ikut melambat, hihihi…. Tapi karena anak-anak muda itu menghilang dari pandangan selama dua tahun akibat pandemi, maka pemutihan rambut malah menjadi cepat. 🙂
Makanya, saya berharap, cepatlah pandemi berlalu agar kuliah berjalan lagi dan kampus diisi lagi dengan anak-anak muda ceria setiap hari. Mereka ceria kita pun terbawa ceria.
Ahhh…bercanda kok. Uban itu karena memang faktor U.
Hehehe senang sekali membaca postingan pak rinaldi yang ini…. saya jd merasakan vibes yang berbeda. Terima kasih pak rinaldi utk senantiasa menulis, meski saya hanya menjadi pembaca setia blog serta buku diktat perkuliahan karangan bapak, tapi entah mengapa postingan kali ini membuat saya ikut merasa bersemangat juga. Omong-omong, baru kali ini saya menulis komentar di blog yang menjadi idola sejak semester satu :’)))