Bandung itu memang surga kuliner. Banyak saja bermunculan makanan baru, jajanan baru, penganan baru. Sebut saja mie kocok, batagor, seblak, bakso aci, bakso cuankie, sampai surabi. Kreatif memang warga kotanya.
Tergoda dengan sebuah posting-an mahasiswaku di Instagram yang memajang foto mie kriuk Cici Claypot, saya pun ingin mencobanya pula. Ini jenis makanan yang pernah viral beberapa tahun yang lalu (tahun 2019 kalau nggak salah). Sampai sekarang mie kriuk Cici Claypot ini masih dicari. Saya aja yang telat mencobanya, padahal saya sendiri warga Bandung lho, tapi ya itu, saya jarang makan di luar.
Di Jalan Anggrek, dekat toko kue Tiramisusu, ada konter mie claypot. Saya pergilah ke sana sore itu. Saya pesan satu porsi mie kriuk daging cincang. Jadi ini mie yang tidak direbus, tetapi masih seperti kerupuk (kriuk), lalu mie kriuk disiram kuah kental panas dan daging cincang, dimasak dan disajikan di dalam tembikar (claypot). Seperti di bawah ini penampakannya.
Claypot itu bahasa Inggris untuk tembikar atau gerabah. Jadi, semua bahan makanan dimasak di dalam tembikar ini, lalu dihidangkan di meja kita panas-panas. Kuah di dalam tembikar terlihat masih mendidih, asapnya masih mengebul. Rasanya gurih. Pakai sambal supaya terasa lebih nendang. Seporsi mie kriuk itu harganya sekitar 40 ribuan, termasuk pajak. Hihihi…mahal juga ya. Selain mie juga ada nasi yang topping-nya seperti pada gambar di atas, lalu ada pula nasi hainan, nasi goreng, nasi buncis, dll, semuanya dimasak dan disajikan di dalam tembikar.
Dikutip dari sini, Cici Claypot merupakan tempat makan yang dimiliki oleh seorang influencer di bidang kuliner dan traveling, Shasya Pashatama. Bisa dibilang, Cici Claypot menjadi satu-satunya tempat makan di Bandung yang menawarkan sensasi kuliner di dalam claypot. Menurut Shasya Pashatama, inspirasi untuk membuka Cici Claypot berasal dari tempat makan favoritnya saat kuliah.
“Dulu tuh ada yang jualan claypot di pinggir jalan Dago, makanannya enak banget dan aku sering ke sana. Terus tiba-tiba dia enggak jualan lagi dan aku merasa kehilangan,” ungkap pemilik akun @surgamakan kepada kami beberapa waktu yang lalu.
Kehilangan tempat makan favorit semasa kuliah tak membuat Shasya berputus asa, ia lantas membuka tempat makan serupa bersama saudara laki-lakinya.
Nah, begitu cerita pengalaman saya mencoba masakan Cici Claypot. Soal rasa memang subyektif. Kalau untuk anak-anak muda milenial memang rasa mie kriuk Cici Claypot ini cocok di lidah mereka. Kalau bagi saya yang masih fanatik dengan masakan Minang yang pedas, mie kriuk Claypot ini kuahnya terasa agak manis/gurih, agak kurang cocok dengan lidah saya. Tapi yang penting saya sudah mencoba gaesss….
Kok mahal ya, harganya wkwk