Mahasiswaku dan beruk pemanjat pohon kelapa di Pariaman

Ada dua orang mahasiswa di bawah perwalian saya asal Sumatera Barat, kampung halamanku. Mahasiswa pertama asal Pariaman, mahasiswa kedua asal Batusangkar. Keduanya berasal dari keluarga kurang mampu, namun alhamdulillah mereka mampu lulus masuk STEI-ITB yang terkenal sulit tembusnya dan sekarang kuliah di Prodi STI. Alhamdulillahnya lagi, mereka tidak perlu bayar UKT karena dapat KIP dari Pemerintah (dulu namanya beasiswa bidikmisi).

Saya tanya apa pekerjaan orangtuanya. Mahasiswa asal Batusangkar menjawab, ayahnya hanya berjualan roti bakar kaki lima di pasar Batusangkar. Mahasiswa asal Pariaman menjawab, ayahnya mendapat upah menjual jasa beruk pemanjat pohon kelapa.

Pariaman terkenal sebagai daerah penghasil buah kelapa terbaik, karena kabupaten ini terletak di pesisir pantai Sumatera. Puluhan ribu pohon kelapa tumbuh di sana. Untuk memetik buah kelapa, tradisi orang Pariaman adalah menggunakan beruk. Beruk (Bahasa Minang: baruak) adalah sejenis monyet yang bertubuh agak besar. Beruk-beruk itu dilatih untuk memanjat dan memetik pohon kelapa karena pohon kelapa di Pariaman umumnya tinggi-tinggi. Karena Pariaman terkenal dengan beruk pemanjat kelapa, di sana bahkan sampai ada Sekolah Tinggi Ilmu Beruk (STIB) tepatnya di desa Apar, kota Pariaman. Cek saja di artikel berikut: 6 Fakta Sekolah Tinggi Ilmu Beruk di Pariaman, yang Lahirkan Pemetik Kelapa Ulung. Desa Apar sekarang menjadi desa tujuan wisata di kota Pariaman, wisatawan dapat melihat beruk-beruk yang dilatih di STIB, mereka juga dapat menikmati buah kelapa yang dipetik oleh beruk.

Pelatih beruk di Pariaman

Jadi, ayah mahasiswaku ini, berkeliling setiap hari dengan beruknya, menawarkan jasa beruk untuk memanjat dan memetik pohon kelapa. Saya ingat semasa kecil dulu di Padang sering melihat laki-laki dengan beruk di pundaknya berjalan keliling kampung menawarkana jasa beruknya untuk memetik buah kelapa, kadang menggunakan seperda.

Sekolah Tinggi Ilmu Beruk di Desa Apar, kota Pariaman

Nah, dari upah memetik buah kelapa itulah mahasiswaku asal Pariaman ini bisa sekolah dan kuliah di ITB. Terharu aku mendengar ceritanya. Mahasiswa yang sederhana tapi punya motivasi yang kuat mencapai citacitra. Mudah-mudahan setelah lulus nanti dia bisa mengangkat harkat dan kesejahteraan keluarganya.

Ada banyak mahasiswa di ITB yang berasal dari keluarga kurang mampu. Mereka memiliki otak pintar, namun tetap punya semangat tinggi untuk mengejar mimpi menjadi seorang sarjana yang berguna bagi keluarga, bangsa, dan negara.

Pos ini dipublikasikan di Pendidikan, Romantika kehidupan, Seputar ITB. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.