Jalan-jalan ke Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis, Padang

Setelah di Bukittinggi, saya dan keluarga bermalam di rumah neneknya anak-anak di kota Padang. Di kota Padang tujuan utama wisata tentu saja pantai dan lautnya. Kota ini menghadap ke Samudera Hindia yang menurut para pakar gempa sangat rawan tsunami karena berada di sesar Mentawai yang aktif bergerak. Mudah-mudahan bencana yang ditakutkan orang Padang itu tidak terjadi. Ya Allah, lindungilah kota ini dari gempa dan tsunami. Terus terang, sejak isu gempa besar dan tsunami yang diperkirakan para pakar akan terjadi, kota ini terasa agak lengang, terutama di pusat kota (pusat kota terletak di sepanjang pantai). Banyak warga yang pindah ke pinggiran kota yang lokasinya di atas bukit, bahkan ada yang pindah ke kota lain. Tetapi, banyak juga yang tetap bertahan di pusat kota, mereka terlihat pasrah menunggu takdir dan tidak ikut-ikutan lari ke pinggiran kota setiap kali gempa terjadi. Kebetulan rumah saya — neneknya anak-anak– berada di pusat kota yang jaraknya dari pinggir pantai cuma sekitar 3 km.

Kembali tentang jalan-jalan. Saya membawa anak-anak jalan-jalan ke pantai yang terkenal dengan cerita yang sudah melegenda yaitu kisah si Malin Kundang anak durhaka. Pantai Air Manis (aie manih) namanya. Cerita legenda ini memang dikisahkan terjadi di Pantai Air Manis, arah selatan kota Padang. Di pantai inilah terdapat batu Malin Kundang yang menjadi obyek wisata andalan.

Untuk menuju Pantai Air Manis ada dua cara. Cara pertama melalui Jembatan Siti Nurbaya yang membentang di atas sungai Batang Arau menuju bukit Gado-gado (atau disebut juga Bukit Padang atau Gunung Padang). Di bawah ini potret Jembatan Siti Nurbaya yang saya ambil dari bawah:

Saya belum sempat naik jembatan ini, tetapi gambar Jembatan Siti Nurbaya yang tampak dari arah depan di bawah ini dapat menjelaskan seperti apa bentuknya (foto ini diambil dari situs ini)

Cara pertama menuju Pantai Air Manis melalui Jembatan Siti Nurbaya ini hanya bisa ditempuh dengan motor atau jalan kaki, sebab dari Bukit Padang menuju Pantai Air Manis belum bisa dilalui mobil. Oh ya, dinamakan Jembatan Siti Nurbaya karena di Bukit Padang ini terdapat “makam” Siti Nurbaya, sebagaimana diceritakan di dalam novel Siti Nurbaya karangan Marah Rusli yang terkenal itu. Makam ini berada di sebuah taman yang menghadap ke laut lepas, di dekat “makam” ini ada meriam kuno peninggalan Jepang. Moncong meriam ini menghadap ke laut, siap menembak kapal musuh yang masuk ke pelabuhan Muara. Benar-benar indah melihat pemandangan jurang dan laut yang menghampar di bawahnya dari taman ini. Ditulis “makam” dalam tanda petik karena sebenarnya Siti Nurbaya hanyakan cerita rekaan, tetapi bagi orang Padang cerita itu seakan-akan benar-benar terjadi, sehingga tumpukan batu berbentuk makam itu dianggap sebagai makam Siti Nurbaya sungguhan.

Dalam jalan-jalan kali ini saya tidak mengunjungi makam Siti Nurbaya, tetapi untuk membayangkan kepada anda seperti apa makamnya, maka di bawah ini ada beberapa foto yang diambil dari beberapa situs internet:


(Taman Siti Nurbaya. Gambar diambil dari sini)


(Pintu masuk makam Siti Nurbaya. Gambar diambil dari sini)


(Makam Siti Nurbaya, gambar diambil dari situs ini)


(Pemandangan Samudera Hindia dari atas Taman Siti Nurbaya. Gambar diambil dari sini)

Menurut keterangan masyarakat setempat, konon sekitar 10 meter di tebing di bawah makam Siti Nurbaya terletak makam kekasihnya, Samsul Bahri. Wallahualam.

Perjalanan ke Pantai Air Manis melalui jalur tracking di atas bukit ini sangat mengasyikkan, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam yang mempesona. Di kiri jalur terdapat hutan yang masih belum terjamah, sedangkan di sebelah kanan adalah jurang dengan laut biru menghampar di bawahnya. Dari jauh sudah kelihatan pantai Air Manis dengan Pulau Pisang yang duduk termenung. Dulu waktu remaja hampir setiap hari minggu saya lari pagi melewati bukit ini sampai ke Pantai Air Manis. Banyak warga kota yang juga lari pagi sejak usai shalat Subuh menikmati udara yang bersih sambil berjalan-jalan di Pantai Air Manis.

Cara kedua menuju Pantai Air Manis adalah dari jalan raya Teluk Bayur. Dari sini sudah ada jalur buat kendaraan roda empat menuju Pantai Air Manis. Masuk dari jalan di depan SMA 6 Padang, lalu anda akan melewati jalan yang berkelok-kelok mendaki bukit, kemudian menurun lagi sebelum akhirnya sampai di Pantai Air Manis yang landai. Hati-hati membawa kendaraan karena jurang di pinggir kanan jalan. Kemarin saya melewati jalur ini diantar kakak saya.

Nah, ini dia Pantai Air Manis dengan Pulau Pisang di kejauhan. Pantai ini cukup panjang dengan pasirnya yang berwarna kuning kecoklatan. Suasana di Pantai ini masih asri, tidak ada bangunan seperti hotel atau penginapan, juga tidak banyak rumah penduduk. Pohon kelapa dan pohon-pohon lain membuat udara di pantai ini terasa sejuk an tidak panas.

Lalu di mana batu Malin Kundang itu? Itu dia, letaknya paling ujung selatan pantai. Dari kejauhan tampaklah batu ini, itu tuh yang dekat pondok beratap seng.

Yuk, berjalan lebih dekat lagi:

Nampaklah batu Malin Kundang yang teronggok begitu saja di pinggir pantai. Karena bentuknya yang seperti kapal karam, lahirlah cerita dongeng Malin Kundang Anak Durhaka. Entah siapa yang pada zaman dahulu melahirkan cerita ini, apakah karena nenek moyang orang Padang zaman dahulu melihat batu itu seperti kapal maka terinspirasilah membuat cerita dongeng Malin Kundang.

Menurut kamu, apakah bentuknya memang mirip seperti kapal? Hmm…bangunan beberapa warung di belakang batu ini merusak pemandangan ya.

Yuk kita naiki kapal si Malin Kundang:

Dikisahkan Malin Kundang dan ibunya tinggal di desa Air Manis. Mungkin dahulu ada pelabuhan kapal di sana (atau mungkin yang dimaksudkan adalah Pelabuhan Teluk Bayur yang terltak tidka jauh dari Pantai Air Manis). Malin Kundang kemudian merantau menjadi anak buah kapal. Karena rajin dan jujur bekerja, maka pangkatnya dinaikkan dari semula anak buah kapal menjadi kelasi. Nakhoda kapal mulai tertarik dengan Malin Kundang. Dia menjodohkan puterinya dengan Malin Kundang, kemudian dia menyerahkan kapal kepada Malin Kundang dan mengangkat Malin Kundang sebagai nakhoda menggantikan dirinya yang ingin pensiun.

Kehidupun Malin Kundang semakin makmur, tetapi dia tetap merindukan ibunya yang dulu dia tinggal sendirian. Malin Kundang pun mengarahkan kapalnya menuju pelabuhan Padang. Melihat kapal besar memasuki pelabuhan, orang-orang di desa Air Manis berlarian melihat kapal besar yang belum pernah mereka lihat. Ibu Malin Kundang yang sudah semakin tua pun ikut melihat sambil berharap ada anaknya di kapal itu. Dia sudah sangat rindu melihat Malin Kundang. Sambil berjalan tertatih-tatih dengat tongkatnya, dia menuju pelabuhan. Setelah kapal bersandar, turunlah nakhoda kapal dengan istrinya yang cantik. Tidak salah lagi, itu adalah Malin Kundang. Sang Ibu pun berteriak sambil berlari menghampiri Malin Kundang. “Malin anakku, ini ibumu, Nak”, katanya. Melihat ibunya yang sudah tua dan buruk, Malin Kundang merasa malu kepada istrinya. Malin Kundang membantah bahwa itu bukan ibunya dan cepat-cepat kembali lagi ke kapal lalu memerintahkan anak buah kapal untuk mengangkat sauh. Hancur hati sang ibu. Sambil berlinang air mata ibu Malin Kundang berdoa kepada Tuhan agar Malin Kundang diberi hukuman karena telah mendurhakai ibunya.

Tuhan mendengar doa sang ibu. Langit berubah menjadi hitam, awan hitam bergulung-gulung, petir menggelegar-gelegar. Hujan badai datang. Kapal si Malin Kundang terombang-ombing dihempas gelombang laut yang menggila. Malin Kundang yang merasa berdosa memanggil-manggil ibunya seraya minta ampun, tetapi sayang sudah terlambat. Kapal dihempas gelombang hingga terdampar di tepi pantai, lalu seketika berubah menjadi batu. Malin Kundang dan seluruh isi kapal berubah menjadi batu. Itulah dia batu si Malin Kundang yang dapat dilihat di Pantai Air Manis. Dikisahkan bahwa setelah berubah menjadi batu, ibu si Malin Kundang menyesal telah mengutuk anaknya, namun sayang nasi sudah menjadi bubur, si Malin Kundang tidak bisa menjadi manusia lagi (moral of the story: orangtua jangan suka mengutuk anak atau mengatakan hal-hal yang jelek tentang anak, karena doa orangtua itu adalah doa yang paling makbul).

He..he.. terlena dengan cerita di atas? Apakah batu yang anda lihat itu mirip seperti kapal? Pada awalnya sih tidak terlalu mirip, saya masih ingat waktu dulu ke sana bentuknya tidaklah terlalu mirip kapal. Tetapi, beberapa tahun lalu Pemerintah Kota Padang merekayasa batu itu dengan menambahkan ornamen-ornamen dari semen di atas batu itu sehingga menyerupai geladak kapal. Bukan itu saja, bahkan ada cetakan semen berbetuk tali tambang, tong kayu, dan sebagainya seperti foto-foto saya di bawah ini:

Perekayasaaan batu Malin Kundang sehingga mirip kapal betulan itu pernah diprotes oleh para budayawan di Padang karena merusak keaslian legenda, namun Pemda tidak mengubrisnya. Bahkan di dekat batu itu dibuat diorama dari lempeng tembaga yang meceritakan kisah Malin Kundang. Singkat cerita batu Malin Kundang dan lingkungan di sekitarnya sudah tidak asli lagi. Kepentingan pariwisata dan ekonomi mengalahkan orisinilitas.

Ngomong-ngomong, mana si Malin Kundangnya? Ini dia tokoh utama cerita kita, sedang bersujud meminta ampun:


(saya lupa memotret si malin Kundang, jadi foto di atas saya ambil dasi sini saja)

Menurut kamu, apakah patung si Malin Kundang di atas asli atau rekayasa? Silakan jawab sendiri.

Demikianlah sekelumit cerita jalan-jalan kami di Pantai Air Manis dan batu Malin Kundangnya.

Pos ini dipublikasikan di Cerita perjalanan, Cerita Ranah Minang. Tandai permalink.

50 Balasan ke Jalan-jalan ke Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis, Padang

  1. Kang Jodhi berkata:

    Dulu yang disebut batu malin kundang itu hanya sebuah batu besar berwarna gelap, yang tidak sinkron dengan sekelilingnya yang merupakan pantai berpasir putih. Setelah gempa besar 2008 saya dengar batu itu sudah tenggelam, tidak terlihat lagi dari permukaan laut. Kalau pemerintah merasa perlu membuat “replika kapal malin kundang” untuk kepentingan pariwisata, menurut saya sih sah-sah aja

    • rinaldimunir berkata:

      Setahu saya dulu pasir pantainya memang tidak putih Jodh. Rekayasa batu Malin Kundang itu dibangun sebelum tahun 2008, yaitu pada akhir tahun 90-an. Jadi, batu aslinya memang berada di situ, tetapi sudah ditambahkan dengan ornamen di atasnya. Tidak benar gempa 2008 membuat batu itu tenggelam.

  2. YURY berkata:

    TERIMA KASIH PAK KRNA SUDI UPLOAD FOTO MALIN KUNDANG. LOKASINYA BAGUS, BISA MENARIK KUNJUNGAN PARIWISATA DARI LUAR. KISAH MALIN KUNDANG BISA MENJADI TELADAN KPD ANAK2.

  3. YURY berkata:

    MOHON JIKA BAPAK SUDI MEMBUAT CATATAN TENTANG MAKANAN ISTIMEWA PENDUDUK SETEMPAT DGN FOTONYA SEKALI.

  4. Andri berkata:

    Saya penasaran, dulu waktu saya berkunjung ke Sumbar gak sampai kesana, udah sore dari pantai padang

  5. Yodi berkata:

    kalo saya gak salah dulu waktu saya main ke pantai air manis sekitar tahun 2000-an jalan untuk akses kesana berliku n kurang bagus… apakah sekarang udah bagus pak??? semoga saja sudah agar wisatawan lokal dan asing bisa berkunjung kesana.
    😀

  6. INDARTI AGUSTINA berkata:

    MALIN KUNDANG TAHUN BERAPA DI KUTUK MENJADI BATU?
    JAWAB YA!!!!!!

  7. jd pengen bgt pergi jln2 ke padang, tpi ngk kesampean.,,., hehe

  8. excel berkata:

    gwa aja yang nak padang gak pernah ke pantai air mani, rencananya gw mo bawa kopi k sana, yach gak ush pake gula,coz aernya dah manis,,,,hehehehe,,orangnya jga manis

    • armaizal berkata:

      air manis bukan berarti air yg rasanya manis, tapi air (minang: aie) itu artinya sungai/muara, dan manis (minang: manih) artinya indah/cantik, jd “aie manih” artinya sungai atau muara yg indah atau cantik, jd gak perlu bawa kopi ya…

  9. Mdnasir Ahmad berkata:

    Saya dari Melaka Malaysia ingin mengunjungi Kota Padang dan pasti Batu Malim Kundang akan menjadi salah satu tempat kunjungan kami di Akhir Disember nanti.

    • syelvie berkata:

      slam kenal dri padang….silahkan berkunjung ke kota padang,yg terkenal dgn pantai air manis (malin kundang),taman and jembatan siti nurbaya…adn wisata kuliner nya….

  10. ersa ademeta berkata:

    gw jg mau pergi ke pantai air manis
    hehehe…..

  11. Adhie Rizal Arko berkata:

    keren jga tuhh kyana tuh pantaiii

  12. jerietea berkata:

    keren..keren…cerita plus photo-photonya.Bagus juga kalo di bikin novel..inspiratif

  13. aq jga pengen pergy ke sana
    keliatannya disana asyik
    ssiipp,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

  14. Tuti berkata:

    Lebaran 2 tahun yll, saya kesini dan waktu itu karena tidak tau jalan maka jam 4 sore baru sampai di Pantai Air Manis. Karena tidak puas maka 4 hari yll, saya berkunjung lagi kesana, saya berangkat jam 10 pagi naik motor, karena mau puasin menikmati pantai air manis yang luas, landai dan putih… sangat enak bermain disana, melihat kehamparan laut biru, maka kelihatan 2 pulau yang berdekatan namanya Pulau Pisang Kecil dan Pulau Pisang Besar. Seharian saya bermain dan bermain snorkeling di Pulau Pisang Besar… rasanya mau kembali lagi kesana

  15. khairul ilmi berkata:

    Betapa dahsyat nya Do’a seorang Ibu..Mdh2an cerita Malin Kundang ini ada manfaat nya bagi kita dan anak cucu kita.sayangilah kedua Orang tua kita sebagai mana dia menyayang dan mencitai kita tanpa ada famrih…

  16. salsa adelia rahmadani berkata:

    di sumatra barat memang seruuuuu apalagi di muaro, arau,lobang jepang, lembah anai dlllll…………..

  17. salsa adelia rahmadani berkata:

    heeeeee hmmmmmmm, liburan bsok mau k sumatra barat ja sma tman tman mengelilingi kota padang,solok,bukit tinggi dllllllll
    hhhhhhhhhhhhhhh 🙂

  18. harfa berkata:

    anjok beranjok malin malin

  19. nufuz ahmad berkata:

    asli po ra tho??

    • annita lombone berkata:

      duuh…pntai bgus sngad…
      Pngen pergi k’Padang yg trkenal dgn cerita rkyat yg m’rakyat mmng…

  20. Jingga berkata:

    Saya tinggal d bekasi, waktu SMA, prnah punya teman dr padang n banyak cerita keadaan di daerah sana. Postingin donk lokasi2 wisata di sumbar plus foto2nya.

  21. edipurwanto88 berkata:

    mantap ni paintai

  22. Koes kus berkata:

    Mudah-mudahan jalan ke Padangnya nggak macet,,,,kayak waktu thn 2008 lalu,,,,

  23. anin berkata:

    dari pantai ini menuju bandara butuh waktu brp lama??

  24. NANANG berkata:

    Makasih banged ulasannya, komplit Foto + penjelasannya, tadinya sy smpat kagum dg peninggalan fosil-fosil kapal, tambang, gentong malim kundang. cari foto2 di google, malah sy sempat cari2 di google earth segala, tp setelah tau bhw fosil kapal dsb hasil rekayasa Pemda Kota Padang, kekaguman saya langsung sirna. Tp bukan berarti sy gak percaya legenda Malim Kundang lho.. Trima kasih Pak Rinaldi Munir, anda telah menulis Blog ‘Jalan-jalan ke Batu Malim Kundang’ secara obyektif. salam.

  25. suhaldoni berkata:

    “Moral of story” kok salah banget begitu 🙂

  26. baim_smart berkata:

    botul gak tu cerito…

  27. heri berkata:

    ingin benar saya melihat batu tersebut

  28. aldi berkata:

    mengesankan

  29. Aldi Riyadi berkata:

    buat smuanya jangan pernah melawan orang tua

  30. firman berkata:

    apakah itu kisah nyata? atau hanya dongeng belaka?

  31. Desty Bae berkata:

    itu kisah nyata atau dongeng saja

  32. dara berkata:

    batu malin kundang adalah pelajaran utk kita utk semua rakyat indonesia atau pun mancanegara karena dia di kutuk ibunya karena tidak mengakui ibu kandungnya sendiri dan dia mempunyai rasa gengsi karena ibunya yang miskin sdgkan dia hidupnya sdh bagus di buat TUHAN tapi di sia-siakannya.mudah mudahan kita bisa belajar dr ini semua agar tdk melawan omongan orang tua dan buang lah jauh-jauh rasa gengsi karena org tua kita yg merawat kita apalagi kita mempunyai kekurangan apakah dia gengsi atau malu merawat kita TIDAK KAN! jd sayangngilah mereka seperti mereka menyayangimu sewaktu kamu masih kecil

  33. nabila berkata:

    betul tuh dara

  34. La Darwin berkata:

    Naudzubillah Mindzaliq, Dalam Ilmu geologi ada namanya Mold (cetakan) dari benda 2 (artefak) yang benda itu terisi /tersilifikasi atau ter Replacment, atau tergantikan Material aslinya (originally matter) oleh Cement (semen atau silika, atau karbonatan, atau pasir, atau lempung), sesuai dengan bentuk asli Benda tersebut dalam kurun waktu lama dan terUBAHkan dengan bentuk struktur benda asli sedangkan materialnya mengalami Penggantian *Replacement) oleh material lain.
    Melihat morfologi2 batuan (sedimen) yang membentuk artefak (hasil kegiatan manusia purba dari 0,6 juta silam sampai sekarang, entah palu, pahat, alat2 dapur dll) yang ter-Replace terisi oleh cement (silika, pasir, karbonat) Mengeras dan mem- Batu disebut “Mold”. Jadi itulah mungkin yang terlihat di Air Manis tersebut adalha proses alam secara geologi.

  35. niko berkata:

    keren, saya sudah pernah kesana.

  36. ikhsan berkata:

    selain di pantai air manis, tempat wisata lainya juga ada di padang gan, seperti keindahan pulau dan makanannya. namun yang berpotensi sekarang di bagian pulau sikuai dan pagangnya gan.oya, yang mau menyelam,bisa hubungi kami di Aet tour dan travel scuba diving terimakasih

  37. Cerita maling kundang itu bener loh gx ada tu yang namanya dongeng, memang bener kota padang itu memiliki banyak tempat wisata indah2 lagi by rahmatun nisa berkata:

    Cerita maling kundang itu bener lh gx ada tu yg nama nya dongeng, kota padang memang indh ya, tempat wisata nya bnyak indah lg

  38. febiola berkata:

    akibat ngelawan pada orang tua akhirnya di kutuk menjadi batu makanya jangan suka ngelawan pada orang tua

  39. rendy berkata:

    kapan saya bisa kesana lg…. pdahal waktu itu saya masih kecil tahun 1995 berkunjung kesana eh udah 21 tahunan ternyata hiks….

  40. Dining berkata:

    Pulau Mandeh juga bagus banget lhooo

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.