Jalan-jalan ke Kuala Lumpur (Bag. 4 – Habis)

Berkunjung ke Kuala Lumpur tidak lengkap kalau tidak mengunjungi kota Putra Jaya. Jaraknya 40 km dari Kuala Lumpur dan dekat dengan bandara KLIA. Putra Jaya adalah kota baru yang merupakan ambisi mantan PM Malaysia, Mahathir Mohammad. Pusat pemerintahan Malaysia dipindahkan ke kota ini, jadi semua departemen, kantor kehakiman, kantor perdana meneteri, dll, termasuk semua pegawai negeri (kaki tangan) dan keluarganya bedol desa ke kota Putra Jaya. Sebagai kota baru, kota ini dirancang dari awal sehingga lanskap dan susunannya sangat teratur. Tidak ada rumah di sini, sebab semua kaki tangan dan pejabat tinggal di flat dan apartmen. Seperti di Kuala Lumpur, hampir semua penduduk tinggal di flat dan apartemen, jarang kita jumpai rumah tinggal yang berdiri sendiri seperti di negara kita.

Di bawah ini beberapa sudut kota Putra Jaya. Di tengah kota terdapat danau buatan yang luar biasa besarnya, menambah kesejukan mata:

DSC00647

DSC00637

DSC00643

DSC00645

DSC00640

DSC00642

Berhubung hari ini Hari Jumat, kami bersiap-siap shalat Jumat di masjid Putra. Masjid ini sangat besar. Dari jauh terlihat menaranya yang menjulang tinggi. Gapura masjid ini mengingatkan kita pada gapura masjid di Iran. Langit-langit masjid begitu tinggi dan dekorasi di dalamnya sangat indah. Masjid ini terletak di pinggir danau buatan yang membelah kota Putra Jaya.

DSC00649

DSC00661

DSC00654

DSC00653

DSC00655

~~~~~~~~~~

Penutup

Setelah mengunjungi Kuala Lumpur, apa kesan yang didapat? Tak lain adalah perasaan terenyuh bahwa bangunan-bangunan modern di Kuala Lumpur dan Putra Jaya merupakan hasil tetes keringat para TKI, tenaga kerja dari negara kita yang berprofesi sebagai kuli bangunan dan kuli berat lainnya, baik legal maupun ilegal. Ada sejuta lebih TKI di Malaysia, kebanyakan berprofesi sebagai buruh kebun sawit dan kuli bangunan. Menara Petronas yang menjulang, bangunan pencakar langit dan lain-lain adalah saksi bisu dari hasil kerja susah payah para TKI yang semata-mata mengandalkan otot mereka untuk membangun negeri Malaysia. Malaysia yang punya petro dolarnya, orang Indonesia — yang disebut Indon — yang bertarung dengan nyawa untuk mewujudkan mimpi Malaysia menjadi negara maju.

Meskipun Malaysia terkesan negara makmur, namun ada satu hal yang tidak dipunyai oleh mereka namun dimiliki oleh Indonesia, yaitu kebebasan berbicara untuk mengeluarkan pendapat. Pers di Malaysia tidak berani bersikap kritis kepada pemerintahnya, apalagi tulisan atau berita yang menjelek-jelekkan pemerintahan. Siaran TV dan berita di koran — begitu yang saya amati — nyaris seragam dan monoton, isinya sanjungan kepada Pemerintah dan kecaman kepada kaum oposisi (disini disebut kaum pembangkang). Berita tentang Anwar Ibrahim jangan harap dapat anda temukan di media massa Malaysia. Yang ada adalah tulisan maupun berita yang memojokkan tokoh reformis Malaysia itu. Demonstrasi jalanan atau aksi unjuk rasa seperti di Indonesia jangan harap ditemui di Malaysia. Salah-salah UU yang bernama ISA diterapkan kepada kaum demonstran. ISA adalah UU yang membolehkan polisi untuk menangkap orang tanpa menjelskan apa kesalahannya. Selama orang itu mengancam keamanan di Malaysia, polisi berhak menangkapnya. Yah, keadaan di Malaysia persis seperti Indonesia di zaman Orde Baru dimana kebebasan berbicara dibungkam.

Atas kondisi Malaysia yang sepi unjuk rasa dan demonstrasi itu, Mahathir Muhammad menyatakan di dalam blognya kira-kira bunyinya begini: “sudah kita lihat di negara-negara rantau dimana aksi unjuk rasa dan demonstrasi jalanan sudah biasa terjadi, apakah negera-negara itu makin berjaya?”. Mahathir seakan menyindir Indonesia dan Thailand, dua negara rantau yang tidak pernah sepi dari aksi demonstasi jalanan yang hingga saat ini kondisi perekonomian kedua negara itu tetap saja tidak maju-maju, jauh di bawah Malaysia. Mahathir seakan menghubungkan demokrasi berkorelasi dengan kemakmuran. Negara-negara yang mendeklarasikan negerinya sebagai negara demokratis tidak ada jaminan menjadi negara yang makmur. Begitulah kepongahan Mahathir.

Indonesia, meski penduduknya tidak semakmur Malayisa, namun ada hak dasar manusia yang dilindungi UU, yaitu kebebasan berbicara, menyatakan pendapat, berserikat, dan berkumpul. Kebebasan berbicara adalah hak manusia yang paling hakiki, dan itu tidak dimiliki oleh Malaysia.

Pos ini dipublikasikan di Cerita perjalanan, Titian Indonesia - Malaysia. Tandai permalink.

14 Balasan ke Jalan-jalan ke Kuala Lumpur (Bag. 4 – Habis)

  1. Yanti berkata:

    Satu lagi kreatifitas mereka kayanya tumpul ya. Dibandingkan Indonesia yang tiap hari muncul band atau penyanyi baru. Lagu mereka ga enak dinikmati, iramanya kaya’nya gitu-gitu aja, dan saya dengar sinetron Indonesia amat diminati disana , juga penyanyi dan band kita.

    Saya kira karena kreatifitas mereka yang minim itulah mereka mengaku-ngaku yang punya reog, yang punya lagu nona manis dsb.

    • santri berkata:

      Setuju banget sama Da Didi dan Yanti. Dan karena selalu monoton ini, kreativitas tidak terasah. Selalu dicekoki. Sehingga berakibat pada kualitas seni dan musik mereka. Sampai2 pemerintah mereka memberikan batasan untuk beredarnya lagu2 IND, karena sangat booming banget. Sementara di IND, musik IND sudah menjadi raja di negeri sendiri, sampe2 MTV kaga laku disini. Akhirnya VJ2 MTV cari side job jadi bintang sinetron or model iklan. 😀 Padahal dulu jamannya Mike Kaseem, Nadya Hutagalung, Sarah dan Jamie Aditya, waaaaah MTV Indonesia jadi tontonan wajib. Sekarang sudah turun pamor. Lebih byk acara2 musik IND. So….Walau bagaimanapun, Aku Tetap Cinta Indonesia dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

  2. santri berkata:

    BTW, Da Didi, kasih comment tulisan nti di cintaplatinumbysan3.wordpress.com yaaa…nulisnya masih acak adul, cuma ide aja baru. Masih banyak belajar sama Da Didi.

  3. Soni Satiawan berkata:

    Tidak ada perubahan yang signifikan ya Pak, hanya tambah hijau aja sekrang dibanding tahun 2002 dan 2003 ketika saya berkunjung kesana..

    Saya sangat setuju pak kalo orang-orang malaysia (baca malingsia) tidak memiliki kebebasan bersuara. Mereka dididik untuk menjadi robot yang ketika program yang dibuat salah maka akan tetap menjalankan yang salah..

    Sebenarnya mau di ilustrasikan ke bahasa pemrograman tapi takut salah, soalnya bapak jagonya.. hehehehe

  4. Ricky Archuletta berkata:

    siiiiiippppppppppppp……….!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

  5. jamal pak tongkol berkata:

    APA KAMU JUGA SANGAT BANGGA DENGAN GAYUS TAMBUNAN…????..AP PERANAN MEDIA KAMU DALAM KASUS ITU..???..HANYA BISING KAYAK KALENG KOSONG…DAN GAYUS TAMBUNAN TETAP DIHUKUM SAMA SEPERTI MALING AYAM….!!!!

  6. jamal pak tongkol berkata:

    MANA UNJUK RASA YANG KAMU BANGGAKAN SELAMA INI…???..MANA KEBEBASAN BERSUARA KAMU ITU DALAM KASUS GAYUS TAMBUNAN..??..

    DI MALAYSIA,SEGALA MASALAH DAN RASA TIDAK PUAS HATI HARUS DIKELUARKAN MELALUI PERUNDINGAN DARI PERINGKAT DESA SAMPAI KE PARLIMEN.

    AKU SEBAGAI RAKYAT BIASA AJA BEBAS MELAHIRKAN KATA DI MALAYSIA.

    JIKA TIDAK TAHU ADAB DI RUMAH TETANGGA..JANGAN MIRIS PADA TATANGGA…!!

    JAGA NEGARAMU DARI LUMPUR LAPINDO DAN LAHAR DINGIN GUNUNG MERAPI……!!!OK.

  7. effie berkata:

    saya tak setuju dgn penulis blog ini.. saya org Malaysia, kami boleh je meluahkan perasaan atau pendapat di negara kami yang tercinta dengan syarat melalui cara yang betul dan tidak merosakkan. Kebebasan bersuara ada tempatnya, ada cara dan adabnya. Tidak perlu berdemonstrasi di jalanan, membakar bendera negara lain atau paling teruk membaling najis di pejabat kedutaan negara lain.. Itu kah cara kebebasan suara di Indonesia yang kamu agung2kan?

    Kami di Malaysia tidak pernah ada slogan ‘Ganyang Indonesia’ atau ‘Indonesia Pencuri’ atau yg seumpama dengannya.. kerana kami tidak peduli ttg kemarahan yg tidak berkesudahan rakyatmu terhadap rakyat kami.. kami memanggilmu ‘Indon’ bukan kerana kamu jelik atau pencuri seperti kamu memanggil kami ‘Malingsia’. ‘Indon’ hanyalah singkatan dari perkataan ‘Indonesia’. Yg menjadi jelik di Malaysia berkenaan rakyatmu, hanyalah masalah orang2 gaji yang malas, mencuri di rumah majikan, peragut di jalanan, merogol dan membawa lari anak2 gadis kami. Tiada timbul masalah mahu berperang dgn jiran tetangga. Kerana PATI (pendatang tanpa izin) yang kemudian membuat kerosakan, menjadi modal rakyatmu menuntut bela hak mereka. apa kamu di sana benar2 membela mereka? atau apa saja berkenaan Malaysia, kamu perlu menuntut bela tanpa siasat terlebih dahulu?

    fikir2kan la, tiada manusia di dunia ini yang mendapat keuntungan dari peperangan, menang atau tidak, dua-dua pihak menanggung kerugian yang maha dasyat. Bangunkan negaramu yang selalu dilanda tsunami, gempa bumi dan gunung berapi. Contohilah Jepun yang sentiasa optimistik dalam setiap kejadian yang menimpa mereka. Jangan asyik mencari kelemahan, keburukan dan kejahatan orang lain, sedang diri sendiri penuh dgn kejelikan.

  8. alif berkata:

    Assalamualaikum, saya senang sekali membaca laporan perjalanan tuan ke Malaysia. Saya merasa bangga kerana negara kami mampu membahagiakan hati para turis Indonesia walau tetap ada kekurangan. Terima kasih di atas pujian dan pandangan positif tuan tentang kota kami, Kuala Lumpur. Sebagai saudara berjiran, salinglah kita membantu untuk terus memberi tanggapan positif kepada umum. Sekiranya tuan ingin lagi menghabiskan waktu di Malaysia, silalah ke lokasi lain pula sekitar semenanjung, masih banyak tempat menarik umpamanya Langkawi, Kedah, dan Penang di Utara. Johor dan Melaka di selatan. Pahang, Terengganu dan Kelantan di timur, di sini banyak pantai yang memutih pasirnya, selain budaya yang lebih Islamik. Jika ingin melihat kehidupan orang Minangkabau di Malaysia, bisa ke Negeri Sembilan. Sabah dan Sarawak juga tetap banyak perkara bagus. Selamat bercuti, wasalam.

  9. umar said berkata:

    Hay para manusia berhentilah berbangga dengan bermegah megahan dengan sombong. yang menyertaimu di kubur hanya amal mu saja. Orang miskin pun di ciptakan Tuhan bisa bahagia, dan orang yang kaya dan megah pun dalam hidupnya tidak selalu merasa senang. jadi santai sajalah dengan mensyukuri apa yang ada. Insya Allah nikmat dalam kehidupan mu akan di tambah.

    Untuk mengelola bangsa yang besar memang tidak semudah mengatur suatu daerah yang kecil dengan rumpun yang sedikit, jadi yang positif kita lihat di ambil dan yang negatif di jadikan pelajaran jangan sampai terulang.

  10. Cahaya berkata:

    Setelah saya membaca tajuk ini saya sebagai manusia kelahiran Indonesia yg udah mendapat kerakyatan Malaysia sejak 40tahun lalu bagaikan terusik tatkala membaca tiap baris tulisan bapak yang mengatakan di Malaysia tidak ada hak untuk bersuara…..itu tidak benar pak !!!!!!…..saya sendiri yg udah lama tinggal di rantau ini semuanya cukup peraturan nya pak…kalau kita tidak suka akan sesuatu ada cara yang terbaik untuk kita meluangkan hati tanpa perlu membuat demo jalanan…saya juga pekerja kantor yg mana kami juga ada tempat utk meluahkan rasa tidak puas hati……namun apa yang ingin saya katakan disini seharusnya kita sebagai penulis blog ada wajarnya kita menjadikan diri kita sebagai duta untuk mendamaikan dua negara melalui mata pena kita …memohon kepada tuhan agar mata pena kita dapat menyatukan jiwa yang marah tak keruan….menyusun kata-kata yang lunak hati membacanya dan mencari munkin ada sehalus kata untuk kita membawa kedua-dua buah negara menjadi sahabat walaupun pahit. Pak, jika ada kesudianya hubungi saya melalui e-mail hasmania67@yahoo.com dan nama samaran saya ialah “cahaya” seorang penulis wanita sedang mencari peminat novel di Indonesia untuk di pasarkan disana.

  11. sufi berkata:

    jalan-jalan ke negeri orang, alangkah baiknya jika di ambil pekara2 positif untuk diterap dlm kehidupan sehari-hari. tapi malangnya yg negetif juga yg dipandang, . mengenai kebebasan bersuara, itu bukanlah tanda aras kemajuan sesebuah negara kerana tak guna jika bebas bersuara tetapi rakyat masih kelaparan, rakyat masih dibawah garis kemiskinan, taraf kesihatan dan pendidikan di perbatasan RI masih tidak berubah dan kerbergantungan ekonomi masih kepada jiran tetangga contoh Entikong dan Sebatik. adakah kebebasan bersuara yg anda bangga2 kan itu membantu mereka? fikir-fikirkan lah.

  12. Marhamah berkata:

    saya anak jati Malaysia. Ya saya akui kami kedangkalan dalam sumber daya manusia kreativitas. Pendidikan disini masih mencedok pemikiran Barat. Dan itu membuktikan kami masih terjajah dan belum merdeka. Tetapi antara negara Malaysia dan Indonesia, keduanya beragama KAPITALIS. Tiada apa yang mau dibanding dan BANGGAKAN. Kami adalah budak kepada sistem Nafsu SERAKAH Kapitalis.

    Jujurnya saya tidak bangga ada Twin Tower Petronas. Itu hanya imej busuk sang kapitalis, MAHATHIR MUHAMMAD.

    Saya senang melihat kreativiti orang Indonesia kerana saya amati jiwa indonesia itu lebih ASLI.

    “Roboh kota MELAKA, papan di JAWA kudirikan”

    • bing berkata:

      Terlalu banyak berita kurang tepat dan pelbagai versi itu sebab masyarakat Indonesia hidup dlm serba tidak pasti.berdasar lawatan kt indo ni bole dirumuskan mereka teringin maju spt M’sia.2015 masih di belakang Thailand atau no 4 di Asean.so biarlah mereka bakar bendera M’sia tu biasa je psl mental dn cara hidup masih jauh di belakang.ok

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.