Mamang-Mamang Penjual Air Gerobak

Setiap pagi di Antapani saya sering bertemu dengan mamang-mamang yang mendorong gerobak berisi jerigen-jerigen air. Air itu dijual ke rumah-rumah yang mengalami seret air. Satu gerobak berisi 13 sampai 14 jerigen air PDAM. Air satu gerobak itu harganya 65 ribu rupiah. Satu jerigen air dijual 5 ribu sampai 6 ribu rupiah. Pada musim kemarau atau saat aliran PDAM mati (misalnya karena pipa PDAM pecah), maka harga air jerigen satu gerobak melonjak hingga 75 sampai 90 ribu, tergantung kemampuan tawar menawar.

Meskipun kawasan perumahan di Antapani dilalui saluran PDAM, tetapi tidak semua rumah lancar aliran airnya. Di sini air ledeng tidak bisa langsung naik ke kran di dalam kamar mandi atau dapur, perlu disedot dengan mesin pompa terlebih dahulu untuk dimasukkan ke dalam bak penampungan atau toren. Setiap rumah punya mesin pompa yang menyedot air ledeng. Sebenarnya memasang pompa dari saluran air PDAM terlarang, namun apa boleh buat, daripada tidak mendapat air, tindakan tersebut terpaksa dilakukan. PDAM pun tampak “memaklumi” keadaan ini. Ya, kota Bandung adalah kota yang padat pemukiman dan padat penduduk, aliran air harus dibagi-bagi sedangkan sumber air baku terbatas dan terus menyusut.

Tidak semua rumah terpasang air ledeng PDAM. Sebagian warga memanfaatkan air tanah dengan cara disedot pakai pompa jet pump. Beberapa komplek perumahan yang lebih kecil membuat sumur artesis sendiri lalu air dialirkan ke rumah-rumah warga dengan sistem iuran.

Penting sekali membeli rumah dengan memperhatikan ketersediaan airnya. Saya dulu membeli rumah seken di Antapani pada tahun 2005. Hal pertama yang saya periksa adalah bagaimana airnya, sebab air sangat vital dalam kehidupan, manusia tidak bisa hidup tanpa air, bukan? Kalau airnya bersumber dari PDAM, saya memastikan apakah alirannya lancar setiap hari? Alhamdulillah rumah yang saya beli airnya selalu mengalir setiap hari. Hanya kadang-kadang saja air ledeng mati jika ada gangguan dari PDAM, misalnya ketika pipa air (yang berukuran besar) yang mengalirkan air dari PDAM di Jalan Badaksinga pecah di daerah tertentu. Akibatnya aliran alir ke rumah-rumah warga dihentikan.

Saat air mati seperti itulah kehadiran mamang-mamang penjual air gerobak ini sangat dinantikan sebagai solusi sementara. Mamang-mamang mengambil air tersebut dari kran umum gratis yang disediakan PDAM untuk warga di daerah padat penduduk di Antapani Lama.

Karena air yang diambil dari kran umum ini gratis, maka usaha jual air gerobak ini tidak perlu modal uang setiap hari. Cuma perlu modal tenaga saja untuk pekerjaan ini, plus kesabaran menunggu antri mengisi air di kran umum, lalu mendorongnya ke kompleks perumahan yang seret air PDAM atau warga yang airnya keruh (tidak layak minum).

Pos ini dipublikasikan di Romantika kehidupan, Seputar Bandung. Tandai permalink.

Satu Balasan ke Mamang-Mamang Penjual Air Gerobak

  1. Pendatang Bandung berkata:

    inilah anehnya Bandung sebagai pendatang….
    seumur-umur merantau di berbagai kota di Indonesia, baru sejak di Bandung inilah merasakan yang namanya susah air sehingga harus beli, padahal Bandung ini kota dengan curah hujan tinggi, dikellilingi waduk Saguling, Cirata, Jatiluhur… bukan kota ditengah gurun pasir atau iklim kering
    Bandung Timur kalau diamati memang aneh, jaringan PDAM kurang mantap, ada sumber air tapi dikuasai privat jadi bisnis, bisa dilihat disana ramai sekali truk-truk tangki air dan pikap air tiap hari mondar-mandir antar orderan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.