Kurikulum SD 2013 Menjadi Lebih Ringan(?)

Insya Allah bulan Juli 2013 ini anak saya yang bungsu akan masuk SD. Seleksi masuk SD sudah dilakukan pada bulan Desember tahun 2012 kemarin. Tahun ajaran baru 2013/2014 masih jauh, tetapi beberapa SD swasta favorit sudah melaksanakan seleksi jauh-jauh hari, termasuk sekolah anak saya itu. Dia memilih SD di tempat kakaknya, yaitu SD Islam yang termasuk RSBI pertama di kota Bandung.

Nah, ada yang baru tahun pada ajaran 2013/2014 nanti. Seperti yang sudah kita ketahui dari media, mulai tahun 2013 ini akan diberlakukan Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan, termasuk SD. Mata pelajaran SD yang aslinya 10 pelajaran (pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, seni budaya dan keterampilan, pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan, serta muatan lokal dan pengembangan diri), maka pada Kurikulum 2013 nanti dipangkas menjadi enam saja, yaitu pendidikan agama, pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, matematika, seni budaya dan prakarya, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

Tentu saja banyak pihak yang pro dan kontra tentang Kurikulum 2013 ini. Beberapa pelajaran menjadi “hilang” seperti IPA dan IPS (sebenarnya tidak hilang, tetapi materinya diintegrasikan dengan pelajaran lain seperti IPA dimasukkan ke dalam pelajaran Bahasa Indonesia, IPS dimasukkan dalam pelajaran PKN, namun pada kelas 4, 5, dan 6 pelajaran IPA dan IPS akan berdiri sendiri lagi). Muatan lokal seperti bahasa daerah, bahasa Inggris, TIK, dan lain-lain juga “hilang”. Wajar saja sih jika ada yang setuju dan tidak setuju, rambut sama hitam tetapi isi kepala bisa berbeda-beda.

Nah, saya tidak akan membahas tentang pro dan kontra itu. Menurut saya kurikulum yang sedang berjalan saat ini memang terlalu berat bagi anak SD. Jumlah pelajarannya banyak, lebih dari 10 buah. Anak saya yang sekolah di SD Muhammadiyah misalnya, jumlah pelajarannya jika dihitung ada 14 buah, yaitu:
1. Matematika
2. IPA
3. IPS
4. PKN
5. Agama
6. Bahasa Indonesia
7. Pendidikan jasmani (Olahraga)
8. Seni budya dan ketrampilan (SBK)/KTK (apa ya kepanjangannya?)
9. Bahasa Sunda (muatan lokal)
10. Bahasa Arab (muatan lokal)
11. Bahasa Inggris (muatan lokal)
12. TIK (muatan lokal)
13. Kemuhammadiyahan (muatan lokal)
14. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)

Hmmm… banyak sekali, bukan? Semua bahasa saja ada (Indonesia, Inggris, Sunda, Arab). Kuliah di PT saja tidak sebanyak itu yang diambil per semester, paling banyak tujuh mata kuliah saja. Lha ini siswa SD jumlah pelajarannya segudang. Lemari belajar anak saya di rumah penuh dengan buku-buku, mulai dari buku cetak, buku bantuan BOS, buku latihan, buku PR, dan lain-lain. Setiap hari anak saya harus membawa buku yang banyak dan berat ke sekolah. Tas sekolahnya jadi penuh. Sekolahnya semi full-day, masuk pukul 6.45 dan pulang pukul 14.00, hari Senin sampai Jumat. Hari Sabtu tidak ada pelajaran wajib, tetapi murid-murid tetap masuk untuk mengikuti berbagai ekskul dan pelajaran tambahan. Pulang sekolah sudah banyak PR yang menunggu untuk dikerjakan.

Berat, sunguh berat kurikulum anak SD sekarang. Zaman saya SD tidak sebanyak itu jumlah pelajarannya, tetapi anak SD zaman sekarang dijejali banyak pelajaran yang membuat stres hidup mereka. Kebanyakan isi pelajaran bersifat hafalan. Terlalu banyak menghafal akibatnya daya nalar mati dan daya kritis tumpul. Anak-anak tidak dilatih untuk belajar menalar karena pemahaman aspek logika kurang mendapat porsi. Konten pelajaran saat ini berat-berat dan tidak sesuai umurnya, masa sih anak SD sudah belajar lapisan-lapisan bumi, batuan sedimentasi, stratosfir, berkembang biak dengan spora, sperma, ovovivipar, gaya magnet, katrol, pengungkit, dan lain-lain. Itu kan pelajaran anak SMP (dulu, waktu saya SMP). Tuntutan zaman kah yang mengharuskan anak kecil sudah mempelajari materi yang sudah advanced? Apakah anak SD harus mempelajari banyak hal yang sebagian besar bersifat hafalan?

Dengan jumlah pelajaran yang seabrek itu, kapan lagi waktunya untuk belajar untuk pengembangan kreativitas? Kapan anak-anak dilatih untuk berbicara secara lugas dan berani mengemukakan pendapat (seperti anak-anak Amerika yang sangat percaya diri kalau berbicara)? Kapan anak-anak diajak untuk menalar dan bukan sekadar menghafal? Waktu mereka tersita untuk menelan semua materi pelajaran yang menurut saya sangat berat untuk muat dalam otak mereka.

Saya setuju dengan penyederhanaan jumlah pelajaran. Biar sedikit asal fokus tetapi mencakup yang fundamental. Dengan penyederhanaan jumlah pelajaran menjadi enam pada kurikulm 2013 itu, anak-anak menjadi mempunyai waktu lebih banyak untuk pengembangan kreativitas diri. Saya memimpikan anak-anak Indonesia selain cerdas dan kreatif, mereka memiliki rasa percaya diri. Bagaimana anak-anak Indonesia bisa maju jika mereka gagap dalam berbicara, menulis, dan mengekspresikan dirinya. Jika mereka terlalu banyak dijejali pelajaran di sekolah, mereka menjadi orang yang gamang, sebab mereka dituntut harus bisa semua pelajaran, tidak boleh ada nilai yang merah. Akibatnya, waktu mereka habis tersita untuk jago pada semua pelajaran di sekolah.

Namun, penerapan Kurikulum 2013 perlu paralel dengan penyiapan guru yang kreatif pula. Dengan kualitas guru SD yang rendah seperti sekarang ini, diversitas kualitas pendidikan yang timpang di berbagai wilayah di Indonesia, agak sulit berharap untuk memperoleh mutu lulusan sekolah yang menggembirakan dalam waktu singkat. Tidak ada jaminan ganti menteri akan ganti kurikulum lagi. Pendidikan di Indonesia sudah terlanjur menjadi ajang uji coba sejak dulu. Kurikulum 2013 merupakan ajang “pertaruhan” yang menentukan kulaitas SDM Indonesia masa depan.

Pos ini dipublikasikan di Pendidikan. Tandai permalink.

29 Balasan ke Kurikulum SD 2013 Menjadi Lebih Ringan(?)

  1. himarain berkata:

    sistem pendidikan di indonesia kebanyakan teori pak, seperti yang bapak bilang kurang praktek pengembangan diri.. saya sedikit terkejut saat tahu kalo adik kursus saya ternyata diajari tik juga di sd. semoga sistem pendidikan indonesia berubah jadi lebih baik

  2. Anonim berkata:

    KTK = Kerajinan Tangan dan Kesenian.

    • andrew berkata:

      kalw bahasa daerah bsa dgbngkan didalm pelajaran yg lain. tapi klw b.Inggris gk bsa dung. pdhal untuk memulai bahasa itu semenjak dini atau bahkan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sehingga kecerdasan anak bisa terasah dan mereka cepat mengerti. bagaimana bngsa kita mau maju klw ditiadakan. untuk memulai era globalisasi diperlukan b. Inggris. dsar aneh bngsa kita ini. ketinggalan trus dri negara2 lain

  3. ikhwanalim berkata:

    betul, pak. kurikulum kita kurang mendidik siswa menjadi kreatif. akibatnya ketika lulus, cara berpikirnya pun masih mainstream, karena tidak dibiasakan berpikir berbeda dan mengemukakan pendapat yang berbeda dibanding orang lain.

  4. Gusti berkata:

    Bethul…..anak SD jangan dibebani bermacam-macam pelajaran yang bersifat theory, tetapi lebih ditekankan pendidikan karakter, disiplin dan tata krama sebagai dasar, sehingga tidak hanya panda IQ saja tetapi EQ dan SQ nya seimbang, untuk bekal dikemudian hari menjadi anak yang matang cara berpikirnya dengan akal dan hati….

  5. Dani berkata:

    Benar itu…terlalu banyak materi membuat anak menjadi stress. memaksakan keadaan seperti ini menjadikan mereka kehilangan masa kecilnya. Dimana masa belajar mereka masih panjang,SMP,SMU,Kuliah serta kegiatan Diluar jam sekolah lainnya. yang akhirnya mereka mudah terganggu mental psikologisnya. efeknya,setelah mereka tumbuh nanti. Walau ada efek positif dari banyaknya materi yang didapat,namun apa yang mereka dapat?? tekanan secara psikologis kah atau mereka sangat senang melakukannya. Manusia bukanlah Robot! Manusia bisa membuat Robot, tapi Robot tidak akan pernah bisa membuat manusia(istilah kasarnya).
    Jam belajar efektifnya dari jam 06:30 s.d 12:30..dirange jam segitu saja masih banyak anak2 yang merasa stress,apalagi dengan waktu jam belajar sekarang 06:45 s.d 14:45. dimana waktu keceriaan mereka terbuang??? dirumah??diperjalanan pulang dari sekolahnya kah? atau dirumah??
    saya sangat setuju kurikulum nasional kita dikaji lagi. Jika pemerintah punya tujuan baik, sebaiknya solusinya Win-Win, baik utk anak,keluarganya dan pemerintah.
    Banyak diluar sana anak yang berprestasi tapi tidak dapat perhatian dari pemerintahnya.

    harus dimunculin lagi pelajaran PPKn ataupun PMP (Pendidikan Moral Pancasila), karena masih banyak siswa-siswi yg ga bermoral.
    terima kasih

  6. Alris berkata:

    Rasanya jaman sd dulu saya gak ngikutin pelajaran sebanyak itu. Bukankah waktu kecil adalah saatnya lebih banyak bermain?
    Ondeeeh.. sabanyak itu pelajaran anak sd poniang kapalo awak dek e, 🙂

  7. Eva berkata:

    Mungkin dikarenakan pertumbuhan anak dan dari anak pula harus dikenalkan sejak dini tentang berbagai pendidikan yang termasuk 14 buah itu sebelum memasuki masa pemilihan jati diri yang sebenarnya. hehe

  8. fuddin berkata:

    pelajarannya menurut saya jangan dihapuskan hanya saja materi setiap bidang study yang dikurangi, teori sedikit namun banyak prakteknya

  9. tini karoj berkata:

    Saya sangat antusias sekali dengan penyederhanaan mata pelajaran di sd, dengan demikian siswa tidak terbebani dengan banyaknya mata pelajaran sehingga mempunyai kesempatan berpikir logis yang menghasilkan daya kreatifitas tinggi. Semoga guru juga tidak terbebani dengan tetek bengek administrasi kelas, sehingga mempunyai banyak waktu untuk berinteraksi dengan siswa. Yang demikian ini kiranya proses pembentukan karaker siswa/ bangsa akan segera terwujd. Salam buat bangsaku,,,

  10. Kardi Dw berkata:

    Kalau sementara orang tua mengeluh tentang banyaknya mapel, tidak kalah mengeluhnya adalah guru SD sebagai ujung tombak pendidikan pak, betapa tidak. Kurikulum yang silih berganti menyulitkan guru juga. Guru guru yang sulit mengakses informasi tidak mudah dan tidak cepat memahami kurikulum yang sedang berlaku. Belum sampai paham ee… udah ganti. Pada hal gantinya belum tentu lebih baik.

  11. M.Ridlo berkata:

    Sesungguhnya yang terpenting lagi Pemerintah jika mau melakukan perubahan kurikulum jangan terburu-buru,tapi siapkan lebih dahulu SDM Guru-gurunya.KTSP yang berjalan baru kurang dari 8 tahun ini Guru-guru belum sepenuhnya memahami artinya belum dilaksanakan seperti apa yang diinginkan oleh standar yang diinginkan ,contoh pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) kelas I – III seharusnya dengan pendekatan TEMATIK hampiir 100% guru belum melaksanakannya.Faktornya bukan tidak mau tetapi belum memahaminya. Nah sekarang muncul lagi justru Tematik Terintegral,jangan – jangan juga sama saja guru tidak memahaminya dan akan kembali ke pembelajaran Mata Pelajaran per Mata Pelajaran yang justru lebih rancu lagi. Jika penerapan Kurikulum 2013 akan dimulai pada Tahun ajaran 2013/2014 seharusnya sekarang Guru sudah di DIKLAT dan semua harus sudah memahaminya .Tapi yang kita lihat baru mendengar dan melihat pembicaraan kurikulum di Tingkat atas sosialisasi saja belum. Lalu bagaimana nantinya? Kita akan lihat saja apa yang akan terjadi nanti…………..Wallahu ‘Alam

    • nabilah kurnia afifah berkata:

      kata ibu saya apa yang anda katakan memang benar adanya. buktinya di tempat ibu saya mengajar masih byk yg blm paham dgn apa itu tematik yang sebenarnya.

  12. Sutejo berkata:

    Semoga Kurikulum 2013 sangat bersahabat dengan anak2 kita…… dan tujuan pendidikan dasar ini bisa lebih berhasil, …. kasian murid dan guru…. bagi pembuat kurikulum tolong sesuaikan dengan kemampuan daerah dan kemampuan anak…. jangan mengukur kemampuan dari pusat saja… !!! Karena di daerah minim SDM, sarana dan prasarana !!!! Kemana harus mengadu ya !!!!

  13. M.Ridlo berkata:

    Semoga kurikulum 2013 memperingan administrasi yang dikerjakan oleh Guru,
    sehingga lebih fokus pada proses pembelajaran.

  14. luthva berkata:

    menurut saya mata pelajaran jagan dihilangkan tapi materinya saja yang dikurangkan… anak sd juga butuh pengetahuan tentang alam dan sosial….

  15. Dwi berkata:

    beneer banget pak.. dari hal kecil saja… mulai dari : anak saya kelas 1 SD sudah dibebani dengan Tas sekolah yang cukup berat…. krn banyak nya buku yang dia bawa… saya sedih liat anak saya … blom lagi bahasa2 dn pelajaran nya adalah pelajaran ketika kita sudah SMP… Sedih banget.. smoga ada perbaikan yang lebih membuat anak2 ke arah kreativitas dn percaya diri nya…amiiiiiiin

  16. Murtadi berkata:

    Saya juga setuju dengan Kurikulum 2013/2014 dengan penyederhanaan mata pelajaran, cukup diisi dengan yang fundamental saja. Dalam kenyataan, siswa SD mirip seperti siswa SMP atau SMA. Pulang sekolah jam satu siang, setelah itu berangkat lagi ke sekolah mengikuti pelajaran tambahan dan kegiatan/ekskul yang lainnya sampai jam 4 bahkan jam setengah lima sore. Anak saya kelas 4 SD hampir seminggu penuh (dari Senin sampai Jumat) pulang minimal jam empat sore. Apalagi jika ada persiapan lomba, jika anak saya mengikuti, bisa pulang sampai jam lima sore bahkan lebih. Setelah sampai di rumah, anak saya harus belajar untuk pelajaran besok sesuai dengan tuntutan guru mapel masing-masing. Saya merasa mereka terlalu dimanipulasi oleh ambisi guru demi memajukan nama sekolah dalam rangka persaingan dengan sekolah lain, atau ambisi guru yang satu dengan yang lain. Mereka merasa hebat jika anak didiknya berhasil, itu bagus, tapi mereka tidak memperhatikan tekanan-tekanan yang dirasakan si anak. Anak dijejali berbagai diktat untuk mereka pelajari/hafalkan dalam rangka lomba, belum lagi mereka harus belajar pelajaran lain yang menuntut hal yang sama. Begitu padat tugas yang diberikan guru : Bahasa Indonesia ada tugas, IPA ada tugas, IPS ada tugas, Matematika ada PR, Bahasa Inggris harus belajar kosa kata dan struktur, dan yang lain-lainnya, apalagi jika ada ulangan esok harinya. Saya sendiri sampai pusing dan kasihan melihat anak saya. Begitu lelah, baik pikiran dan fisiknya. Seakan-akan waktu sehari 24 jam tidak cukup untuk kegiatan belajar saja. Guru setiap mapel menuntut kesempurnaan yang seakan-akan hanya mampu ditanggung oleh orang dewasa, bukan anak-anak.

    Pemerintah maupun lembaga-lembaga sekolah perlu menyeleksi guru yang berkualitas dan benar-benar memperhatikan kondisi dan kemajuan anak. Program sertifikasi pemerintah ternyata juga belum dibilang berhasil, karena guru yang bersertifikasi juga tidak menjamin kesuksesan belajar siswa. Seakan guru hanya berlomba-lomba mendapatkan sertifikasi tanpa benar-benar memikirkan tugasnya yang sejati, yaitu membentuk dan mengembangkan anak didik. Saya tahu banyak guru yang pandai dengan gelar kesarjanaan yang disandang, tapi apakah mereka dapat sungguh memahami, mencintai dan memandaikan murid-muridnya? Ataukah mereka lupa dan mengejar kesejahteraan mereka sendiri, dengan tidak begitu memikirkan anak-anak yang mereka bimbing? Tentu saja semua guru tidaklah seperti itu, tapi bagi mereka yang ‘lupa’? Program sertifikasi bisa-bisa hanya jadi ajang pemborosan dana pemerintah, mengingat secara global, hasil output siswa juga masih biasa-biasa saja, atau malah semakin ruwet dan tidak ada kemajuan? Saya hanya melihat kenyataan.

  17. smpn3tapung berkata:

    Yang punya anak dan yang punya guru “Kalau mau pintar jangan banyak mengeluh”. Kalau tidak terima silahkan Ente yang Jadi Mendikbud aj.

  18. dewi berkata:

    setuju sekali ketika mata pelajaran dkurangi khususnya untuk kls 1-4. menurut saya kebijakan itu bagus. karena anak2 umurnya segitu sangat tidak bagus di berikan terlalu banyak materi pelajaran karena anak masa umurnya segitu banyak bermain tp sambil belajar, kl dikurangi masa perkembangannya menjadi baik sampai di beranja dewasa nanti

  19. endro berkata:

    memulai bahasa itu sejak dini,….. jdi klw anak2 mulai belajar dari SMP maka merka susah untuk mencerna suatu bhasa……. kenpa bngsa kita tdk berfikir pentingnya bahasa inggris di era globalisasi skarng ini?????????

  20. Agung berkata:

    Kebetulan saya pernah jadi kordinator Sekolah Dasar di sebuah Yayasan SD Swasta, begini pak, masalah kurikulum memang harus di revisi engikuti perkembangan jaman, contohnya kurikulum ’94 lebih dititik beratkan ke IPA & Mat ini dikarenakan rencana pengembangan dan transformatika elektronika, setelah era globalisasi ini kebutuhan maunpun perkembangan informasi juga sangat cepat, sehingga anak-anak didik kita harus dibekali pengetahuan IT dan keimanan, dengan masuknya internet membuat kita kewalahan, kita takut anak-anak akan menjadi dewasa sebelum waktunya.
    Mengenai Mapel bahasa asing pada kurikulum yang lalu juga tidak ada muatan bahasa asingnya, coba bapak-bapak perhatikan buku rapor SD, Mapel Bhs Inggris dikelompokkan ke Extrakurikuler, ini berarti bhs inggris di SD merupakan bukan Mapel wajib.

    Jadi menurut saya Kurikulum 2013 itu cuma merupakan Revisi terhadap kurikulum yang sebelumnya, dan isinyapun tidak jauh beda, sama saja. Bahkan menurut saya Mulok (Muatan Lokal) tidak diperlukan, alasannya : Isi mulok tumpang tindih dgn pelajaran Bhs.Indonesia, PPKN , Agama dan Budipekerti, yang notabene pembahasan sama yaitu tentang Kedisiplinan, sopan, saling menghormati, toleransi dgn sesama dan kesenian. Jadi kesannya Mulok cuma mengada-ada karna isinya sudah ada di dalam bhs.Indonesia,PPKN,Agama, mengenai bahasa daerah setempat (dalam mulok) itu tidak perlu dipelajari, karena secara otomatis anak yang lahir di daerah tsb di jamin akan fasih dalam bahasa daerah tsb. Saya ambil contoh WNI keturun cina di jawa mereka “sangat” fasih berbahasa jawa bahkan sangat medok mengikuti dialek daerah setempat, bahkan orang pribuminya kalah medoknya, begitu juga daerah lain. Klo kita simak kurikulum negara lain tidak ada yang katanya mulatan lokal, hendaknya berpatokan isi Sumpah Pemuda.

    Wassalam
    Semoga bermanfaat.

  21. Bibih Satibi berkata:

    kita sebagai orang tua harus bisa mengukur kemampuan anak didik dengan tingkatan2 usia. soal jumlah pelajaran tidak jadi masalah, yang kita perlu pahami, tingkat kesukarannya untuk dapat dipahami dan dicerna oleh otak anak-anak kita.soal perubahan kurikulum pengurangan atau ditambah itu pekerjaan birokrat. apakah itu merupakan percobaan atau memang hasil penelitian. mudaha2an daja anak2 kita maju lebih baik.

  22. tian mo berkata:

    yang inging saya tanyakan kenapa ipa digabungkan menjadi satu atau dimasukkan ke dalam pelajaran bahasa indonesia sedang kan ips dimasukkan ke dalam pelajaran ppkn
    saya rasa ini sangat membingungkan sedangkan yang kelas 4 s/d 6 itu disuruh mengulang lagi atau mempelajri pelajaran IPA IPS saya rasa kurikulum 2013 memang sangat membingungkan dan sangat efektif nya iya tapi menjadi pertanyaan kenapa ipa digabungkan di mata pelajaran bhs indonesia sedangkan ips digabungkan ke ppkn

  23. fjr berkata:

    terus terang sy setuju kl mata pelajaran dipangkas, anak kecil itu harus banyak bermain sambil belajar, banyak istirahat… jika IPA IPS juga dimasukkan ke dlm bhs Indo itu jg masih tidak tepat. Mungkin Menteri Pendidikan perlu belajar sama saya biar bisa bikin kurikulum yg tepat buat anak-anak, setidaknya dari kelas 1SD – 4SD, kenapa pendidikan terbaik ada di Finlandia,,, naah itu dy…

  24. jpr berkata:

    kurikulum 2013 yg membuat guru dan siswa binggung, bkan mau maju di negara ini tapi bikin rancu dan dan membuat siswa pintar tpi bwt siswaq dan guru bodoh ….kasihan negara ini kurikulum aja sistem proyek kapan baru mau maju.

  25. Devi Indri Yanti berkata:

    Anak yang sekolah, orangtua yang stress..
    Sampai saya pandangi wajah anak saya sendiri….
    “Sebodoh itukah kamu??”
    “Sulitkah apa yang kamu dapatkan di sekolah dasar?”
    “Mengertikah kamu apa yang diajarkan?”
    Hmmmm kasian lihatnya..
    Saya hanya bisa berdoa, agar Tuhan berikan kemudahan.. amin

  26. munaraya tehnik berkata:

    …yang bikin materi kurikulum K13 gak pernah ngrasain SD kale’…

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.