Jujur Itu Mahal (Kisah Ny. Siami dan SDN Gadel 2 Surabaya)

Akhirnya Ny Siami benar-benar mengosongkan rumahnya, pergi mengungsi ke Solo setelah tidak tahan diusir warga sekitarnya. Begitulah nasib orang jujur yang oleh warga sekitar tindakan Ny Siami itu dianggap berlebihan. Pertanda masyarakat kita memang sedang sakit.

Tahu ‘kan pengantar tulisan yang saya ungkapkan di atas? Jadi ceritanya begini, ada peristiwa contekan massal yang melibatkan siswa-siswa SD Negeri Gadel 2 Surabaya. Seorang anak pintar, putra Ny Siami, dipaksa wali kelasnya memberikan contekan secara massal kepada teman-temannya pada saat Ujian Nasional SD baru-baru ini. Bahkan sebelum UN ada simulasi pencontekan massal segala. Tidak setuju dengan tindakan guru sekolah tersebut, Ny Siami melaporkan kasus ini ke Dinas Pendidikan Surabaya. Akibat perbuatan guru wali kelas tersebut, Dinas Pendidikan kemudian memberi hukuman mutasi dan penurunan pangkat kepada oknum guru dan kepala sekolah (yang dianggap ikut bertanggung jawab). Eh, warga sekitar sekolah yang tidak lain orangtua murid-murid SDN Gadel 2 tidak terima dengan hukuman tersebut, mereka marah kepada Ny Siami dan keluarganya. Warga berunjuk rasa dan mengecam Ny Siami yang dianggap sok pahlawan, dan puncaknya warga mengusir keluarga Ny Siami keluar dari kampung (baca deh lebih lengkapnya pada berita ini, tapi kalau tidak bisa mengaksesnya saya kutipkan pada akhir tulisan).

Seperti yang saya tulis pada paragraf pertama, keluarga Ny Siami akhirnya benar-benar pergi dari rumahnya, entah sementara atau selamanya (ini beritanya). Siapa pula orang yang bisa tahan dengan tekanan warga yang terus menerus mengancam pengusiran. Ny Siami hanyalah seorang wanita biasa yang akhirnya bobol juga kekuatannya untuk bertahan.


(Rumah keluarga Ny Siami di Jl Gadel Sari Barat, Tandes, sepi setelah ditinggal penghuninya, Jumat (10/6). Foto: surya/faiq nuraini. Sumber: http://www.surya.co.id/2011/06/11/diusir-ny-siami-akhirnya-kosongkan-rumah)

Bagi warga sekitar, perilaku contek itu adalah hal yang lumrah dan tidak perlu dipermasalahkan. Seperti dikutip dari situs berita tadi, rata-rata mereka tetap menyalahkan keluarga Siami. Menurut warga, menyontek adalah hal biasa untuk anak kecil. Warga juga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus.

Sekali lagi saya ulang menuliskannya ya, menurut warga (yang mungkin potret dari masyarakat kita sesungguhnya) mencontek adalah hal yang biasa untuk anak kecil. Jika anggapan seperti itu sudah begitu tertanam sehingga anak didik tidak merasa bersalah melakukan perbuatan mencontek, jangan heran kalau perilaku mencontek itu akan berlanjut terus hingga tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Padahal mencontek adalah awal dari perbuatan korupsi dan manipulasi lainnya. Perilaku korupsi bermula dari anggapan bahwa mengambil sedikit tidak apa-apa, lama kelamaan menjadi banyak dan akhirnya menjadi penyakit yang sudah mendarah daging pada bangsa ini. “Teladan” dari perilaku elit politik dan pejabat yang sering melakukan korupsi semakin menambah keyakinan masyarakat bahwa perilaku mencontek dalam ujian itu hal yang lumrah saja.

Sedih sekali melihat potret suram dunia pendidikan di tanah air kita. Ini preseden buruk bagi whistleblower. Orang jujur dianggap salah, sedangkan berbuat curang dianggap biasa. Sungguh mahal harga kejujuran Ny Siami, ia sampai terusir dari rumahnya sendiri. Mau jujur malah buntung. Tapi percayalah, Tuhan tidak pernah tidur.

~~~~~~~~~~~~~~~~

Diusir Warga karena Lapor Contek Massal
Ny Siami, Si Jujur yang Malah Ajur

SURABAYA | SURYA – Ny Siami tak pernah membayangkan niat tulus mengajarkan kejujuran kepada anaknya malah menuai petaka. Warga Jl Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, Surabaya itu diusir ratusan warga setelah ia melaporkan guru SDN Gadel 2 yang memaksa anaknya, Al, memberikan contekan kepada teman-temannya saat Unas pada 10-12 Mei 2011 lalu. Bertindak jujur malah ajur!

Teriakan “Usir, usir…tak punya hati nurani” terus menggema di Balai RW 02 Kelurahan Gadel, Kecamatan Tandes, Surabaya, Kamis (9/6) siang. Ratusan orang menuntut Ny Siami meninggalkan kampung. Sementara wanita berkerudung biru di depan kerumunan warga itu hanya bisa menangis pilu. Suara permintaan maaf Siami yang diucapkan dengan bantuan pengeras suara nyaris tak terdengar di tengah gemuruh suara massa yang melontarkan hujatan dan caci maki.

Keluarga Siami dituding telah mencemarkan nama baik sekolah dan kampung. Setidaknya empat kali, warga menggelar aksi unjuk rasa, menghujat tindakan Siami. Puncaknya terjadi pada Kamis siang kemarin. Lebih dari 100 warga Kampung Gadel Sari dan wali murid SDN Gadel 2 meminta keluarga penjahit itu enyah dari kampungnya.

Padahal, agenda pertemuan tersebut sebenarnya mediasi antara warga dan wali murid dengan Siami. Namun, rembukan yang difasilitasi Muspika (Musyarah Pimpinan Kecamatan Tandes) itu malah berbuah pengusiran. Mediasi itu sendiri digelar untuk menuruti tuntutan warga agar keluarga Siami minta maaf di hadapan warga dan wali murid.

Siami dituding sok pahlawan setelah melaporkan wali kelas anaknya, yang diduga merancang kerjasama contek-mencontek dengan menggunakan anaknya sebagai sumber contekan.

Sebelumnya, Siami mengatakan, dirinya baru mengetahui kasus itu pada 16 Mei lalu atau empat hari setelah Unas selesai. Itu pun karena diberi tahu wali murid lainnya, yang mendapat informasi dari anak-anak mereka bahwa Al, anaknya, diplot memberikan contekan. Al sendiri sebelumnya tidak pernah menceritakan ‘taktik kotor’ itu. Namun, akhirnya sambil menangis, Al, mengaku. Ia bercerita sejak tiga bulan sebelum Unas sudah dipaksa gurunya agar mau memberi contekan kepada seluruh siswa kelas 6. Setelah Al akhirnya mau, oknum guru itu diduga menggelar simulasi tentang bagaimana caranya memberikan contekan.

Siami kemudian menemui kepala sekolah. Dalam pertemuan itu, kepala sekolah hanya menyampaikan permohonan maaf. Ini tidak memuaskan Siami. Dia penasaran, apakah skenario contek-mencontek itu memang didesain pihak sekolah, atau hanya dilakukan secara pribadi oleh guru kelas VI.

Setelah itu, dia mengadu pada Komite Sekolah, namun tidak mendapat respons memuaskan, sehingga akhirnya dia melaporkan masalah ini ke Dinas Pendidikan serta berbicara kepada media, sehingga kasus itu menjadi perhatian publik.

Dan perkembangan selanjutnya, warga dan wali murid malah menyalahkan Siami dan puncaknya adalah aksi pengusiran terhadap Siami pada Kamis kemarin. Situasi panas sebenarnya sudah terasa sehari menjelang pertemuan. Hari Rabu (8/6), warga sudah lebih dulu menggeruduk rumah Siami di Jl Gadel Sari Barat.

Demo itu mendesak Ny Siami meminta maaf secara terbuka. Namun, Siami berjanji menyampaikannya, Kamis.

Pertemuan juga dihadiri Ketua Tim Independen, Prof Daniel M Rosyid, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dindik Tandes, Dakah Wahyudi, Komite Sekolah, dan sejumlah anggota DPRD Kota Surabaya. Satu jam menjelang mediasi, sudah banyak massa terkonsentrasi di beberapa gang.

Pukul 09.00 WIB, tampak Ny Siami ditemani kakak dan suaminya, Widodo dan Saki Edi Purnomo mendatangi Balai RW. Mereka berjalan kaki karena jarak rumah dengan balai pertemuan ini sekitar 100 meter. Massa yang sudah menyemut di sekitar balai RW langsung menghujat keluarga Siami.

Mereka langsung mengepung keluarga ini. Beberapa polisi yang sebelumnya memang bersiaga langsung bertindak. Mereka melindungi keluarga ini untuk menuju ruang Balai RW. Warga kian menyemut dan terus memadati balai pertemuan. Ratusan warga terus merangsek. Salah satu ibu nekat menerobos. Namun, karena yang diizinkan masuk adalah perwakilan warga, perempuan ini harus digelandang keluar oleh petugas.

Mediasi diawali dengan mendengarkan pernyataan Kepala UPT Tandes, Dakah Wahyudi. Ia menyatakan bahwa seluruh kelas VI SDN Gadel 2 tidak akan kena sanksi mengulang Unas. Ucapan Dakah sedikit membuat warga tenang. Namun, situasi kembali memanas. Apalagi Ny Siami tidak segera diberi kesempatan menyampaikan permintaan maaf secara langsung.

Kemudian warga diminta kembali mendengarkan paparan yang disampaikan Prof Daniel Rosyid. Ketua tim independen pencari fakta bentukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ini berusaha menyejukkan warga dengan menyebut dirinya asli Solo. Dikatakan bahwa Solo, Surabaya adalah juga Indonesia, sehingga setiap warga tidak berhak mengusir warga Indonesia.

Kemudian dia berusaha berdialog santai dengan warga. Ada salah satu warga menyeletuk. “Kalau kita dikatakan menyontek massal. Lantas, kenapa saat menyontek pengawas membiarkannya,” ucap salah satu ibu yang mendapat tepukan meriah warga lain.

Warga juga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus. Mendengar hal ini, Daniel kemudian memperingatkan bahwa perbuatan menyontek adalah budaya buruk. Di masyarakat manapun, perbuatan curang dan tidak jujur ini tidak bisa ditoleransi.

”Menyontek adalah awal dari korupsi. Jika perbuatan curang ini sudah dianggap biasa, maka ini akan membuka perilaku yang lebih menghancurkan masyarakat. Tentu tidak ada yang mau demikian,” sindir Daniel.

Kemudian mediasi dilanjutkan dengan menghadirkan Kepala SDN Gadel 2, Sukatman. Akibat kasus contekan massal di sekolahnya, Sukatman dan dua guru kelas VI dicopot. Sukatman menyampaikan permintaan maaf kepada wali murid.

Namun wali murid menyambut dengan teriakan bahwa Sukatman tidak salah. Yang dianggap salah adalah keluarga Siami karena membesar-besarkan masalah. Warga pun kembali berteriak “usir… usir”. Namun warga mulai tenang karena Sukatman tempak menghampiri Ny Siami dan suaminya. Mantan Kasek ini langsung meraih tangan ibunda Al dan saling meminta maaf. Namun, setelah itu warga kembali riuh rendah.

Setelah Siami diberi kesempatan berbicara, keributan langsung pecah. Suara massa di luar balai RW terus membahana, menghujat keluarga Siami. Padahal saat itu, Siami sedang menyiapkan mental dengan berdiri di hadapan warga.

Meski sudah berusaha tegar, namun ibu dua anak ini mulai lemah. Dia tampak berdiri merunduk sementara kedua matanya sudah mengeluarkan air mata. “Saya minta maaf kepada semua warga…” ucap Siami yang tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya.

Namun, sang suami terus membimbing, membuat perempuan ini kembali melanjutkan pernyataan maaf. Namun, suasana kian ricuh karena massa terus berteriak “usir”. Baik petugas polisi dan tokoh masyarakat berusaha menenangkan situasi. Baru kemudian kembali terdengar suara Siami.

Dengan tangan gemetar dan ketegaran yang dipaksakan, Siami kembali berucap, “Saya tidak menyangka permasalahan akan seperti ini. Saya hanya ingin kejujuran ada pada anak saya. Saya sebelumnya sudah berusaha menyelesaikan persoalan dengan baik-baik.”

Pernyataan tulus Siami tidak juga membuat massa tenang, sampai akhirnya polisi memutuskan untuk mengevakuasi Siami dan keluarganya. Siami diarahkan ke mobil polisi dengan pengamanan pagar betis. Namun massa tetap berusaha merangsek, ingin meraih tubuh Siami. Sejumlah warga bahkan sempat menarik-narik kerudung Siami hingga hampir terlepas. Siami akhirnya berhasil diamankan ke Mapolsek Tandes.

Baik Ny Siami dan suaminya enggan memberi komentar usai kericuhan. Namun, kakak kandung Siami, Saki, mengakui bahwa adiknya saat ini dalam tekanan yang luar biasa. “Dia tak tahan lagi dengan tekanan warga. Sampai tidak mau makan hari-hari ini. Nanti kami akan merasa tenang jika di Gresik,” kata Saki. Benjeng, Gresik adalah daerah asal Siami. Saat ini Al, anak Siami yang dipaksa memberi contekan, juga diungsikan ke Benjeng setelah rumahnya beberapa kali didemo warga.

Sementara itu, Ny Leni, perwakilan warga menyatakan bahwa pihaknya masih akan terus menuntut agar tiga guru yang dicopot tetap mengajar di SDN Gadel 2 dan menuntut Siami bertanggung jawab.

Budaya sakit

Prof Daniel M Rosyid yang juga Penasihat Dewan Pendidikan Jatim, menyesalkan tindakan warga Gadel yang berencana mengusir keluarga Siami, ibunda Al. “Tuntutan warga untuk mengusir keluarga Al tidak masuk akal. Itu tidak bisa dituruti,” katanya.

Daniel menilai tuntutan warga tersebut sudah tidak rasional. Perbuatan benar yang dilakukan ibu Al, Siami, dinilai warga justru malah salah. Tindakan menyontek rupanya sudah mengakar dan menjadi kebiasaan bahkan budaya di masyarakat. “Warga ternyata sakit,” katanya.

Lagi pula Kepala Sekolah Sukatman dan dua guru kelas VI, Fatkhur Rohman dan Prayitno, sudah legowo dan menerima keputusan sanksi yang diberikan. “Saya kira ini kalau dibiarkan masyarakat akan sakit terus. Orang jujur malah ajur, ini harus kita cegah,” papar Daniel.

Sebelumnya, hasil tim independen pimpinan Daniel Rosyid menyampaikan temuannya bahwa Al, anak Siami, memang diintimidasi guru sehingga mau memberikan contekan. Namun, tim tidak menemukan cukup bukti sehingga Unas di SDN Gadel 2 perlu diulang. Alasannya tim independen tidak menemukan hasil jawaban Unas yang sistemik sama, dan nilai Unas pun hasilnya tidak sama. Al ternyata membuat contekan yang diplesetkan. Al tidak seluruhnya memberikan jawaban yang benar. Dan kawannya pun tidak sepenuhnya percaya dengan jawaban Al. Sehingga hasil ujian tidak sama.

Selain itu tim juga mempertimbangkan Unas ulang akan memberatkan siswa dan wali murid. Sanksi yang direkomendasikan yakni sanksi administratif dari Pemkot Surabaya kepada guru yang melakukan intimidasi kepada Al.

Berdasarkan temuan tim independen ditambah pemeriksaan Inspektorat Pemkot Surabaya itulah, Wali Kota Tri Rismaharini akhirnya mencopot Kepala Sekolah SDN Gadel 2 Sukatman dan dua guru kelas VI Fatkhur Rohman dan Prayitno.

Pos ini dipublikasikan di Pendidikan. Tandai permalink.

85 Balasan ke Jujur Itu Mahal (Kisah Ny. Siami dan SDN Gadel 2 Surabaya)

  1. Ping balik: Jujur Itu Mahal (Kasus Ny. Siami dan SDN Gadel 2 Surabaya) (via Catatanku) « a train of thought

  2. mama adi&ian berkata:

    miris sekali membaca kasus ini.. sudah kembali lagi ke jaman jahiliyah.. semoga Bu Siami dan keluarganya tetap istiqomah… dan Al bisa diterima di SMP yang berkualitas terbaik. Semoga hijrahnya keluarga Siami ke tempat lain bisa menambah kekuatan dan tetap mempertahankan kejujurannya.. Bumi Allah itu luas…

  3. jetzer berkata:

    Berita ini mengagetkan saya Pak. Apalagi yang Bapak cetak tebal. Ini jadi pelajaran untuk kita semua supaya mendidik budaya jujur dari lingkup kecil sejak dini.

  4. dieend berkata:

    Ternyata… Masyarakat sudah berpikiran seperti itu……. *speechless*

  5. Ristana Brata berkata:

    Saya kira dalam hal ini kita tidak bisa “memberikan tanggung jawab pembalasan” pada Tuhan, seperti yang dikatakan pada bagian akhir tulisan, “…Tuhan tidak pernah tidur.” Yang dilakukan oleh masyarakat dan wali murid tersebut merupakan kesalahan berpikir pada masyarakat kita, yang harus kita benahi bersama. Sistem pendidikan yang ada saat ini bukannya mendidik, tapi malah merusak generasi muda Indonesia, dan membuat orang tua menghalalkan segala cara supaya anaknya mendapat nilai tinggi dan lulus, daripada supaya anaknya paham akan pengetahuan yang diberikan. Pendidikan agama yang diberikan tidak juga mampu menyampaikan nilai-nilai agama yang berdasarkan kesetaraan antar umat manusia, tapi lebih menekankan kepada fanatisme. Mari berbenah bersama Indonesia!

    • Ria berkata:

      Saya setuju sekali. Komentar ini sangat tepat sasaran. Sayang sekali kita kehilangan inti pendidikan. Ijasah jadi mengalahkan kompetensi yang dibutuhkan. Akhirnya kita cuman kelihatan baik tapi tidak ada isinya. Ketika semua amburadul kita tidak tahu lagi yang mana yang harus dibetulkan. Jadi ujungnya bilang Tuhan. Ajaran agama bukan nilai2 moralnya yang penting tapi labelnya. Ini kaya makan permen, isinya dibuang bungkusnya dihisap.

  6. zidan001 berkata:

    astaghfirullah haladzim, hanya itu yang bisa saya ucapkan, seakan akan menyaksikan kisah para nabi, dimana sang nabi dihujat karena menyuarakan kebenaran.
    saya berharap Ibu Siamy diberikan kemudahan dunia dan akhirat, dan warga yang ‘jahiliyah’ itu diberikan kesadaran dan khilaf akan dosa-dosanya, dan mohon ampun agar tidak diadzab oleh Allah swt.

  7. Asop berkata:

    Kasihan ya, bu Siami… 😦
    Penduduk Gadel sana menurut saya lagi “sakit”… harusnya mereka malu, karena sekolah yang mereka banggakan selama ini ternyata melakukan praktek tak terpuji seperti itu… 😦

  8. Obby berkata:

    Yaa… Setelah membaca berita diatas, cukup tau bahwa sosial dan budaya kita sudah mulai “miring” alias yang benar dikatakan salah yang salah dikatakan benar… semoga Ny. Siami dapat sabar menghadapi lingkungan yang mempunyai budaya contek… Trims

  9. yudibatang berkata:

    Keep on fighting bu Siami… semuga bu siami dan keluarga diberi kekuatan menghadapi cobaan yang begitu berat. Warga yang demo pasti ada yang ngomporin ….

    • Panda berkata:

      Pada buku Mahatma Gandi,ada pengalaman beliau sewaktu ujian Bhs Inggris. Karena guru pengawas merasa kasihan atas kekurangmampuan Gandhi, maka pengawas membantu dengan memberi beberapa jawaban. Akhirnya Mahatma Gandi mendapat nilai yang tinggi. Yang menarik, Mahatma Gandhi menjadi stress dan kecewa kepada dirinya yang merasa tidak pantas mendapat nilai yang tinggi. Akhirnya beliau menghadap guru dan menolak nilai tersebut. Beliau lebih puas dan nyaman dengan nilai apa adanya. Untuk kasus anak SD ini, harusnya dia mendapat penghargaan dari pemerintah,dan nyatakan peristiwa ini sebagai Hari Kebangkitan Kejujuran.

  10. Joopri berkata:

    Memang Pak. Sekarang orang-orang lebih mementingkan “nilai” yang satu dari pada dan malah meninggalkan “nilai” yang lain. Di Sumatera Barat juga ada seperti itu. Tapi sepertinya tidak ada kasus seperti Ny. Siami tadi.

  11. Joopri berkata:

    Memang Pak. Sekarang orang-orang lebih mementingkan “nilai” yang satu dari pada “nilai” yang lain. Di Sumatera Barat juga ada seperti itu. Tapi sepertinya tidak ada kasus seperti Ny. Siami tadi.

  12. hchoirihendra berkata:

    Emang kayak gitu Pak mental2 warga Indonesia jaman sekarang..
    Pas ada pejabat korup si aja, dikutuk-kutuk.. Lha ini pas ada rakyat kecil yang jujur, malah diusir..
    Kok bisa2nya sih gak ada yang belain Bu Siami.. Kok para warga yang ngusir itu gak dihukum aja sih? Minimal dibawa ke pskiater lah.. Udah jelas2 mereka mendukung ketidakjujuran.. Kalo dibiarin aja, bisa jadi ‘virus’ itu..

  13. dartaganteng berkata:

    kita jangan melihat dari sisi Ibu Siami saja,,pasti ada alasan lebih pasti mengapa warga mengusir Ibu Siami,,praktek mencontek memang harus kita basmi,karena praktek ini seperti mengajarkan kepada anak-anak kita supaya setelah besar bisa korupsi. Akan tetapi mungkin Ibu Siami mempunyai kesalahan yang lain yang membuat warga Gadel mengusirnya. Kesalahan itu mungkin gara-gara Ibu Siami sudah melaporkan ke Diknas setempat tapi juga melaporkannya kepada publik melalui wartawan. melaporkan hal ini kepada publik tentu membuat seluruh masyarakat Indonesia tahu akan hal ini. Tentu saja masyarakat Gadel jadi malu sehingga menyalahkan Ibu Siami. karena SD Gadel anak-anak yg sekolah disitu juga tentu malu sehingga orangtuanya juga ikut malu. Jangankan masyarakat Gadel, saya atau mungkin anda-anda juga pasti malu apabila kampung anda diberitakan yang tidak baik dan diketahui oleh masyarakat luas. seharusnya Ibu Siami cukup melapor ke Diknas dan tidak perlu memberitakannya ke wartawan. Biar Diknas yg melaporkannya kepada publik apabila telah terbukti memang hal itu telah terjadi, mengapa diknas lebih berhak?karena diknas berbicara mewakili pemerintah dan bukan mewakili personal, seperti Bu Siami ini.

    • hamka berkata:

      setiap orang yang berbuat salah, ya harus malu, bila ia tidak malu, itu namanya sudah sakit. Malu itu baik, sebagai sebuah sanksi moral melakukan tindakan yang salah. Buat apa ditutup-tutupi?

      kalau anda baca berita kronologisnya, justru saat memberitahu ke DIknas, Ny. Siami malah ditekan/diancam tuntutan oleh diknas, sementara tidak ada tindakan dari diknas, maka dia melaporkan ke media massa

    • herwono berkata:

      Oooo, anda ternyata termasuk yang sakit

    • Anshar berkata:

      Berulang anda memberi kata MUNGKIN. Penilaian berdasar kata itu tak mendasar dan tak kuat dibanding fakta yang ada.
      Kata MUNGKIN untuk berfikir berbaik sangka adalah baik. Akan tetapi seperti dalam kasus Alif dan ibunya Ny. Siami tidak tepat. Karena faktanya mereka berbuat jujur. Sebuah fakta kebaikan yang bernilai universal. Kita tidak bisa menerima alasan arogansi dan premanisme masyarakat desa tersebut yang melawan akhlak mulia berupa kejujuran tersebut.
      Saya dan orang yang punya hati nurani tidak akan malu bila memang harus dicap kampungnya semuanya menyontek kalau memang begitu kenyataannya. Anda…? Tidak berani…?
      Yang memalukan adalah bila tidak ada yang berani menyatakan salah itu salah. Anda …? Berani…?

    • sodik berkata:

      ya karena dari pihak yang di laporin tdk ada respon makanya inisiatif langsung ke wartawan mas ,

    • jurnalsasmita berkata:

      Kalau kasus contek masal dalam ujian akhir memang sudah menjadi rahasia umum dan sudah berjalan bahkan saat saya masih di sekolah dasar dan terus berlanjut hingga sekarang. Hal ini disebabkan pemerintah yang menerapkan angka kelulusan yang dirasa berat oleh guru dapat dicapai oleh anak-anak didiknya, Akibatnya guru yang tidak ingin anak didiknya tidak lulus menghalalkan beberapa cara yang saya rasa tidak terhormat dan memalukan. Keputusan bu Siami dengan ikut mem- blowup kejadian memalukan yang dialami anaknya sudah tepat agar memberikan efek jera bagi para pendidik di Indonesia yang memiliki mindset serupa, Juga seharusnya memberikan rasa malu yang jauh lebih besar pada pemerintah republik ini. Jangan cuma menetapkan standar kelulusan namun standar kelayakan proses pendidikan seperti fasilitas, tenaga guru dan kurikulum diabaikan.
      Tetap salut dengan keberanian bu Siami untuk jujur

    • DJ berkata:

      Jujur intinya….

  14. biant64 berkata:

    hari gini masih percaya aparatur pemerintahan….kalau pengusiran itu berdasarkan solidaritas warga kpd guru, Itu adalah penyimpangan dan tidak selayaknya nilai kejujuran disingkirkan atas nama solidaritas”….memang tanda” masyarakat kita sudah sakit…”Kejujuran adalah kata yang menyakitkan bagi pribadi-pribadi yang selalu mengabaikan” (Mario Teguh)….

  15. Tiva berkata:

    sedih..pada.anak2 yg masih polos sudah di tanamkan dengan hal2 yg tidak baik, lebih parahnya yg melakukannya orang yg dianggap mampu membimbing anak2 kita. Tidak heran kalo sudah besar terbiasa berbuat curang, karena memori tsb akan tersimpan dalam otaknya….

  16. heny berkata:

    jadi ingat sekitar 10 thn lalu, adik sy wkt itu ujian kelas 6 sd, sehari sebelum ebtanas merka dikumpulkan oleh wali kelas nya. Lalu diberitahu akan diberi kunci jawaban pagi hari sebelum ujian. Adik sy gelisah mendengar itu, krn memang dikeluarga kami kejujuran adalah yg sangat diperhatikan. Saya meberi nasehat agar dia tdk melihat kunci jawaban, lakukan sebisanya, saya katakan” buat apa nilai sempurna jika Allah tidak Ridho” alhmd beliau mengikuti saran tsb.
    Ketika pengumuman NEM keluar nilai adik sy di urutan kedua dari bawah, padahal beliau tidak pernah lepas dari ranking 3 besar, urutan terakhir adalah sahabat adik sy yang juga tidak melihat kunci jawaban. nilai teman-temannya rata2 9 termasuk yg tidak terlalu pandai .
    Adik saya betul2 terpukul ditambah ketika wali kelasnya mengatakan adik saya “sok pintar” krn tdk mau mencontek. Ortu kami pun yg biasanya sangat mementingkan kejujuran kali ini tidak tahan & malah memarahi adik saya krn “kebodohannya”(menurut orang2).
    saya sangat kesal, tp sayang wkt itu sy tdk seberani ibu Siami, sy hanya mengadu ke radio MQ , & sempat penjadi pembahasan di radio tsb.
    Ternyata dampak hal ini thd adik saya sampai sekarang masih terasa, dulu ia anak yg sangat rajin belajar shg tidak aneh rankingnya selalu diatas, tp sejak SMP dia mulai malas-malasan jarang belajar & sedihnya di akhir2 sy baru tahu adik sy sdh terbiasa mencontek krn teman2nya pun begitu & parahnya guru pun seakan membiarkan…

  17. Borongan berkata:

    Peristiwa yang miris sekaliii….
    Peristiwa ini sama dengan cikal bakal korupsi berjamaah….
    Indonesia sekarang ini merupakan dunia para infotainment
    tak ada yang tidak bisa ditangkap oleh media informasi…
    Apalagi yang berkaitan dengan kepentingan umum…
    Indonesia sudah mulai TRANSPARANSI PUBLIK
    (segala hal berkaitan kepentingan umum Rakyat wajib tahu)

    ANAK-ANAK MERUPAKAN PENERUS BANGSA

  18. tanpa nama berkata:

    coba cermati bagian ini :
    “Sebelumnya, Siami mengatakan, dirinya baru mengetahui kasus itu pada 16 Mei lalu atau empat hari setelah Unas selesai. Itu pun karena diberi tahu wali murid lainnya, yang mendapat informasi dari anak-anak mereka bahwa Al, anaknya, diplot memberikan contekan. Al sendiri sebelumnya tidak pernah menceritakan ‘taktik kotor’ itu. Namun, akhirnya sambil menangis, Al, mengaku. Ia bercerita sejak tiga bulan sebelum Unas sudah dipaksa gurunya agar mau memberi contekan kepada seluruh siswa kelas 6. Setelah Al akhirnya mau, oknum guru itu diduga menggelar simulasi tentang bagaimana caranya memberikan contekan.”

    dibagian awal dikatakan bahwa Ibu Siami sama sekali tidak mengetahui akan hal itu…dia baru tahu setelah diberi tahu oleh wali murid lainnya…setelah anaknya AL memberikan contekan kepada siswa kelas 6 para warga yang anaknya MENCONTEK malah mengusirnya, jika mereka menganggap mencontek itu TIDAK SALAH, begitukah bentuk rasa TERIMA KASIH mereka???
    perhatikan bagian akhir “oknum guru diduga melakukan simulasi bagaimana cara memberikan contekan”
    itukah HASIL dari PENDIDIKAN GURU???apakah UN adalah sebuah BENCANA bagi para GURU sehingga mereka harus menjalankan sebuah SIMULASI??
    sungguh NAIF….

  19. rizky berkata:

    kiamat sudah dekat….

  20. son puspogiwang berkata:

    Yaumul akhir sudah didepan mata, da’jal ada dimana-mana, yang haq dikatakan batal, yang batal dikatakan haq,yang benar/jujur dipenjara/dipersalahkan dan yang salah dibiarkan karena dianggap biasa. Sungguh ironis sekali dan memprihatinkan jika ketidak jujuran dianggap biasa……Ya Allah ampunkanlah mereka dan terangkan hati serta jalan mereka yang tersesat…

  21. TheSalt Asin berkata:

    Yang salah adalah PEMERINTAHAN kita , GURU sudah setengah hidup mengabdi – dengan gaji yang ……….pemerintahan kita memberikan gaji buat para guru ……seperti ………….sEPERti .memberikan uang receh untuk pengemisssssss jalanan……..sungguh terkutuk ……..wassalam.

    حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُسْلِمِينَ وَالْيَهُودِ وَالنَّصَارَى كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَأْجَرَ قَوْمًا يَعْمَلُونَ لَهُ عَمَلًا إِلَى اللَّيْلِ فَعَمِلُوا إِلَى نِصْفِ النَّهَارِ فَقَالُوا لَا حَاجَةَ لَنَا إِلَى أَجْرِكَ فَاسْتَأْجَرَ آخَرِينَ فَقَالَ أَكْمِلُوا بَقِيَّةَ يَوْمِكُمْ وَلَكُمْ الَّذِي شَرَطْتُ فَعَمِلُوا حَتَّى إِذَا كَانَ حِينَ صَلَاةِ الْعَصْرِ قَالُوا لَكَ مَا عَمِلْنَا فَاسْتَأْجَرَ قَوْمًا فَعَمِلُوا بَقِيَّةَ يَوْمِهِمْ حَتَّى غَابَتْ الشَّمْسُ وَاسْتَكْمَلُوا أَجْرَ الْفَرِيقَيْنِ

    Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu Musa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Perumpaman Kaum Muslimin, Yahudi dan Nashara seperti seseorang yang memperkerjakan suatu Kaum, mereka harus bekerja untuknya hingga malam hari, sementara mereka hanya beramal hingga sianghari. Mereka berkata, ‘Kami tidak patut menerima upah darimu. Akhirnya orang itu memperkerjakan Kaum yang lain dan berkata, ‘Sempurnakanlah sisa hari yang ada, nanti kalian mendapatkan bagian upah sesuai persyaratanku.’ Maka mereka mengerjakan pekerjaan hingga hanya sampai waktu ‘Ashar, mereka lalu berkata, ‘Kami kembalikan pekerjaan kepadamu.’ Lalu orang itu memperkerjakan Kaum yang lain lagi. Maka Kaum tersebut bekerja menuntaskan sisa hari sampai matahari terbenam. Jadilah Kaum ini menyempurnakan pahala dua Kaum sebelumnya.” [ HR- Imam Bukhari ].

    • Monte berkata:

      Otak taroh dimana sih? Ini kasus kagak ada hubungannya sama gaji… Dungu dipelihara bawa-bawa ayat lagi…

    • reifaheida berkata:

      kata siapa gaji guru kecil2…skrng ini kesejahteraan buat guru2 malah lebih baik kalau dibndingkan pns2 instansi lain,berbagai tunjangan,sertifikasi,dll..yg belum pns juga dpt tunjangan2 dan malah ada yg sdah sertifikasi juga,,dan akhirnya saya lihat dngn mata kepala saya sendiri banyak guru2 sekrng yang sibuk bermewah mewah buat beli gadget,mobil,dll,,kalau berasa ga cukup atau belum cukup mereka gampang sekali tinggal ajukan pinjaman ke bank,,dan akhirnya banyak oknum2 guru yng ingin melanjutkan pendidikan bukan untuk meningkatkan kualitas tapi hanya untuk mengejar gelar supaya mendapatkan sertifikasi dn tunjangan2 lain,dan akibatnya banyak diantara mereka yng kuliah di tempat2 yg ngga jelas yng memudahkan pesertanya untuk mendapatkan gelar sarjana,,dan sedihnya kadang mereka lebih sibuk mengrus tunjangan2 ini itu daripada meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak didik mereka,,ngerti sekrng om,,??

  22. busant berkata:

    Ini salah satu akibat negatif dari dilaksanakannya UN untuk menentukan kelulusan siswa.
    Seharusnya kita sadar, tidaklah mungkin menyamakan parameter kelulusan untuk semua siswa
    di Indonesia yang notabene memang sangat beragam, baik di bidang ekonomi, komunikasi, budaya
    dan sosialnya. Seharusnya pemerintah sudah paham bahwa kita memang beda mangkanya para leluhur
    dulu membuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Karena memang kita beda….. tapi tetap bisa bersatu.
    Kelulusan sekolahpun harusnya dipahami dengan cara yang sama, silahkan masing2 sekolah menentukan
    cara dan parameter sendiri untuk meluluskan siswanya. Tidak perlulan diseragamkan dg UN,
    karena kita sadar bahwa tidak akan mungkin sama daya serap siswa di pusat Ibu kota dengan siswa
    di desa terpencil di Wamena sana….
    Sungguh kasus ibu Siami ini patut menjadi renungan kita semua.

    • a. bachri berkata:

      Untuk kamu yang merasa UN seharusnya tidak diadakan. Kamu ingin UN tidak diadakan agar meningkatkan persentase kelulusan kan? Tapi apa kamu mau, mencetak lulusan yang tidak tahu apa2? Kamu mau mencetak lulusan yang otaknya gak ada bedanya sama anak kelas 1 SD? Kamu mau mencetak lulusan yang tidak bisa berpikir? Oke saya ngerti kita juga gak mau mencetak lulusan yang membudayakan kecurangan, tetapi menghilangkan ujian nasional bukanlah jawabannya. Trims

  23. eko berkata:

    Mari ditilik dari akar permasalahan, jangan saling menghujat. Justru dari peristiwa tersebut dapat dijadikan refleksi untuk kita sendiri, kaum guru, masyarakat, DPR, pemerintah, dan semua pejabat lainnya.

  24. deni cs berkata:

    Hancur suda bangsa indonesia kalo begini caranya pendidikan ditanah air.. yang benar disalahkan , dan yang salah dibenarkan… aku akan mendukung perbuatan ny, siami…

  25. Iwan Priambodo berkata:

    Memang warga Gadel adalah warga yang sakit…Konyol…

  26. Gilmar berkata:

    Hasil UN yang dijadikan sebagai syarat kelulusan,membuat posisi guru serba salah dan dilematis.kalau jujur maka yang lulus tidak akan seperti sekarang.di pihak lain masyarakat belum tentu siap menerima konsekwensinya.tolok ukur UN,bisa dilihat dari hasil try out yang diselenggarakan tiap sekolah.hasilnya jeblok semua.yang lulus hanya 30% bahkan kurang.tapi saat UN nilainya bisa melambung tinggi.Hasil UN yang mencapai di atas 99% membuat bangga para pejabat.yang sedih siapa lagi kalau bukan guru.kasus SD Gadel semoga bisa diambil hikmahnya.bukan saling menyalahkan.dan menganggap Pahlawan kepada seseorang sebagai pejuang kejujuran.sebab hal ini bisa menjadi preseden buruk bagi dunia pendidikan dan Bangsa kita.apa kita gak sedih dengan ramainya “kejujuran menjadi berita besar”? solusinya adalah Hapuskan UN sebagai syarat kelulusan.kalau mau tetap dilaksanakan hasil UN,bisa dijadikan sebagai syarat masuk pendidikan berikutnya,seperti beberapa tahun lalu.ITB siap tidak? Saya baru masuk Blog ini.salam kenal kang!

  27. Ping balik: Kebebasan Berekspresi di Internet Tidak Boleh Merugikan Orang lain

  28. Aria-Sanchou berkata:

    wah.. saatnya blacklist daerah tersebut. klo ada yg ngelamar kerja dari daerah tersebut dan terlibat masalah ini, lebih baik langsung diminta keluar dari ruang wawancara

  29. anwar berkata:

    memang jujur itu mahal ya pak. diri sendiri aja dibohongi apalagi orang lain.

  30. rendwi berkata:

    Astagfirllah,,,,, kelak jika sudah waktunya memeiliki putra putri, mari kita jaga baik putra putri kita dari hal seperti ini….

  31. zakki-kun berkata:

    Saya kira harus dibuka sebuah tabir di balik kejujuran ibu siami, apakah seperti itu kita melihatnya? saya adalah seorang pengajar juga yang mengecam menyontek. tapi yang membuat saya berttanya tanya adalah keluarga ibu siami yang mampu meninggalkan rumahnya, yang sepertinya memang dia punya rumah lain. Kemudian kalau bapak2 ibu2 lihat fotonya ada sebuah gedung berbata dibelakang suami ibu siami yang menunjukan perbedaan kontras. Apakah kemudian kemarahan warga bukan didasarkan oleh kejujuran ibu siami namun status sosial beliau? saya kita cerita ini tidak bertabuh pada kegilaan semata namun jauh tersimpan pada pesan moral yang terbelah dua, ibarat buah simalakama. Semoga semua-nya mendapat hikmah di balik berita ini. Wassalam

    • reifaheida berkata:

      saya bener bener ga ngerti gimana cara anda lihat kasus ini,orang udah jujur dan diusir eh malah anda nyebut2 masalah ekonomi dan status sosial,ga ada hubungannya mas,,kan udah dijelasin kalau dia tuh pindah ke tempat asal suaminya,belum tentu juga dia sudah punya rumah disana,kalau seseorang sudah diusir orang sekampung bahkan ditarik2 smpai jilbabnya lepas, pasti dia merasa terancam dan tidak nyaman tinggal di tempat tersebut,dalam keadaan seprti ini ini saya rasa buat keluarga ini yang paling utama adalah pindah ke tempat yng lebih kondusif bwt mereka agar mereka bisa hidup tenang,masalah nanti mereka tinggal dirumah sendiri,saudara,orangtua atau ngontrak itu sih masalah kedua,trus kalau memang mereka punya rumah dua pun ga bisa jadi alasan buat pengusiran ini ,,terus juga ga ada pemberitaan atau keterangan yng menyebutkan kalau keluarga ini sebelumnya bermasalah dengan tetangga2nya,biasanya kalau ada kasus seprti ini,maka akan banyak pemberitaan2 dari warga sekitar tentng perilaku atau kebiasaan buruk orang yang diusir,salah satu bukti dia baik2 saja dengan warga sekitar adalah sebelum dia melaporkan kasus ini dia justru mendapatkan laporan tentang kasus ini dari orangtua murid lain,ini berarti bahwa ga ada masalah komunikasi antara ibu siami dengn warga lain,,marilah kita lihat dengan jujur mas,jangan malah dicari2 hal yang ngga ada,jangan smpai jadi fitnah nantinya..

  32. Kartika berkata:

    Sebenarnya saya pun juga mengalami hal yg sama dgn bu Siami. Dan hal anjuran atau perintah untuk memberi contekan, bukan hal hal yg tersembunyi. Tidak bisa tutup mata tentang bobroknya sistem pendidikan. Semua berasal dari krah putih diatas dan kebijaksanaannya yg nyleneh nyleneh. Zaman mmg sudah mengalami evolusi. Saya menghadapi hal tersebut tdk secara frontal spt bu Siami. Karena jika melawan arus maka yg kalah adalah diri sendiri walaupun yg salah arusnya. Saya hanya mensiasati dgn melawan arus tp berpijak pada batu agar tetap bisa sampai ke atas seperti ikan salmon..hehehe. Tp semoga bu Siami dapat memetik pelajaran dari setiap tindakannya dan memikirkan apa yg nantinya akan di hadapi. Karena hidup melawan arus tidaklah mudah, tanpa diimbangi kemampuan mencari pijakan yang tepat.

  33. Defian Panji berkata:

    jadi ingat cerita saya wktu 6 SD, 3 SMP, dan 3 SMA. saya tidak munafik mengakui praktik percontekan massal ini benar nyata adanya. saya juga merasakan perlakuan teman2 dan guru2 saya yang seolah mengharuskan saya memberikan contekan kepada mereka, setiap hari saya di pojokkan dengan desakan meraka agar saya memberikan contekan. akhirnya saya dengan terpaksa memberikan mereka contekan, jangan tutup mata pemerintah, khususnya menteri pendidikan, buka mata, buka hati, praktik ini sangat banyak teradi bahkan menjadi kongkalikong antar sma agar siswanya mencontek. bobrok sekali sistem pendidikan kita. setuju dengan langkah Ibu Siami, ini Ibu Siami malah dikucilkan, jelaslah, masyarakat kita sangat sakit moral, #respect untuk Ibu Siami

  34. erenda irfia safri berkata:

    jangan salahkan ketika nantinya mereka yg berkoar itu menjadi korban penipuan terlebih oleh anaknya. sekolah khususnya sekolah dasar adalah tempat pendidikan dimana moral atau kepribadian anak dapat dibentuk sejak dini. kalo dari kecil aja tidak ditegaskan untuk jujur dan percaya pada kemampuan sendiri, ini akan berakibat maraknya plagiat yg nantinya menurunkan kreatifitas anak.ini berdampak bahwa nantinya anak akan ingin instannya saja. jelas, potret diatas membuat saya heran, tidak mau jadi korban korupsi tapi malah membiarkan bibit korupsi semakin marak

  35. Vitha berkata:

    Pantas makin banyak org yg korupsi d negara kita … Ternyata …. Dari Kecil sudah dibiasakan untuk tidal jujur Dan menjadikan praktek contek sbg hal biasa …. Harus do format Kali ya otak orang2 ITU Dari pemikiran yang salah ….

  36. kasian dong,. anak yang rajin belajar yg emang dari kecil uda jujur karena takut di cap buruk teman dan guru jd ikut”an basah kena imbasx bs males belajar lg tuh n ikutan nyontek jd males mikir sndri. #mental tergerus ,akhir jaman

  37. Pilihan pindah Ny.Siami adalah langkah terbaik. Semoga Alloh Swt. mengadzab warga seluruh pelaku pengusiran Ny.Siami dari kediamannya.

  38. ratih berkata:

    menyedihkan sekali….saya dan rekan guru dari sekolah saya pernah merasakan bagaimana dikucilkan oleh guru2 dari sekolah lain gara2 mengawas UN dengan serius, sebelumnya saya dipanggil oleh kepsek sekolah negeri yg bersangkutan yang memberikan teguran katanya : ” pak maaf kalau mengawas itu jangan seperti mengintai “, . aahh…. saya bingung dengan kepala sekolah ini, saya tidak hiraukan dan kami terus mengawas UN sesuai dengan amanah kami sebagai pengawas, alhasil saya dan rekan2 dikucilkan oleh semua pengawas UN…..gmn masa depan generasi bangsa ini…??????

  39. Doni berkata:

    Belum lama juga melihat berita yang tak kalah seram, satpam ditusuk karena menegur sesama satpam yang memeras pedagang, dan petugas pom bensin yang ditusuk karena menegur pemuda merokok. Hal yang sangat mengkhawatirkan bila menolak perbuatan buruk bisa menimbulkan resiko kehilangan nyawa.

    sumber:
    http://news.detik.com/read/2014/01/01/204101/2456038/10/tegur-perokok-petugas-spbu-ini-malah-dikeroyok-dan-ditusuk?nd771104bcj
    http://news.detik.com/read/2014/01/07/143607/2460482/10/tegur-rekannya-yang-minta-setoran-di-cikini-satpam-suyanto-malah-ditusuk

  40. rere berkata:

    Sungguh terharu melihat perjuangan Bu Siami, dan tak habis pikir pula dengan respon warga yang sampai mengusir beliau. Seperti tertulis diatas bahwa mencontek adalah awal tindakan korupsi, lhah ini kan warga pada gak suka tuh ama koruptor2 yang rame akhir2 ini tapi kok malah ngebolehin anak2nya dan ngedukung tindak contek masal. Kalo pengen negara ini bebas korupsi kagak usah pake demo2 segala lah, cukup benahi sikap dan pola pikir kita dan anak2 kita aja deh dulu, kalo dasar mental kita ngebolehin hal2 kecil kayak nyontek gitu adalah sesuatu yang wajar, apa kita ini bukan termasuk koruptor??? dan sebagai perenungan aja, dengan kondisi seperti itu bisakah negeri ini bebas korupsi???? 🙂

  41. Friedabia k j berkata:

    kelihatan deh sekarang mana yang calon penghuni surga mana yang neraka. Hmm.
    semangat Bu Siami, pindah ke sidoarjo aja BU kalo di situ ga diterima. Anak Ibu bakal jadi aset negara soalnya jujur. Selamat.

  42. Azni berkata:

    Katanya ingin negara bebas korupsi….tapi kok malah mendukung langkah awl korupsi??? -__-

    • Kucluk berkata:

      Bener tuh. Sama kayak warga Jakarta yang pingin Jakarta bebas banjir tapi buang sampah tetep sembarangan ke jalan-jalan, ke kali, dsb. Saluran air mampet dimana-mana (-_-)a

  43. aditbudhii berkata:

    Reblogged this on Heart's Farts and commented:
    Ketika hasil lebih diutamakan ketimbang proses

  44. dess berkata:

    yaelahh,,,susah deh ya,,
    prihatin sama kejadian ini…

  45. anonymus berkata:

    memang yang kurang dari pendidikan di Indonesia adalah pendidikan moral.. kalo dari kecil saja sudah di ajari seperti ini apalagi sudah besar nya?? itulah yg terjadi pada koruptor2 di Indonesia.. mereka jelas2 terbukti bersalah, d gelandang dengan menggunakan “seragam” yg menandakan bahwa mereka telah melakukan tindakan tercela.. mereka malah menebar senyum ketika para wartawan meliput membuktikan bahwa mereka seolah2 “bangga” dengan apa yg sudah mereka lakukan.. turut berduka untuk moral negri ini..

  46. Arga berkata:

    ada aja kelakuan manusia
    maunya dipermudah . . . . .
    apes sepertinya bagi orang “jujur” seperti Ny. Siami

    sabar saja yah. . . . . .

  47. nasir berkata:

    Gimana kabarnya ny.siami sekarang?
    R.I.P Pendidikan Indonesia

  48. Pitra berkata:

    Astagfirullah alladzim…..Allah Maha Tahu…Allah MahaKuasa… Allah Maha Besar….. Bertobatlah warga terkutuk inisblm pintu taubat benar2 tertutup dan azab Allah turun secepat kilat! Sungguh mrk2 ini adalahmanusia jahiliyah! Percuma punya namabagus2 tp akhlak rusak! Kebenaran dan ketawakalanlah yg akan menang! Ibu Siami…. Hanya kpd Allah kita berserahdiri!mintalah yg terbaik utk keluarga Ibu, sungguh doa org terdzolimi pasti akan lgsdikabulkan…

  49. gie berkata:

    Sy g habis pikir apa ortu yg berteriak2 itu ga malu ya.. Mereka membenarkan “mencontek” ..apa beda ny dgb mrk mengakui anak mrk “bodoh” shg sebegitu butuhny sm contekan???

    Hal spt ini mmg terjadi di sekitar kita.. Wkt adik bungsu sy SD, mlm sblm ujian byk ortu tmn yg menawarkan contekan.. Mlm itu ibu sy bertanya pd adik, alhamdullilah dy memilih menolak smw itu dan berusaha sndiri..

    Nilai adik sy wkt itu pas2an.. Kalah dgn mayoritas siswa yg mendapat contekan yg rata2 90.. Tp toh akhirny mrk2 itu jg berguguran satu per satu ktk di smp krn kemampuan bljr mrk kurang wlw msk sklh bagus..

    Betul “Tuhan tdk pernah tidur”
    Mulailah dgn kita sbg ortu yg tdk bangga ktk anakny punya nilai bagus hsl mencontek..

    Smoga tuhan selalu melindungi ibu Siami dan kel nya.. 🙂

  50. karin berkata:

    itu lah mahal nya sebuah kejujuran

  51. Kepala Sekolah dan Guru SD Gadel 2 yang terlibat SANGAT KETERLALUAN. Mereka telah MEMUTAR BALIKKAN tatanan di masyarakat. Kenapa orang-orang seperti itu DIPERCAYA untuk jadi PENDIDIK ??? Cara berpikir mereka JELAS-JELAS SALAH, jadi harus diberhentikan dari jabatannya sebagai Guru / PENDIDIK.

    Untuk orang tua murid yang marah, saya bisa maklum. Bukan bermaksud menghina, tapi saya menengarai orang-orang kampung tsb kemungkinan adalah masyarakat kelas bawah yang kurang berpendidikan dan biasanya tidak mau meninggikan pendidikannya. Mereka punya keterbatasan akses ke informasi dan juga tidak punya akses ke sumber pencerahan, Mereka telah berkutat dalam Lingkaran Setan Kemiskinan dan Kebodohan selama beberapa generasi. Tipe orang seperti ini akan lebih mendahulukan OKOL (otot) ketimbal AKAL.

    Mereka mengirim anak-anak mereka ke Sekolah dengan harapan anak-anaknya akan berpendidikan dan dapat keluar dari Lingkaran Setan Kemiskinan dan Kebodohan, tapi dalam kasus ini, TANPA SADAR, mereka justru MENARIK anak-anak mereka MASUK KEMBALI ke dalam Lingkaran Setan Kemiskinan dan Kebodohan.

  52. indon berkata:

    “mencontek adalah hal yang biasa untuk anak kecil.” pernyataan seperti ini yang nantinya akan melahirkan pejabat-pejabat koruptor waktu dewasa nanti! dasar indon.

    • indon berkata:

      pada akhirnya kalian cuma bisa melihat kejadian yang sudah jelas-jelas salah tersebut dan membiarkan kejadian tersebut terulang lagi di masa mendatang tanpa bisa berbuat apa-apa.

  53. skydhan berkata:

    yang bener diangap salah dan yang salah dianggap bener, sepertinya mereka butuh dokter jiwa.

    semangat ya bu, kebenaran itu datangnya terakhir,ibu itu benar kok..

  54. Zakia berkata:

    Sangat terlihat sekali bahwa ternyata ke sekolah itu mencari nilai, bukan ilmu…
    😐

  55. Anang Key berkata:

    Mungkin caranya harus di perhalus seperti para wali wali penyebar agama islam di tanah jawa, kan ndak bisa serta merta lapor, EGO itu sangat bahaya apalagi melawan masyarakat banyak, yang ngerti cerita awal dan aslinya akan mengerti, koran tidak 100% benar dan juga tidak 100 % salah, untuk kebenaran wallohuallam….

  56. Bunaken berkata:

    Berbahagialah orang-orang yang berbeda…
    *hal seperti ini sungguh membuat miris, mirip dengn yang terjadi di lingkungan pemerintahan

  57. bro berkata:

    mungkin sudah zamanny org jahat jd pahlawan org baik mnjadi musuh.. ketika kebaikan dan keburukan telah tertukar.. jgn pernah menanyakan kemana nasib bangsa ini.

  58. zzzz berkata:

    daerah yang ditinggalkan ibu siami tersebut…akan mendapatkan musibah…..lihat sajah nanti….allah telah memberikan azab nya kebada bangsa2 yg terdahulu…setelah di tinggal kan oleh nabinya….bangsa2 tersebut di luluh lantah kan oleh Allah SWT…..Azab itu ada dan Azab itu nyata….

  59. meiko berkata:

    Miris, speechless dan emosi baca berita ini. Masyarakat yg mengusir ibu Siami benar2 sudah “sakit” dan guru yg menganjurkan pencontekan ini bkn contoh untuk digugu dan ditiru. Kalau mentalitas masyarat dan pendidik spt ini, tdk heran Indonesia susah maju dan korupsi beserta tmn2 negatifnya yg lain berkembang makin subur. Hal yg lbh menyedihkan adalah, mrk yg membantu menciptakan koruptor2 cilik dan meracuni pola pikir anak2 sedari dini dgn membenarkan sikap yg jelas2 tidak benar! Go ibu Siami, tidak perlu meminta maaf krn sudah melakukan hal yg benar, mrk yg seharusnya berpikir dan meminta maaf ke ibu. Ada baiknya keluarga Ibu Siamipindah dr situ krn tinggal di komplek yg tdk sehat, tdk bermanfaat buat kita.

  60. your new neighbour berkata:

    Reblogged this on BUMMER!.

  61. Ping balik: mencontek itu sudah biasa??? | iotahikaru

  62. las berkata:

    itulah yg namanya perjalanan hidup seseorang….,semua sudah rencana TUHAN….ambil saja hikmahnya..semoga TUHAN punya rencana yg indah buat keluarga IBU SIAMI..AMIN….

  63. fafa berkata:

    aku rasa ibu itu salah komunitas deh.
    memang kalau (merasa)orang baik baik ya di komunitas orang baik baik.

  64. adi kartono berkata:

    wadohhh susah untuk menjadi orang jujur apakah masyarakat indonesia dari jaman dahulu udah terbiasa tidak jujur ya….
    apa lagi permasalahn contek masal itu kepala sekolah dipecat aja, ama guru kelasnya begoooo

  65. Ping balik: Fenomena UAN (Ujian Akhir Nasional) | PencariCerah

  66. Ping balik: Ujian Akhir Nasional, Sebuah Fenomena Pendidikan Indonesia

  67. Fikri berkata:

    Gak cuma disana di banyak tempat di Indonesia juga gitu. Saya sedih deh, seumur hidup saya dari SD sampe SMP tuh gurunya care gitu peduli kalo ada yang nyontek langsung dipanggil ke BK dan ortunya pun dipanggil. Tapi di SMA saya yang bobrok ini (SMA negeri di kebayoran lama jaksel) gurunya bodo amat gitu, ada yang nyontek pake hp pun paling hp cuma disita dan HABIS ULANGAN DIBALIKIN coba. Abisitu udah gak diurusin lagi. Naro contekan di kolong meja juga dibiarin pura2 gatau aja tuh guru. UN pada dapet kunci jawaban gatau darimana. bahkan saya baru tau ada yang namanya kunci jawaban UN dijual 100rb an itu di SMA BOBROK ini….sedih.

Tinggalkan Balasan ke rere Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.