Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.
Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu.
Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri bapak tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusa plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.
Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.
Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. “Bapak cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu. Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi.
Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang. Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di fesbuk yang bunyinya begini: “bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap….”.
Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.
Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat. Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.
Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua.
Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.
Catatan penulis (diperbarui tanggal 30 November 2011): kelanjutan kisah bapak penjual amplop dapat dibaca dalam Lanjutan Kisah Bapak Tua Penjual Amplop.
Sedih membacanya Pak,
tanpa terasa airmata ini jatuh membaca kisah ini, saya teringat dengan pengamen buta yang main angklung di depan hotel mutiara jogjakarta saya selalu menyempatkan diri melihat beliau setiap ada kunjungan ke kota itu. pertama saya bertemu dengan bapak tua pemain angklung itu saat saya menimba ilmu tahun 2000 lalu 3 bulan yang lalu saya melakukan perjalanan ke jogja lagi-lagi kaki ini mengajak untuk melihat ‘display angklung’ bapak itu, tetap semangat sama seperti dulu….
mata saya berkaca-kaca… š„
thanks for sharing pak
realita kehidupan, tdk terhitung kejadian yg serupa tp tak sama,semoga kita bs membantu org yg mbutuhkan tanpa diminta.
hiekss.. sungguh menyedihkan… sama dengan dikotaku.. ada seorang penjual sapu lidi yang rela berjalan kaki menyusuri jalan yang ramai dilalui kendaraaan…dan yang membuat sedih lgi adalah… penjual sapu lidi itu buta sehingga harus bertongkat… kapan2 kalo ketemu tak muat ceritanya di blog… sapu lidi yang saya beli di penjual itu juga hanya karna kasian… harganya juga gak seberapa… ironiii
maaf, apakah penjual sapu lidi yang saudara maksud itu berada di payakumbuh dan sekitarnya?
ada nomor hp pak?
kalau boleh saya mau nitip zakat mal saya buat bapak tsb
085216733352
saya rasa membeli amplop beliau lebih menghormati beliau dibandingkan memberikan dana secara cuma-cuma.
suatu pembelajaran dan inspirasi untuk berbuat baik pada sesama.
Beda banget dengan ahli IT yang menCuri Pulsa ya Pak? orang gak mau beli konten gak mutu dari mereka justru main dipotong aja pulsanya š¦
Saya ingin menitip zakat penghasilan bulan ini untuk bapak tersebut. Apakah Pak Rinaldi bersedia membantu? Saya tidak tinggal di Indonesia.
Assalamualaikum
insya Alloh LKN PKPU siap membantu menyalurkan kebaikan yang Bapak/Ibu inginkan, team dari PKPU akan bersilaturrahim ke Bapak teesebut intuk menyalurkan serta memberikan pendampingan melalui program PROSPEK (perogram pemberdayaan ekonomi) silakan menghubingi Bpk. Syailendra di no Hp : 081519100041 (Spv. Zakat Retail PKPU). info lebih lanjut mengenai PKPU silakan kunjungi Web. Kami di http://www.pkpu.or.id
Terima kasih atas perhatiannya. Saya mendapat respon luar biasa dari postingan ini. Bermaksud hanya sekadar catatan. Untuk menyalurkan bantuan, saya sendiri masih bingung bagaimana caranya memberikan uang karena pertanggungjkawabannya agak susah.
Tidak jauh dari situ ada Lembaga Amil Zakat Masjid Salman, agak ironis yang terdekat saja luput dari perhatian lembaga ini.
Kami lembaga zakat rumah amal salman ITB juga bisa membantu. Program kami cukup banyak. website kami : http://www.amalsalman.org
Waaah, terkadang saya masih membutuhkan amplop lho, pak Rin…
Semoga dagangan bapak tua itu barokah.
Kalo pas main ke ITB, semoga bertemu dengan bapak tua tersebut dan bisa membeli barang dagangannya…
Menyentuh sekali. Pesannya juga bagus, saya akan coba untuk lebih banyak beramal dengan cara seperti ini. Terimakasih sharingnya
saya juga akan banyak beramal seperti ini.. š
mendengar cerita ini saya teringat dulu saya pernah bertemu seorang Bapak tua berjualan kacang tanah berkeliling kota medan dengan berjalan kaki. Yang membuat hati saya pecah adalah bapak tua ini buta.
Tulisan yang sangat bagus. Saya juga melihat bapak penjual ini di dekat Salman. Luar biasa bapak ini, semoga selalu berkah dalam usahanya, Amin.
begitulah hidup dan kehidupan, sudah selayaknyalah tangan kekar kita membantu, menopang si lemah,…..Tuhan saja tidak akan pernah membiarkan umatNyta tergelatak, siapakah kita dibanding Tuhan…andai saja ini terjadi pada setiap orang, yang mampu melihat sisi kehidupan, aku percaya suasana surga hadir nyata di tengah-tengah kita, smoga saja akan selamanya menjadi bagian dan gaya hidup, kalo kita bisa membuat orang bahagia……….sungguh hati dan jiwa ku tersentuh, betapa masih banyak manusia yang memerlukan uluran tangan hanya demi melangsungkan sebuah kehidupan……….GBU
Saya membaca tulisan ini setelah diforward oleh seorang teman.. sedih.. menyentuh… semoga semua pesan yg terdapat dalam tulisan ini bisa membuat saya lebih baik, dan lebih peka terhadap sesama… tulisan yg bagus Pak…
hal sama yang saya rasakan seperti Bapak. Sebetulny kakek punjual amplop ini sudah lama berjualan di sekitar mesjid Salman. Saya juga aneh pada awalnya, kok ada ya yang jual amplop hari gini. Tapi saya tak tega melihat raut wajah kakek itu ketika berjualan. Akhirnya, saya pun membeli amplop itu walau tidak tau kapan saya akan menggunakan amplop itu. Teman saya sampai bertanya. Sampai sekarang amplop itu masih tersimpan rapi di meja belajar saya.
ya ampun ternyata tulisan Pak Rinaldi mengundang kebaikan lain untuk menyumbangkan zakatnya..
saya pernah beli satu bungkus Pak amplop bapak itu, harganya seribu rupiah kalau tidak salah dua tahun lalu.
berarti harganya sekarang tetap sama…
Semoga kt bs mnjadi bagian dri kehidupan bapak it…”Let me be my self because u & let u be yours self because of me…amien
terima kasih pak atas infonya… insya Allah akan segera menuju tkp…
dari cerita diatas rasanya mungkin kurang masuk akal kalau harga jual barang di mal lebih murah drpd harga barang di pedagang tradisional yg notabene mal membayar pajak. namun ga ada salahnya kalo mau bersedekah ke pedagang ini
kalo mau bersedekah lebih baik ke kotak amal, yayasan yatim-piatu, serta orang yg seperti ini salah satunya…
drpd ngasih ke pengemis yg sedekah kita belum tentu tepat sasaran. malah ada yg jadi jutawan hanya dgn berprofesi jadi pengemis..
assalamualaikum.
mohon ijin untuk menyebar luaskan artikel ini, insya allah dg tetap menyertakan sumbernya.
Mantaps so touch…jadi pgn nangis
Masya Allah jadi terharu Pak, saya pun setiap kali Jumatan di Salman hampir selalu melihat Bapak yang satu ini, saya pun kadang suka bertanya-tanya dalam hati, mengapa Bapak yang satu ini menjual suatu barang yang tidak lagi banyak dibutuhkan di zaman sekarang ini, dan saya pun melihat dagangan beliau ini sangat sepi dari pembeli. Saya ikut sebarkan ya Pak, semoga menjadi amal baik. Amin
tenang si kakek tersebut sudah mendapatkan sorganya.. kebahagian yang abadi…
tutun kami dengan teladanmu berjuang dan lebih mnsyukuri hidup yang di berikan..bantulah sebanyak2ny membantu selama kita masih diberi kesempatan untuk tolong sesama… apa cerita ini dapat menyentuh hati para tikus koruptor..untuk lebih sadar…semoga…amin
Subhanalloh, kosah yang dangat mengharukan dan sangat inspiratif bagi saya pribadi,semoga Alloh mudahkan dan lapanglan rizki bapak ppenjual amplop itu, sekedar informasi bagi teman2 skalian yang mau membantu/menyalurkan zakat nya u/bapak tersebut bisa melalui lembaga yg Legal/profesional dan sudah terpercaya seperti Lembaga Kemanusiaan dan Lembaga Amil Zakat PKPU,silakan menghubungi Pak Syailendra (Spv. Zakat Retail PKPU Jabotabek) di no Hp: 081519100041/021-70334983, insya Alloh PKPU lebih amanah dan terpercaya,semoga Alloh mudahkan segala urusan kita,aamiiiiiin…
jikok dijua di instansi2 korup insya Allah lai laku banyak jaga apak tu mah, pak
soalnyo banyak ka ma-amplop ka sinan š
Ada seorang yg sy knal d prjalanan Jkt-Sby naik kreta. Org ini hmpir slalu membeli dagangan para pnjual yg kurang laku lantas membagi barang yg dbelinya kpd pnumpang lain, trmasuk sy. Ktika dtanya knp dia beli barang yg dia g butuhkan, orang ini jwb klo dia g bli barangnya, tp beli smangatnya.
mgkin ada baiknya klo qt sharing k org2 smacam bpk amplop itu mengenai barang apa yg laku djual.
cas.l
Saya jadi ingat, dulu sekitar 3 tahun yang lalu saya pernah membeli amplop dari bapak-bapak tua di pasar minggu Gasibu. Kalau tidak salah penjualnya orang yang sama dengan bapak tua yang berjualan amplop di Salman ini. Luar biasa sampai sekarang masih menjajakan barang yang sama dengan harga yang sama. Padahal jenis barang dagangan kurang diminati dan keuntungannya pun tidak seberapa. Masya Allah… Semoga bapak tua ini dan pejuang-pejuang kehidupan lainnya diberi kekuatan, kesehatan, dan dilapangkan serta dicukupkan rejekinya
Selayaknya memang lebih iba melihat dan terketuk hatinya untuk membantu seorang penjual yang menjaga kehormatannya dibandingkan iba dengan para pengemis dan pengamen
Terima kasih Pak atas sekelumit kisah di atas.
Secara tak langsung membuat mata saya terbuka.
Sangat menginspirasi.
ini si bapak udah dari jaman ane tpb dulu jualannya, sekitar 7-8 taun yang lalu.
N dulu juga harganya Rp. 1000/bungkus.
7 taun berlalu, harganya gak naek2,,,
Slalu bersyukur dlam menjalani hidup š
aduh jadi malu nangis di ruang ganti gym
kangen kehidupan kampus gajah duduk tercinta
hidup di kota besar kadang menumpulkan kalbu
……
I know him. Tiap kali melihat bapak itu, saya ingin menangis. I just can’t say anything…
Cerita yg mengharukan skalian menyedihkan, si Bapak tersebut sdh ada wktu sy jumatan di Salman thn 1999. Crita ini tdk brubah s.d skarang, smoga manajemen Salman ato admin ITB mempertimbangkan, sy yakin ITB msh membutuhkan sdm sperti paAmplop, bliau bisa jadi kurir atau pak pos di kampus! Sy yakin ITB mampu membayar gajinya, ga sbrapA kok dibanding bayar group Erwin Gutawa ato David Benoit konser diSabuga. Ato di building office salman bnyk anak prshan Salman Group yg pada diatas coba lng liat ke bawah, Kalo tidak manajemen salman bisa rekrut jd team perawat Salman! Smoga crita ini brhenti di taun2011 tuk jadi lembaran yg lebih baik.
setuju tuh!
Miris banget ya ji,,,
Terharu, mudah2an kelak saya juga bisa melakukan hal baik seperti yang pak rinaldi lakukan
Pak izin saya share di fb pak…
nyentuh bgt…..subhanallah….
sangat menggugah pak….keadaan lingkungan yg “biasa-biasa” saja karena dengan kekuatan si PENA menjadi bacaan yg membuat nurani ini menjerit…..masih adakah orang2 jujur seperti ini? ternyata masih ada segelintir orang yg berprinsip seperti Nabi, ya mendekatilah….ambil untung sedikit
Ternyata banyak orang d luar sana yang lebih butuh usaha keras daripada qt untuk mendapat kan sepeser uang, (ngerasa jd org apatis karena tak peka lingkunga T.T)
speechless…………
wajar ya kalo air mataku menetes……..
semoga Alloh SWT selalu melindungi dan memberikan rejeki kepada bapak penjual amplop tsb.. amin..
Terima kasih sudah diingatkan untuk saling berbagi… sedih bacanya dechh…
semoga bapak itu selalu diberikan rezeki yg banyak setiap harinya.. di laku kannnya amplop nya banyak setiap harinya….. amien…
terima kasih tulisannya pak. Bertahun2 saya lewat, sedih karna baru kali ini tahu cerita asli bapak ini. Sangat ditegur. š
subhanallah, benar2 menangis membacanya. semoga suatu saat bisa ketemu beliau jika ke bandung
Saluttttt gw ma post nya, sedihh ampe merinding qu bcnya. . Salam kenal ja sob.
lebih rela ngasih uang untuk orang-orang seperti bapak ini,…….
Pesan Penting Bagi saya dan anda semua…
Terima kasih atas tulisan yang mengispirasi…saya dan rekan akan mulai bergerak…Mohon izin untuk share artikel ini ke beberapa teman juga…
Allahu akbar,, mengharukan sekalii,,
Ternyata,, terlalu banyak hal yg patut untuk di syukuri,,,
Thanks for sharing,,,
Akhirnya.kini aku mengerti …
masyaAllah š„
subhanallah,,nangis saya membacanya..
klo bole saya tau,,apa beliau hanya setiap hari jumat saja menjual amplopnya pak?? saya jadi ingin sekali tuk bertemu dng beliau…
trimakasih infonya ya pak..
Assalamu’alaikum wr.wb.
Subhanallah, sangat menyentuh sekali š„
izin share di forum kaskus ya om..
saya juga sering lihat bapak itu, tapi belum penah beli amplopnya. subhanallah sekali, semoga Allah memberi yang terbaik, amin.
kenapa tidak Anda yang menjadi perantara kebaikan itu sendiri, Nona? *malah hanya bersemoga Allah semoga Allah…*
*jengkel saya, kalau ada muslim macam seperti ini, persis nubuwat surah Yasin ayat 47*
Sepakat dengan saudara N š
Subhanallah….
Saya suka dengan kalimat dari teman Bapak yang berbunyi
ābapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkapā¦.ā.
Salam untuk beliau….
Mari kita praktikan!!!!
izin re-post gan, agar agan2 yang lain dapat inspirasi juga, terima kasih..
terharu bacanya, jadi bahan untuk instrospeksi untuk kita untuk selalu bersyukur karena telah diberikan rezeki yang lebih oleh Allah swt
Menyentuh….
Hiks,,sedih terharu..mudah-mudahan aja bapak tua itu laris terus dagangannya. Aku juga pernah ketemu penjual kue semprong di tangga penyebrangan, bapak penjual kue itu masih banyak dagangannya padahal sudah malam, saat itu aku beli aja kue semprongnya. Lega rasanya bisa membeli kue itu walau cuma satu bungkus paling tidak memberikan harapan ke penjual kue itu kalau dagangannya masih ada yang suka. Kadang aku berfikir para penjual seperti itu bermental seperti baja, mereka memiliki semangat yang besar untuk berusaha, salut buat mereka.
Terharu bacanya, Pak Rin :’) Bener-bener bikin merasa bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini.
Btw, amplopnya bisa jadi persediaan buat dateng kondangan setahun, Pak š
mungkin bapak tua itu, pelajaran buat anak muda-mudi untuk menghargai seluruh waktu sisa hidup. Sebelum kena terlantar di jalanan
So Tauching
saya juga suka bagian :
Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap
saya pernah ketemu bapak itu, sedang menjajakan amplop dan bingung juga, knp jual amplop? siapa yg akan beli? makasih byk pak, saya diingatkan dengan tulisan bapak. smg saya bs lebih sensitif kepada pihak2 seperti ini
Insyaallah…Allah telah menyiapkan yang terbaik untuk si kakek untuk kesabaran dan kegigihannya…..kesabarannya dan kegigihannya bisa menjadi hikmah untuk kita yang masih muda terlebih lagi bagi mereka yang ingin memiliki mental baja, maka contohlah bapak itu……insyaallah ada faedahnya.
terharu bacanya, terimakasih sudah mengingatkan.. ini sebagai bahan intropeksi kita semua…
kasiaan. .:'(
semoga Allah memberikan kemudahan dan kekuatan buat bapak penjual amplop itu untuk menjalani hidup. .amin. .
wow…
keren gan,
mungkin saya gak bs langsung membeli seperti agan, karena hari jumat, duit pasti mepet buat pulkam, apalgi ane mhs, haha
brarti akan dijadikan jatah sedekah minggu depan,
dan terkadang orgnya udah pindah lapak..
#hiks (tw gitu ngutang temen aja dolo ,)
Pak izin saya share ke teman2 ya Pak.. trimakasih š
Semoga anggota dewan ada yg membacanya
terharu membaca tulisan bapak. kalau di sekitar unpad jatinangor ada juga bapak-bapak yang bernasib sama, tapi bedanya beliau menjual koran terkadang menjual tali sepatu. Saya juga sempat berpikir kenapa bapak tua ini masih menjajakan tali sepatu warna-warni disekitar kampus. Beliau juga ramah dan murah senyum. Benar, bapak-bapak ini lebih terhormat di mata saya dibandingkan dengan pengemis-pengemis jalanan.
hal ini mengetuk pikiran dan hati saya untuk tidak menghabur-habur kan uang yang tidak perlu..sebagai seorang mahasiswa yang belom berpenghasilan tinggi saya terenyuh dan iba melihat kakek tsb yang seharusnya duduk santai di rumah bercengkerama suka dengan anak dan cucunya
Punten, sy juga mau berbagi cerita
Saya kuliah di ITB, semenjak pindah ke bandung (tahun 2009) sy selalu ketemu sama bapak2 tua yg selalu mendagangkan susu murni di daerah tubagus, simpang, & masjid salman. Beliau selalu mendorong gerobaknya sendiri, baik di jalanan turunan maupun di tanjakan, baik hujan maupun panas. Sy selalu beli susu di bapak itu, tapi setelah 3 bulanan sy ga pernah ngelihat bapak itu lg. sampe beberapa minggu yg lalu sy ketemu lg sama beliau di salman, trus beliau bawa kresek. Sy nyapa ke bapaknya, trus nanya “siang pa, ko sy ga pernah ngeliah bpk jualan susu lg ya?” Trus dia bilang “sy di phk neng” sy kaget banget skaligus sedih udh hampir nangis, trus sy nanya “itu kresek yg bapak bawa apa?” Trus dijawab “ini koran neng, skrg sy coba jualan koran” jleb hati sy langsung tertegun, bapal ini walaupun sudah tua tapi semangatnya tinggi banget, salut banget, soalnya dia lebih memilih jualan dgn halal dari pada harus minta2 ke org2.
Sekian cerita dr saya š
mba amanda..maaf bapak2 yg jualan susu itu yang udah tua bgt & pake topi bukan? kl mba amanda ketemu lagi maaf bisa tolong tanya alamatnya? saya juga cari bapak itu, biasanya suka lewat daerah sadangserang..tapi udah beberapa bulan gada…kalau mba amanda sudah ada alamatnya, mohon dengan sangat bisa di smskan ke saya di 085222129896, makasih banyak ya mbak..
@mbak amanda: punten mbak, itu bapak-bapak yang jualan susu murni pang*leng*n bukan mbak? ciri2nya bapaknya sering pake topi, dan jalannya agak terpincang-pincang gt..
Saya tau Bapak penjual susu itu, dulu ketika saya masih kuliah sering lihat baik waktu berangkat ataupun pulang kampus. Sering ketemu ditanjakan yang turun dkt alamanda. Pernah sesekali beli sekaligus nanya-nanya ke Bapak itu. Seingat saya, bapak itu punya anak yang laki-laki satu yang masih SMA kl g salah dan sebenarnya dia gak jualan barang dagangannya sendiri tp menjualkan barang dagangan susu orang lain dengan upah tertentu.
Saya baru tau kl sekrang Bapak itu gak jualan karena di PHK. Smoga selalu dipermudah rezekinya…
mba amanda, kayakny saya tau bapak2 yg mbak maksud.. sekarang bapak itu hampir tiap hari jualan koran di unpad DU.
mas, saya boleh minta nomor hp nya gak?
no. saya : 085762619599
Cerita yang mengharukan sekaligus memottivasi pak. Seandainya semua orang bisa seperti beliau yang punya motivasi untuk bekerja keras, bukan hanya meminta-minta atau bermalas-malasan menunggu kiriman uang bulanan.
Semoga hikmah dari kerja keras bapak ini dapat menjadi pelajaran bagi semua orang š
sedih banget bacanya kak :”<
sering lihat si bapak itu, amplopnya kalo diperhatiin segitu2 aja (ntah ga laku atau tiap jualan stoknya sgitu).. ngerasa kasihan pastinya tapi ngga beli dagangannya. benar, terbesit dipikiran untuk apa beli >.<
setuju jg, lbh baik seperti bapak itu drpd ibu2 (dan beberapa anak2) yang doyan minta2 di sekitar salman -_- tukang cilok di situ juga kesian, pernah sy ke kampus jam 8, dagangan masih banyak, saya tanya mau sampe jam berapa, sang penjual jawab tunggu dagangan habis–hari ini lagi sepi, neng.
makasih banget tulisannya, pak! š
kang apa bapak ini tiap jumat berjualan di salman? saya mau memberi sedekah ke bapak ini tapi kebetulan saya kerja di jakarta, baru balik ke bandung jumat malem. kalo boleh saya mau menitipkan sedekah nya ke kang rinaldi kalo berkenan. trims š
Pak, Ijin share di blog saya ya. Semoga akan lebih banyak lagi orang2 yg peduli dengan orang-orang seperti bapak-bapak tua penjual amplop ini.
Nice share, Pak.
Anyway, “amplop buat apa?”, tentu saja, buat kalau ada yang meninggal, kita bisa melayat, nyecep uang di amplop tersebut, atau membagi-bagi sedekah kepada anak-anak yatim, kan bisa ditaruh di amplop tersebut? Right? Please
Waah.. ternyata bapak ngeh juga sm bapak tua ini. saya juga pernah beli amplop beliau, pak š
Terima kasih atas sharingnya pak.,menyadarkan saya bahwa banyak hal kecil yg berarti besar..
Izin sharing di fb yya..
menangislah wahai anda yg rajin mengumbar keluhan dengan kesakitan yg tidak seberapa dibanding bapak ini
menyentuh hati, sedih ya allah swt.. Tp percylh rezeki allah swt yg mengatur. Amin.
Nice post pak, sy ijin share utk bs membangkitkan kepekaan masyarakat yg mngkin termasuk sy jg thd sesama apalagi seperti Bapak Tua yg ada dlm tulisan ini. Bahwa banyak hal kecil yg sering kita lupa, yg sejatinya dapat memberikan banyak manfaat bagi orang-orang yg membutuhkannya. Terima kasih atas tulisan yg menyentuh ini.
Cerita yang mengharukan…numpang share ya pak…dan semoga si kakek akan selalu mendapat rezeki…
Wah, ,mawny si bapak di kasih tau, kalo ga ad saingan dan mw cukup dari jualan mah jual kayak harga di toko mah, at least 900 klo g mw 1000..
Kita bukan mata duitan, tapi harus realistis..
Benar, dy jauh lebih baik daripada peminta uang di jalanan, tapi tiap tindakan harus didasari alasan yang jelas dan realistis, termasuk tipe barang yang dijual dan harga yang disesuaikan dengan omset dan lingkungan..
Semoga saja si bapak bisa ganti barang jualan, saya yakin jauh lebih laku, meski dengan jumlah yg mungkin masih sedikit, tapi omsetny saya yakin akan naik lah..
Semoga saja anakny bertanggung jawab pada orang tuanya, orang setua itu mestinya istirahat dan giliran anak & mertua menopang..
lu pikir dia ahli bisnis?? -_-“
Tulisan yang sangat “manusia”.. Nice pak..!! semoga banyak orang yang “tersinggung” hatinya dengan baca pengalaman ini..
btw, amplopnya bisa sangat berguna lagi, kalau setiap minggu dapat undangan pernikahan, khitanan, atau apapun.. amplopnya bisa dipake..
Halo, bisa tlg titip sedikit uang sumbangan utk bapak ini? Bs tlg menghubungi sy lewat email nat_1290@yahoo.com ?
Tlg dicantumkan no hp nya yah kalau boleh di email. Trims banyak š
Membangkitkan Indonesia dengan Raik Lingkar Gelombang Air…Karya tulis itu dulu yang saya tuliskan (tahun 2002-an) untuk mengikuti karya tulis ITB 2020. ITB sebagai pusat lingkaran kebermanfaatannya harus bisa dirasakan oleh lingkungan terdekat, tidak hanya korporat2 dan birokrat. Saya setuju pihak salman atau ITB memberdayakan bapak ini.Rumah amal Salman bisa diberdayakan mengingat Rasulullah mengingatkan kita untuk memperhatikan orang2 terdekat kita. Haram hukumnya jika kita memasak makanan tetapi tetangga yang kelaparan hanya bisa mencium aromanya saja….Mari Memutus mata rantai ketidakberdayaan…Saya tidak tahu apakah bapak ini sama dengan penjual amplop di Pasar Simpang Dago? Saya juga pernah beberapa kali melihatnya…
Terima kasih atas tulisan blognya..dan terima kasih untuk diingatkan selalu bersyukur atas nikmat-Nya..
Smoga banyak yg bsa mengambil hikmah dri tulisan ini..terima kasih banyak
Pas lagi insomnia pagi-pagi tau-tau liat ini….miris rasanya. Semoga saya bisa seperti bapak, sensitif terhadap hal-hal seperti ini.
izin copast ya pak…makasih
Subhanallah Bapak itu telah memberi kita semua pelajaran yg berarti. Terkadang hati kita merasa iba tp belum tergerak untuk membelinya karena merasa belum atau tidak membutuhkannya… Izin repost ya pak, smg dapat membuka hati-hati pembaca yg lain.
Kita harus nya sebagai generasi muda yang memahami akan hal ini bisa kerja sama nih mas untuk mengatasi masalah ini. Dengan membangun lapangan kerja yang simple2 aja tapi yaa bisa menunjang hidup mereka. Banyak kok kejadian seperti ini terjadi terutama di jakarta.
Numpang mas, http://malzamahislam.wordpress.com/2011/11/19/mengenal-syiah-rofidhoh/
Huaaaaaa š„
saya selalu liat bapak ini kalau mau sholat jumat di salman.
benar – benar orang yang dimuliakan Allah, tak mau mengambil untung banyak walaupun keuntungannya hanya 250..
Iba melihatnya.. kita sebagai mahasiswa inilah tuntutan kita sebagai agen perubahan dan ‘teman’ masyarakat. janganlah bermimpi mengubah indonesia dan dunia, kalau mengubah hidup orang disekitar saja tidak bisa (bapak itu)
act locally, think globally
MasyaAllah…terharu membaca tulisan ini, karena saya sendiri juga pernah mengalami hal yang hampir sama, iba pada bapak-bapak penjual mainan tradisional yang sering berkeliling kampus, mungkin bagi kita 5ribu atau 10ribu rupiah pasti jumlahnya tak terlalu besar, tapi bagi mereka uang dengan nominal itu pasti sudah bisa untuk menyambung hidup.
makasi banyak pak sudah berbagi hikmah…
banyak yang seperti itu, pak. sy pernah juga menemui nenek tua renta sebatang kara membawa karung pulungan yg besarnya sebesar badannya sendiri…krn kasihan sy memberinya uang, tak seberapa tapi baginya mungkin penting.
Pak ijin share ke yang lain dengan tetap menyertakan sumbernya
saya juga sering melihat beliau pak. saya juga suka tergetar melihat beliau spt bapak. semoga beliau dimudahkan urusannya oleh Allah SWT amiin
bagus, izin share yak.. ^^
jadi teringat ayahku,_hikz..
seorang laki2 tegar yang tak kenal lelah menjajakan dagangannya keliling keramaian kota dengan sepeda butut..
ayah, aku janji aku takkan membuatmu lelah lagi
tunggu aku kembali…..
Thanks banget pak Rinaldi udah diingatkan dan dari pengalaman bapak penjual amplop banyak bgt pelajaran yg bisa kita ambil dan renungin…
Semoga Bapak Penjual amplop selalu dalam lindungan Allah SWT dan ditambahkan rizkinya… Amin…
Ijin buat di share ya pak…
Terima kasih
Saya juga terharu membacanya, semoga kita selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah
Ass. Pak, izin share di blog saya ya pak. Siapa tau bisa membuat orang lain menjadi lebih sadar dengan lingkungan sekitar. Terima kasih banyak pak. š
potret nyata yg kadang terlupakan, jzklhh..sgt menginspirasi..izin share ya
Alhamdulillah, smoga ini menjadi berkah bagi Pak penjual amplop tersebut. Terkadang masyarakat Indonesia masih bersikap reaktif, blm bs proaktif. Ini pelajaran bagi kita. Mari mencoba untuk mulai proaktif, tapi bukan hiperaktif.
assalamaualaikum
pa, izin share d grup fb saya ya
makasih
Subhanallah.. š¦
Benar2 membuka mata dan hati saya, Pak…
Subhanallah….trims ya sudah share,semoga menjadi pelajaran bagi kita semua….
ya ampun sedih banget lihat kakeknya.. saya baca tulisan ini sampai nangis.. bahkan uang seribu dua ribu yang dengan gambangnya kita habiskan ga menentu, sangat berharga buat kakek itu..,
masyaalloh,.
inspiratif sekali,.
smoga menjadikan pelecut untuk diri saya, agar lebih bersyukur kepada alloh swt,.
atas segala pemberian dari NYA selama ini,.
subhanalloh,.
17 agustusan 3tahun yang lalu, sy menjemput keponakan saya yang kebetulan ikut baris berbaris, dan berakhir bubar jalan di pujasera Lawang. banyak orang yang berjualan jajanan, es krim, mainan, arum manis, dsb. tp ada 1penjual tua yg membuat saya iba. beliau menjual biji melinjo rebus yang kulitnya masih berwarna warni. Anak2 SD, SMP yang lalu lalang cuma melihat sejenak, dan melewatinya. MasyaAllah… penjual tua sangat berharap, makanan jualannya akan dibeli oleh anak2 yang hanya berlalu lalang. Belinjo rebus tersebut sudah di takar di taning2 dari kertas koran ala kadarnya, dengan harapan, bila ada yang membeli, beliau tinggal memberikan taning bungkusan melinjo. Setelah saya jemput keponakan saya, saya kembali ke penjual tua tersebut, saya tanya harganya…. Rp.500/taning????????????. jaman sekarang rp.500 cukup buat beli apa??..
Mudah2an kita semua dapat memetik pelajaran dari kejadian menyedihkan di sekitar kita & Selalu mensyukuri nikmat Allah yang tiada habisnya. Amiin Allahumma Amiin
tulisan yang memberi inspirasi dan bermanfaat pak
ijin share pak. terima kasih
Ping balik: Carilah Alasan untuk Membeli Barang Dari Pedagang yang Membutuhkan Bantuan « Berbagi itu Indah
di daerah ku dulu juga ada, sekeluarga pemulung yang terdiri dari ibu dan anak2nya. anak paling besar perempuan, berkisar 15 tahun, dan 2 anak kecil sekitar usia 6-7 tahun. aku di kantor suka mengumpulkan botol bekas dari minum karyawan dan mahasiswa, kebetulan kantor ku jg deket kampus. stiap OB kampus membersihkan kelas, aku slalu minta tolong untuk tidak dibuang botol2 tersebut. lalu aku kumpulkan botol2 tersebut sampai menumpuk. suatu ketika hujan, aku temui mereka di pinggir jalan, biasanya mereka ada di teras TK deket rumah, mereka tertidur lelap di lantai gerbang TK, aku membangunkan anaknya yang terbesar, lalu aku tanya, “sudah makan blm dik?” lalu dy jawab “belum ka”. ketika aku mendengar jawaban itu, miris dengarnya. bayangkan posisi aku ada di mereka. hujan2, dingin tapi perut kosong. semenjak itu, aku semakin giat mengumpulkan barang2 bekas untuk mereka. kadang aku menyisihkan uang makan dari kantor untuk mereka. tapi sekarang2 aku tidak pernah melihat mereka lagi. tapi tanpa mereka, akhirnya aku tetap mengumpulkan barang2 tersebut, yang akan diberikan pada pemulung lain yang lewat depan rumah ku. banyak lika liku kehidupan yang harus kita pelajari, seperti bapa2 penjual amplop, penjual sapu lidi, dan masih banyak lagi. dimana dengan hal2 seperti ini, kita harus bersyukur dan mampu berbagi.
salut pak…
Amplop masih berguna loh…. Kita kalau kita mau ke undangan, seringkali kita memberikan uang dalam amplop.
jadi pengen nangis saya membaca cerita or kisah sibapak ini Ya Allah Hamba tau mungkin Alhamdulillah hamba n keluarga hamba belum sampai sesusah itu tapi yg pasti Hamba Memohon Do’a untuk siBapak supaya diberi Rizki yg berlimpah hamba juga bersyukur masih diberi Rizki yg berlebih walau kadang hamba mungkin Khilaf,…Ampuni Dosa2ku yaRabb….!!!
Sunggguh mengharrukan. Seandainya saja sy beradda di bandung, insyaallah sy akan menemuinya. Syng sy jauh utk kesana.
Sungguh perbuatan yg sgt terpuji apa yg telah anda lakukan. Insyaalllah anda akan mendptkan balasan dr Allah atas apa yg telah anda lakukan. Amin
Dari dulu saya mau beli amplop ke si bapa itu belum kesampean. š
Saya masih memerlukan amplop buat menyimpan dan mengelompokkan keuangan. Slip gaji dan bon-bon pembelian barang saya masukkan ke dalam amplop sendiri berdasarkan kategori tertentu.
Kadang2 kalo ke undangan pernikahan juga masih butuh amplop.
jadi ingat ketika saya ke mojokerto dulu. ada orang yang hampir serupa dengan itu.
sediiih.. jadi gak bisa komentar apa2…
jadi inget ibu2 tua penjual keripik singkong kemaren di dekat stasiun…
Trenyuh š„ ijin share ya pak
sebaiknya bapak2 itu selain kita bantu dengan sering2 beli..dibantu juga supaya bisa ganti usaha..bener daripada sering2 selengarakan konser..dana yg tak seberapa bisa juga digunakan untuk membantu orang2 seperti pa amplop ini..
semoga kisah ini sampai ke kampus ITB..KM nya juga harus langsung bertindak..sama seperti ngebantu tukang parkir yg dipecat gara2 sistem parkir baru(dibantu buka usaha taxi motor)kemaren2…Diambil alih parkir *ss yang malah bikin ribet byk mahasiswa kalau mau parkir,,,
ijin share yah..
Ijin share ya pak… Bner2 cerita yang sangat bermanfaat
Kasihan bgt betul2 membuatku menangis,….
hiks jadi terharu jangankan uang 1000 buat kebanyakan org uang 50.000 saja apa pula artinya itu hanya cukup beli pulsa internet. hiks ‘:,(( ‘:,(( masih ada yg butuh 100 rupiah yah?
Saya dapat merasakan saat kamu mencoba menahan air mata biar tidak menetes. Saya yang hanya membaca dan tidak mengalaminya langsung tidak mampu menahan air mata biar tidak menetes. Apalagi kamu?
Inspiratif
Menggugah
Insya Allah berguna
Sedih dengernya pak, izin share yaa pak.. š
Subhanallah pa, izin copas buat di blog saya . insya allah saya cantumkan sumbernya dari sini . ceritanya sangat menyentuu
hiks…hiks
subhanallah
sedih sekali……
apa yang bisa aku lakukan untuk dunia ini……….ya Rabb
ijin share pak
izin share y pak š
Thanks a lot bro.. ŲĻĆ£Ń āĪ±Ļ berbagi.. Very touching story ‘n so inspiring..
Benar2 telah membuka mata hati kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekeliling kita..
saya paling tidak bisa melihat hal seperti ituu gak tegaa mari kita bersatu untuk menolong mereka mereka yang kurang beruntung untuk tenagan aku siap ini nopeku 081226118009
Ada nmr/email yg bs dihubungi ? Sy mau nitip zakat..
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain..Semakin memotivasi diri sy sendiri untuk banyak membantu org lain.
tulisan sepele, tapi ada 20 orang aja yang “iseng” bantuin gara2 tulisannya, pahalanya pa rinaldi gede sekali š
mari repotin pkpu, beli amplop banyak2 hehehe
Pejuang tuh ji..
Bagus sekali cara penguraiannya. Saya sangat terharu krn msh banyak org yg peduli akan kehidupan rakyat miskin kita.
Akan ku coba nelakukannya
Danke
Salam kenal
yang lebih mengherankan adalah kenapa kita semua ‘baru’ merasa terharu dan akan tergerak oleh adanya tulisan ini? seharusnya kita tergerak dengan sendirinya. it’s ok kalau tulisan ini dijadikan ‘pengingat’ untuk kita. gerak dan lakukan langkah nyata.
apalagi bapak tua itu berada di lingkungan kampus. apa yang dilakukan oleh mahasiswa? mana gerakan-gerakan ‘pengabdian masyarakat’nya? apa yang sebenarnya diperjuangkan oleh mahasiswa? atau itu semua hanya sebuah wacana?
ya alloh, mudh”n bpk2 tu dpt rezky y9 bnyak…
amiien..
punten, saya ada sedikit cerita yang mungkin bisa ditela’ah ..
awalnya adalah ketika saya sedang berada di kosan teman untuk mengerjakan tugas . satu waktu saya merasa harus mengisi perut saya karena ‘keroncongan’ udah gak ketolongan . waktu itu sekitar jam 9an malam .
saya dan seorang teman pergi mencari makanan . setelah berkeliling untuk memilih makanan yang akan dibeli, akhir nya pilihan kami jatuh k bebek goreng mas a*i depan rs. boromeus .
saya duduk dan menunggu pesanan. ketika saya makan saya melihat seorang kakek tua berpenampilan celana 3/4, kemeja usang, kopeah, dan membawa blek kerupuk yg berisi makanan sedang melihat orang-orang yg sedang makan di bebek goreng itu.
sejenak saya terheran melihat kakek itu . saya pikir kakek itu sedang mencari sesuatu . tapi gak lama, saya lihat ada seorang wanita membeli makanan yg ada di dalam blek kerupuk bawaan kakek itu .
dan saya pun tersadar bahwa kakek itu adalah pedagang makanan ringan .
makanan itu ternyata makanan ringan asli bandung (kacang polong, kacang bandung, sukro, dll.) makanan itu seharga seribu rupiah 1 bungkus kecil. dalam pikiran saya, saya pikir jaman sekarang mana ada yang beli makanan ringan seperti itu. wanita itu membeli 2 bungkus dengan memberikan uang 5rb dan tidak mau menerima kembalian. subhanallah!
saat itu juga saya berkeinginan kuat untuk mengajak kakek itu makan bersama kami disitu. tapi saya sangat ragu karena takut menyinggung perasaan sang kakek.
kakek itu pun terus berjalan di bawah hujan yg gerimis . saya benar-benar terharu melihat perjuangan hidup sang kakek.
saat itu saya terus memandangi kakek itu, dan bergegas menghabiskan makanan saya. saya dan teman langsung menghampiri kakek itu setelah selesai makan . saya tanya, ‘pak, dagang apa?. kakek menjawab, ‘seueur sep, aya sukro, kacang’. saya, ‘ saberaha bapa hiji na?’. kakek, ‘sarebu sep’. saya, ‘nyuhunkeun 5 weh pa’. kakek, ‘mangga sep, naon wae?. saya, ‘campur pa’. saya, ‘haturnuhun pak’ (sambil membayar makan yg saya beli). kakek, ‘sakedap nya sep angsulan na’. saya, ‘teu kedah bapa, kanggo bapa wae kanggo meser emameun’. kakek, ‘haturnuhun pisan kasep’ (sambil mendoakan saya dengan panjang lebar tapi suara sang kakek terlalu kecil jadi saya kurang mendengar jelas). saya, ‘sami-sami pa, assalamualaikum’ (sambil menjalan kan motor).
jujur saya tidak terlalu ingin membeli makanan itu bila saja makanan itu ada di warung pinggir jalan. karena saya tidak terlalu menyukai makanan yg kakek itu jual. tapi perjuangan kakek itu untuk hidup telah memberi saya penglihatan yg berbeda. saya membeli makanan itu untuk menghargai kerja keras nya. karena mungkin sedikit keuntungan dari hasil jualan itu akan sangat berguna untuk nya.
sekian cerita dari saya, terimakasih.
(correct me if i wrong)
sedih bude bacanya, mpe nangis begini,,hehe. Iya, salut sama sang bapak tua itu. Ani yang dulu sering lewat malah baru tau sekarang darimu. Dirimu peka sekali. Jadi pengen ketemu sama bapak tua itu, an jadi keingetan juga sama mbah ku. :). Semoga Allah selalu memberi kita jiwa sosial dan kesensitifan/ rasa peka yang dapat memberikan manfaat untuk orang2 di sekitar. aamiin. kalau punya tulisan2 seperti ini share ya ke an š
Tulisan seperti ini yang membuat kita bisa bersyukur atas nikmat yang kita punyai. Tulisan yang bagus pak š
izin copy ya, pakk..
saya jadi inget sama kakek kakek yang jual kacang di deket rumah saya..di a jual dari pagi ampe malem..
diem di tempat yang sama..dengan dagangan yang menggunduk segitusegitu aja..
pas malem dia pake selimut lusuh, berdiri di samping dagangannya..kaki nya bergetar menahan dingin..miris banget..
Dia lebih terhormat dari sebagian besar anggota Dewan yang terhormat dan sebagian besar pejabat di negara ini…
kisah yg luar biasa, inspiratif..
terima kasih atas tegurannya…
makasih pak atas kisah inspiratifnya .. keep blogging ahaha
yuppp, mirip kisah di kantorku, kalo d kantorku ada bapak2 yg slalu jualan ballpoint jalan kaki sepanjang komplek perkantoran di kotaku, sampai ak berfikir apa gak bosan dagangan kayak gitu dibawa keluar-masuk kantor negara yg pasti dah pny anggaran ATK yg ‘lumayan’ gede,,, namun suatu hari aku merasa iba dan langsung beli dalam jumlah tak tanggung2,,, satu pak ballpoint, sumpah,,, bukan karena gw butuh namun hanya karena gw salut dgn smangat kerjanya bila dibandingan anak muda yg ngemis gara2 kurang kreatif…
so inspiring š
semoga si Bapak selalu dalam lindungan-Nya, aamiin
thanks buat ceritanya,..
insya Alloh ini sangat bermanfaat dan bisa dijadikan ladang “fastabiqul khairat”,..
ini mungkin bisa membuka mata hati saya dan teman-teman saya yang sangat sering melihat bapak itu,..
thanks buat ceritanya,..
insya Alloh ini sangat bermanfaat dan bisa dijadikan ladang “fastabiqul khairat”,..
ini mungkin bisa membuka mata hati saya dan teman-teman saya yang sangat sering melihat bapak itu,..
terharu banget
aku berdoa Tuhan memberkati kehidupan bapak penjual amplop itu dengan melimpah-limpah. aku berdoa Tuhan menyertai dan memelihara seluruh keluarganya. Amen..
Saya terharu sekali membaca artikel ini. Amplop yang di jual bapak itu sangat berguna lho untuk acara2 undangan perkawinan š semoga bapak penjual itu selalu sehat.. amin..
sangat mengharukan
gak bisa menahan air mata menetes, seorang bapak-bapak di masa tuanya masih berusaha dengan sangat keras. saya berharap bapak itu bisa mendapat hal yang sangat indah pada akhirnya
*Mataku menitikkan airnya.. >_<
Terimakasih untuk siraman rohaninya. Emang perlu kisah nyata seperti ini agar kita lebih menghargai dan mengingat berkah yang telah kita dapat setiap hari dan dapat menyebarkan ke semua orang yang ada di sekeliling kita. Jadi akan lbh banyak rasa syukur dan kebahagian…dan tentu saja byk2 tengkiyu ama Yang Di Atas, ALLOH SWT…
ya allah, baca ini saya hmpir menangis. jadi bahan introspeksi diri sendiri yang gak peka sama lingkungan.
Terimakasih Banyak Pak….saya izin kopas….amat menarik sekali…
mungkin yang terpenting adalah bagaimana membuat Bapak ini ‘merdeka’.
Bagi sahabat yang sdh membaca cerita ini dan yang mempunyai ide ke depan untuk Bapak ini ataupun Bapak lainnya, alangkah baiknya mungkin langsung saja diterapkan.
misalnya bagi sahabat yang memiliki perusahaan, ada baiknya mungkin amplop untuk kebutuhan perusahaan langsung saja dari Bapak ini.
atau mungkin jika Bapak yang punya slot kosong pekerjaan di perusaahaan yang sekiranya pas untuk Bapak ini, mungkin bisa langsung diajak bekerja.
saya berpendapat,jika memang kita bersimpati, simpati itu ditunjukkan bukan saja dengan membeli amplopnya atau memberi sebagian harta kita, namun juga bantuan yang bersifat jangka panjang untuk Bapak ini….n_n
(sedikit saran dari mahasiswa yang masih perlu banyak belajar)…
sedih membacanya, semoga allah melindungi dan menjamin rezeki bapak penjual amplop
Hicks….. sangat menyentuh. Buat PKPU atau siapa saja yg nantinya mengkordinir zakat n infaq buat si Bapak Amplop, kalau infaq yg terkumpul banyak, mudah-mudahan bisa untuk modalin/mikirin usaha yg lebih menunjang kebutuhan ekonomi sehari-hari si Bapak. Thanks for sharing mas Rinaldi, semoga pahalanya berlipat ganda….
Subhanallah sebuah tulisan dengn hati..sangat berbeda rasax saat membaca..mohon izin sebarkan artikel ini..
ijin share pak..menyentuh sekali..samapai nangis bacanya š
Inspiratif!
inspiratif, izin share ya Pak..
Semoga Allah memberikan jalan rizky yg halal dan lebih untuk Bpk tsb. Dan semoga kt yg membacanya, terbuka mata hati untuk berbuat kebaikan . . . Amien.
Salam kenal,
Cerita dan semangat hidup bapak itu hebat sekali, demikian juga cara Anda menuturkannya. Dengan menulis kisah penjual amplop itu, secara tidak sadar Anda ”membuka” jalan rejekinya. Semoga barokah. š
Amplopnya sekilas emang g guna…
Tapi, alasan kenapa si Bapak jual amplop deket masjid adalah ngingetin kita untuk sadakoh dan amplop tadi buat wadah uang sadakoh kita…
sedekah tangan kanan, tangan kiri g perlu tahu..apalagi seluruh tubuh
btw, bapak tua tersebut juga sering terlihat berjualan amplop di Pasar simpang,
jd teman2 ayo jangan kalah sama uda munir!!
Miris rasa ini klo mendengar cerita apalagi melihatnya. Negeri ini kaya tapi miskin akan hati nurani. Semoga mereka terketuk hatinya termasuk sy ini Š§Ī¬āāĻĘ harus sll diingatkan. Mari saling mengingatkan tapi tdk perlu dgn kekerasan. Byk pengalaman jg Š§Ī¬āāĻĘ sy alami, tp mungkin jg tdk beda dgn cara2 Š§Ī¬āāĻĘ sdra lakukan. Berkotbah dgn contoh & cara tindakan spti ini akan lbh mengena drpd hanya berbicara. Mari bersama2 berucap syukur kpd Ų§ŁŁŁŁŁŁ dgn tindakan nyata.
Miris sekali melihat realita yang ada,berbeda jauh dg kehidupan kaum2 jetset!!!!!semoga tuhan selalu melindungi bapak tua penjual amplop itu,,,aaminn
Buat kawan2 yang mau nge share atau copas artikelini diharap mencantumkan sumbernya. Kita harus bisa saling menghargai.
š
jangan lupa juga sedekahnya
Subhanallah.. Thanks for sharing.
euh gusti. gmn atuh ya :((
kadang suka males buka artikel yg dari judulnya aja udah keliatan sedih. bikin pengen mewek! tapi selalu, akhirnya tetep aja dibaca juga š
btw ini nice gan. keep posting :beer:
Saya salah satu mahasiswa di ITB yang sering berlalu lalang di sekitar salman. Saya tahu tentang bapak ini dan saya sering melihat. Memang sangat membuat iba, bahkan saya sempat membeli amplopnya dan memberi uang lebih untuk membantu bapak itu. Memang seadanya tapi semoga dapat membantunya. Sangat ironi sekali melihat beliau, apalagi sekitar salman banyak lembaga zakat namun mereka tidak memperhatikan keadaan bapak tersebut. Smoga kita smua dapat lebih peduli terhadap lingkungan di sekitar kita dan dapat membantunya.
Izinkan saya juga untuk mereblog tulisan ini di Tumblr saya. terimakasih
Ping balik: Bapak Tua Penjual Amplop Itu (dari rinaldimunir.wordpress.com) | ctrlaltnix
subhanallah..sampai g bisa berkata2 lagi baca artikel ini….
iba rasanya menyaksikan bapa itu…
touching story.. mohon izin untuk diteruskan ke teman2 yang lain ya pak..
sip ane juga masbro,….
ijin kopas neh,……..
smoga allah memberi kemudahan rizqi pada bpk itu…
menyadarkan kita untuk selalu bersyukur pada Nya…
terkadang kita lupa bhwa sebenarnya kita masah beruntung drpda misalnya bpk pejual amplop trsbut.
wah, cerita yang menyedihkan, tapi ada hikmahnya juga š
salam,
http://www.fokusstan.com
baguuuus… jadi lebih banyak bersyukur. š
subhanallah… š„
post di kaskus pak..
insyallah akan ada banyak orang yang bakal tergugah hatinya dan mengambil pelajaran dari tulisan ini.
subhanallah :’)
potret kehidupan yg menarik dan mengharukan,,
patut jadi panutan para usahawan muda :’)
kta memang harus mementingkan orang tua yg hidup di jalanan,yang keluarganya entah dimana,sebatangkara atau apapunlah karna hidup mereka pasti sangat berat di banding kita yang masih muda, maka dari itu sayangilah orang tua kalian selagi ada, karna kita tidak akan pernah bisa membalas budi atas apa yang mereka berikan kepada anaknya…
Inspired…
Jika Rasulullah masih hidup, Beliau akan mencium tangan bapak ini seperti yang pernah ia lakukan semasa hidup. Orang-orang seperti ini sangat banyak di sekeliling kita. Coba liat di pasar-pasar. Istri saya beberapa kali belanja ikan asin di pasar Raden Saleh di Padang karena nenek tua itu hanya menjual beberapa onggok ikan asin. Terimakasih telah mengingatkan, Pak.
LUAAR BIASSAAA . . .
tulus, jujur, ketidakberdayaan tiada keseimbangan
Ping balik: Penjual Kipas Itu « Abasosay's Weblog
terimakasih sharingnya..sangat menegur.. semoga kita selalu bisa bermanfaat untuk orang2 yang memutuhkan di sekitar kita.. Aamiin.. Izin share ya pak..
Ya Ų§ŁŁŁŁŁ hanya ENGKAU lah yg mengetahui apa rencana-MU..aku hanya berdoa agar semua org2 yg mampu/kaya harta agar melihat pada org2 yg di bawah ,karena harta adalah titipan-MU ya Ų§ŁŁŁŁŁ …terimakasih telah mengingatkan
Duh, terharu bgt baca ini.. š¦ Sayang sy sudah nggak tinggal di Bandung lagi, dan klo pun pulang pasti pas weekend. Adakah yg punya informasi bapak ini berjualan dimana saja selain di sekitar Masjid Salman pas sholat Jumat, terutama pada saat weekend? Thanks sebelum and sesudahnya..
Ping balik: Carilah Alasan untuk Membeli Barang Dari Pedagang yang Membutuhkan Bantuan | dinoyudha
bapak ini tidak hanya mulia dibandingkan pengemis bahkan bapak ini lebih mulia dibanding pejabat2 rakus yang egois…..!!!
Mendorong hati untuk berbagi..
Hrsnya jualannya jgn dikampus, ga efisien,,
Msh bnyk kok tmp” yg membutuhkan amplop dlm keadaan mendesak š
Subhanallah Pak…
Insya Allah ada manfaatnya, amplop kan setidaknya bisa dipake buat dateng kondangan misalnya… Lebih daripada itu, 10000 yang bagi kita mungkin “tidak seberapa” akan terasa luar biasa banyaknya bagi bapak tersebut…
Dalam keadaan sesulit itu pun, beliau cuma mengambil untung 33%, sungguh luar biasa…
sungguh menyentuh..
memberi inspirasi bagi saya..
trims sharenya…
Terima kasih sekali sudah membagi hal sangat luar biasa ini. Kalo habis baca yang kaya gini jadi sedih deh biasa menghabiskan uang yang bahkan masih dikirimi oleh orang tua..
.luar biasa..Semoga Alla selalu memudahkan rizkinya..
menyentuh sekali mas.. saya pernah menemui hal serupa, tapi dalam wujud tukang tambal ban:)
Ijin Share ya mas,. Makasi^^
Ijin copy, ya pak..
Terima kasih…
Salmannya di belah mananya Pak? saya biasa jumatan di mesji BATAN, mungkin sesekali hrs kesana juga ya
luarbiasa jiwanya Bapak tua ini, kontras dengan pemandangan sekittar, para pengemis yang (maaf) sebenarnya fisiknya mungkin jauh lebih baik dari Bapak tua ini, demi untung 250 perak, berjualan dibandung harus mengemis yang nyata2 secara materi lebih menguntungkan
boleh tau gak lokasi bapak ini dimana??
Di Jalan Ganesha, dekat pintu pagar masuk ke Salman yang arah Taman Ganesha. Biasanya di situ, tapi kadang di depan gerbang Ganesha juga pernah.
Pak Rinaldi, kira2 tau nggak dimana lagi lokasi jualan bapak ini, terutama kalau weekend? Sy sangat tertarik dgn bapak ini, tapi sulit utk ketemu di hari Jumat (krn sy baru pulang ke bdg klo weekend).
Btw, maaf sy nggak ijin sblmnya. Tulisannya sy share di FB, tentu dgn menyertakan link blog ini.. š Thank you..
Ganesha Itu daerah mana mas…? kebetulan dan insya allah saya ada rezeki untuk bapak itu. Alamat lengkapnya jakarta mana
Ų§Ł ŁŁ Ų“ŁŲ¢ Ų”Ł Ų§ŁŁŁŁŁ mereka akan di pandang mulia di mata Allah SWT..
Memang terkadang kita melihat sesuatu profesi dari income yang didapat tetapi seharusnya yang perlu kita lihat adalah sisi keberkahan dari profesi tersebut..
ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ Ų±ŁŲ³ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲ³ŁŲØŁ Ų£ŁŲ·ŁŁŁŲØŁ ŁŁŲ§ŁŁ Ā« Ų¹ŁŁ ŁŁŁ Ų§ŁŲ±ŁŁŲ¬ŁŁŁ ŲØŁŁŁŲÆŁŁŁ ŁŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŁŁŲ¹Ł Ł ŁŲØŁŲ±ŁŁŲ±Ł Ā»
“Ada yang bertanya pada Nabi shallallahu āalaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, mata pencaharian apakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR. Ahmad, Ath Thabrani, dan Al Hakim. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Maka penjual amplop tersebut mungkin penghasilannya sangat kecil, tetapi boleh jadi dia mendapat keberkahan dari jual beli yang dilakukannya..
Begitu juga para petani gurem di pedesaan yang secara matematis tidak jauh penghasilannya dari penjual amplop tersebut tetapi mereka bisa bertahan..
Boleh jadi yang kerja di kantor,dengan penghasilan yang melimpah tetapi hidup dalam belitan riba, menzhalimi orang, dan jauh dari keberkahan..
salam kenal buat penulis
Terima kasih pak, atas tulisan nya… saya membacanya jiwa saya sampai bergetar, di tengah keputus asaan banyak orang berjuang untuk hidup.
Di dekat daerah saya Kos juga ada seorang bapak usia tua berjualan asongan dengan jualan kerupuk dorokdok di gantung di kotak asongannya, padahal sekitar si bapak mengasong berdiri minimarket ALFAMart , dan tidak mempengaruhi jualan nya karena punya pelanggan tersendiri sopir angkot, sopir taxi,tuang beca dan beberapa orang melintas
saya sendiri termotivasi dengan semangatnya, si bapak berjualan mulai jam 5.30 pagi dan berhenti berjualan sampai jam 23.00 jika hujan si bapak berjualan menggunakan payung dan menutupi badan dan jualannya dengan selembar plastik lembaran. dan berdiri di pinggir jalan sambil kehujanan dgn payungnya di jalan Lengkong Besar – Bandung
salam kenal buat penulis
subhanallah pak..begitu mengharukan dan menginspirasi… š„
Link ini kudapat dr seorang temen. Kisah yg menyentuh… Pas baca ini saya menangis. Benar2 tulisan yg inspiratif.
Selalu kirim doa buat bapak2 tua itu, sehat walafiat, amiin…
subhanallah sangat inspiratif..
izin share
Thx pak atas cerita yg menyentuh ini..,smoga ALLAH membukakan hati kita utk lebih peka dan jeli lagi utk melihat hal2 spt ini…Amin Allahuma Amin.
Saya selaku direktur rumah amal salman ITB insyaAllah akan menemui bapa tersebut, bila kemungkinan ada yang dapat kami lakukan terhadap beliau sebagai bentuk kepedulian kami.
Terimakasih atas tulisan ini untuk pa Rinaldi Munir
sedih,,,
Terima kasih untuk postingan yang membangun.
inspiratif dan mengharukan, izin share pak..
jadi kangen sekali sama Salman dan ITB š btw amplop masih jadi barang penting kok. kalo pembagian gaji dan ngasi duit pas kawinan, masi pake amplop kan?
terimakasih udah diingatkan, semoga kita juga slalu bersyukur atas apapun bentuk kehidupan kita saat ini…
Terharu… semoga kita saling membantu.. š
saya membaca catatan ini karena kiriman dari seorang temankuliah via bbm
Sungguh miris bahwa ada bapak tua yg jujur mencari keuntungan yg seberapa.
Semoga banyak orang yg membantu bapak tua ini dan bapak tua ini selalu sehat.
Cerita ini juga menjadi inspirasi bahwa dimana saja kapan saya kita dpt membantu orang dengan nominal uang yang tidak banyak.selalu bersyukur akan apa yg diberikan Tuhan pada kita.
Waah… Speechless deh… Ijin share ya terutama untuk teman2ku di bdg yg sering jum’atan di Salman…
terharu hingga sedu-sedan air mata berlinang dalam qalbu…alhmadulillah dgn tulisan pak Rin ini semoga makin menyadarkan jiwa2 yg egois,,termasuk pribadi ini…insya Allah..
Ping balik: INSPIRING STORY | Rumahbelajarmatamatahariku's Blog
Mungkin kerja keras Ayah kita juga sama spt Bpk pedagang tadi, hanya berbeda cara…Terharu…Luar biasa…jd inget spt ap Bpk kita banting tulang utk kita..begitupun Bpk tsb…
sem0ga allah memberi rezki
yg banyak untuk bapak tua itu.
amiiin.
salut buat bapak tua itu.
Makasih atas sharing dan pesan2nya.. Kisah yg menyentuh dan mengingatkan kita kembali akan tugas2 sosial yg semestinya kita jalani.. š
InsyaAllah sorga menanti karena kejujuran bapak. Amin
saya juga ada pengalaman yang mirip, saya mahasiswa ITS. Mungkin teman di ITS yang sering ke Indomaret, sering melihat bapak tua yang juala mainan yang terbuat dari cangkang bekicot. harganya juga murah kalo gak seribu atau 2 ribu. Mainan yang sama skali tidak cocok untuk kalangan orang dewasa terutama mahasiswa, dan saya membeli juga bukan karena perlu, tapi karena saya rasa mereka lebih baik dari pada mengemis. Mereka hanya berusaha dengan apa yang mereka bisa.
Subhanallah pak. Allah selalu ada untuk orang yang membantu sesama seperti bapak. Remember guys, you hate your life, while some people dream having your life.
Menyentuh dan Lembut..
Disajikan dg apa adanya..dan bener2 nyata..
Mungkin masi banyak yg seperti bapak itu, dan ada pula yg lebih buruk punya nasib,,tapi saya bener2 terenyuh melihatnya,ketimbang sya liat pengemis dari salah satu daerah diBali,, yg sengaja mengemis karna tuntutan budaya, padahal mereka adalah org2 yg bisa dibilang mampu..:(
Smoga Ų§ŁŁŁŁŁ meridhoi smua langkah si bapak tua..:)
Di parkiran SR juga ada gelandangan yang setia dikelilingi kucing-kucing lucu. Mungkin bila diliput asik juga tuh..
Boleh minta no hp pak?tlg kirim lwt email saya rimanda_suciindah@yahoo.com ..insya Allah mau menitipkan sebagian rezeki utk diberikan ke si bapak penjual amplop,trima ksh
salut buat bpk penjual amplop…SEMANGAT!! ( mo nangis aja jdnya…*_* )
Tapi mengapa kita punya pandangan lain buat anak-anak kecil yang menjual Gatu Gilingan di pinggir jalan? Mereka juga “berjualan” kan.. –tapi dengan wajah mengiba sepertinya ya… sehingga membawa batu gilingan berat-berat hanya sebagai dalih agar dikasihani, dan ujung-ujungnya mengemis belas kasihan.
Terharu …,
Tanya pada diri sendiri … Introspeksi diri ..
ceritanya menyentuh mas,
mengingatkan kita utk berbagi dgn mereka yang mungkin kurang beruntung tapi tetap punya semangat utk bekerja mendapatkan rejeki di jalan yg halal…
saya sangat terharu ……..semoga saja hati kita tidak tertutup untuk membantu mereka yg lain seperti bapak ini
semoga menjadi barokah buat bapak penjual amplop. tetep istiqomah pak. insyaAllah, terutama untuk kejujuran bapak, akan jadi inspirasi buat banyak orang.
Catatannya boleh saya muat di http://www.kotasantri.com? Tapi penulis harus punya akun dulu di sana. Jika tidak keberatan, bisa langsung dikirim di sana.
Terima kasih.
silakan dimuat di sana
hmmm.. sampe ga bisa ngomong..
š¦ sangat menginspirasi dan membuka mata kita tentang arti hidup ini yang sebenarnya.
REALITA KEHIDUPAN . .
buka Mata, Hati dan Telinga..
nice share pak , saya bukan penulis yang baik mau membawa kisah ini sebagai bahan renungan . dari awal pertama saya menginjakkan kaki di itb , bapak penjual amplop itu sudah menjadi pusat perhatian saya . saya sangat tersentuh dengan prinsipnya , walaupun hidupnya pelik , dia tidak mau menengadahkan tangannya untuk menjadi seorang peminta – minta . saya juga pada awalnya tidak tahu , mau saya apakan amplop – amplop itu . tapi saya sudah menyelipkannya sebuah pada sketchbook saya beberapa pekan lalu , dengan harapan kalau saya melihat amplop kecil itu , saya akan tetap ingat bagaimana kerasnya hidup bagi segelintir orang dimana saya masih bisa berjalan kaki dengan lenggang . bapak penjual amplop ini sangat spesial , karena faktanya banyak disekelilingnya orang – orang yang bermata pencaharian sebagai peminta – minta yang mungkin berpendapatan lebih (saya pernah melihat seseorang yang dimaksud berjalan kaki menuju lokasi hanya untuk meminta-minta) , dia tetap mau berusaha . semoga ada kebahagiaan lebih buat dia , mungkin bukan sekarang , tapi suatu saat nanti š
ĘĒÓ!! … Ų§ŁŁŁŁŁŁ blog ini telah membuka mata hati ku makasih sahabat (‘ā£ā¾ )v
Subhanallah..
Mugia Allah selalu Memudahkan Rezeky untuk Bapak tua š
*Jadi inget Bapak2 Tua penjual kacang di depan Griya Sumber sari Bandung
ijin Share yaa Pak Rinaldi..
Bagus….cerita realita yang begitu menyentuh….terkandung muatan berbobot, salah satunya menyadarkan saya untuk lebih beramal… Terimakasih, ceritanya sangat bermanfaat..
…Salam…
Kisah yang mengharukan, dan itu hanya salah satu dari sekian kisah kehidupan. semoga kita bisa mengambil pelajaran dari semua itu. dan pasti Semua Akan Indah Pada Waktunya
Pak, saya sudah mewawancarai lebih jauh bapak tersebut..
Fisika Teknik’09
Mohon diceritakan hasil wawancaranya di sini, atau dalam blog Mas Romi
saya sampe menitikkan air mata bacanya.
4 tahun kuliah di ITB saya bener2 ga sadar akan keberadaan bapa itu. makasih ya buat ceritanya. klo saya ke bandung, pasti bakal saya cari. š
Bapak ini seharusnya mendapatkan Lencana Kejujuran dari Presiden, dan diserahkan didepan para “orang yang mengaku membela rakyat”
Semoga Tuhan selalu menyertaimu pak
makasih atas sharenya, sangat bermanfaat,..
menyentuh sekali, dan benar kadang2 kita lupa tentang keberadaan mereka.
smoga allah selalu memberikan hal yang terbaik untuk mereka. aammin…
Subhanaallah,semoga semua orng terketuk hatinya untk slalu membantu mereka yg slalu mengais rezeki dgn Dan tanpa meminta-minta…..kita haruz bangga dgn pedagang kecil yg masih mau berusaha tanpa mengemis..semoga makin banyak yg pedagang kecil Dan pembeli yg baik hati untk membantu kElangsungan hidup mereka Dan menjaga harga diri bangsa dngn mengurangi. Pengemis Dan kemiskinan.semoga terketuk hati kita semua.
good posting, so touch.
ābapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkapā¦.ā.
sepakat!!!!
alasan itu adalah kebahagiaan,, bahagia krn bisa berbagi dgn mereka…
pembelajaran dari mereka jauh lebih mahal dri barang elite yg di jaja di mal mal modern…
subahanallah sangat menyentuh sekali mengajarkan saya untuk bersyukur..terima kasih
terharu bgt aq bacanya, sampai gag kerasa buliran air mataq berjatuhan,.,.,
aq jd teringat sama bapak2 tua penjaja makanan ringan dikampusq, jadi kangen sama bapak itu karna akhir2 ini jrg q temui beliau menjajakn dagangannya n ingin membeli jajananx lagi. bapak tua itu manjajakan ladrang yang telah dikemas dan terkadang pula membawa opak. beliau menjajakannya berkeliling kampus, menghampiri para mahasiswa/i disekitaran kmpus,.,.
catatan ini benar2 inspiratif,.,.
subhanallah, thanks
Iya bnr..drpd kita blnja di mall ngarep disc tp mlh kebablas an shopping2..
negeri yang makmur tak memakmurkan rakyatnya…apabila setiap warganegara menyisihkan 1000 perak sebulan untuk sedekah…lk…150M/bulan..utk pengentasan kemiskinan…izin share pak
subhanallah…minta izin di share ya Pak
jadi pengen beli amplop di Bapak itu, btw amplop kan masih perlu buat pas ada hajatan T-T
heeeeee……. dah lama gak shalat jumat di salman. belum pernah lihat gw…. *terharu
Bismillah
Assalaamu’alaykum warohmmatullaah
Tulisan yang menggugah.
Berbahagialah ketika kita masih bisa menangis dan terharu… karena itu adalah tanda hati belum mati…
Segeralah “Datangi” Allahu ‘azza wajalla, memintalah kepadanya agar terhindar dari segala Fitnahnya dunia dan keburukan di akhir Hayat.
Barokallahu fiikum
speechless…
subhanallah,,,,
ya Allah Engkau Maha Adil dan Maha Mengetahui,,,,
Inspiratif sekali :’)
perbuatlah kebaikan utk kebahagiaan sesama T_T
Semoga kita dapat mengambil hikmah dari niat BAPAK TUA tsb.
Amin YRA
semoga Qt mnjadi Person2 yg pux rasa Risau dgn keadaan sekitar,krn klau sifat ne hilang dr Hati Qt,maka keImanan Qt akn diprtaxkan.
inspire story ….. like a chicken soup a parent version.
http://www.raidid.com my site š
Masih banyak koq ditempat saya yg jualannya kadang memang tdk dibutuhkan, ada pedagang opak yg kt anak saya krupuk dari plastik, kadang saya bingung saya borong opak u apa?, akhirnya ya dibeli aja itung2 oleh2 buat tetangga, pedagangnya sdh tua sepedanya butut pula, hati kadang menangis, setua itu masih mencari nafkah sementara mobil2 mewah berseliweran tanpa ada yg berminat u meliriknya, hati bersyukur krn saya masih bisa melirik pedang itu u membeli dagangannya, mungkin ini teguran Allah u saya agar saya dpt selalu bersyukur dgn apa yg telah saya miliki
Trimksh sdh mau share kisah sederhana tp buat kami bersimpu.. Smg mereka sll bahagia lahir n batin.. Aminnn…
aku kasihan
jadi inget bapak itu…tahun 2005..
amplopnya masih saya simpan di rak belajar. mungkin di akhir-akhir tahun ini bakal banyak terpakai untuk ke undangan š
makasih banyak pak rinaldi..untuk ceritanya yang menggerakkan..
Wah, saya langsung nangis baca kisah ini …
Dan bos saya pun jadi bingung, mungkin sesudah Jumatan hari ini akan saya forward kisah ini ke sebanyak-banyaknya teman di kantor …
Semoga kisah ini bisa menjadi pembuka pintu batin bagi siapapun yang membacanya. Walau saya tidak bisa bertemu Bapak itu langsung, semoga saya senantiasa bisa mendoakan beliau untuk kemudahan dan kebahagiaan dalam kehidupan ini.
Silakan baca hasil wawancara saya dengan beliau di link berikut:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150390709462123
Saya sudah membacanya, saya minta izin tulisan Mas Romi di Fesbuk itu saya muat ke dalam blog ini sebagai kelanjutan cerita bapak tua itu.
“Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.”
nasehat yang sangat berharga, terima kasih telah mengingatkan diri yang terkadang sering kurang peduli ini.
Kisah yang luar biasa, tidak terbantahkan jika hati ini kemudian ikut tergetar…Izin ikut sharing artikel ini ya Pak.
Betul sekali Aufanuri āCara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka” Sekedar share, Saya dan keluarga sudah lama mempraktekkan hal ini, beli koran pada loper yg berada di lampu merah, nyemir sepatu pada anak-anak penyemir sepatu, membeli sayuran di pasar tradisionil tanpa menawar. Budaya menawar ini perlu juga kita perhatikan. Mentang-mentang di pasar tradisionil ada tawar menawar maka kita berusaha untuk menawar serendah-rendahnya. Padahal, kalau kita beli sayuran di lottemart, tak pernah sekalipun kita menawar, karena ini tabu untuk dilakukan. Tapi, kenapa kita tega untuk menawar serendah mungkin?
Ada lagi, khususnya ini pada pemilik sepeda motor, rela antri berjam-jam di SPBU demi hanya membeli BBM satu atau dua liter, sedangkan di kios malas kita membeli karena lebih mahal seribu atau 2 ribu rupiah. Oke, hemat….itu kata yg paling mudah diucapkan. Tapi, ingat, misal kalau kita antri hanya 30 menit saja demi menghemat, anggaplah fulltank 4 ribu. Menurut saya, nilai waktu kita, yg kita buang 30 menit itu adalah 4 ribu rupiah. itulah harga waktu kita.
Terima kasih kepada Bpk Ipan Pranashakti atas kisahnya yg sangat menggugah.
Wassalam
mintak ijin kopas link gan
Soo inspiratif
Kisah yang mengingatkan kita, bahwa banyak orang yang sering luput dari perhatian kita. Orang yang sebenarnya menjadi tugas dan tanggung jawab kita. Alhamdulillah,.. dapat ide baru untuk saya. Trims pak. Semoga saya dapat memperjuangkan nasib orang2 di daerah saya yang masih serupa dengan bapak tersebut. Bismillah….
š„ *titip salam untuk bapak penjual amplop itu..
jadi inger bapak tua tukang servis jam didepan kampusku….
Rejeki sedikit halal dan barokah lebih membahagiakan daripada duit banyak yang tidak jelas halal haramnya apalagi kalu dibumbui dengan keserakahan. Mungkin karena itulah banyak orang tua dhulu lebih memancarkan kebahagiaan dibanding orang muda dan orang tua zaman sekarang.
luar byasa… bapak tua itu tetap berusaha mendapatkan rezeki secara terhormat daripada mengais rezeki dari rasa kasihan seperti yang dilakukan para pengemis
tidah bisa tertahan air mata ini.. kejadian serupa juga ada d depan indomaret arif rahman hakim surabaya, sekitar kampus ITS. bapak tua menjual mainan dari tempurung keong, hujan deraspun bapak itu tetap selalu di situ menjajakan dagangannya yang gak laku2 itu..
hayo hayo anak ITB, peduli pada sekitar š
hm, maaf, ada sesuatu yg mengusik saya di sini. saya memang tdk tahu keadaan di tkp seperti apa. yg ingin saya tanyakan adalah: apakah bapak ini ikut sholat Jum’at juga? atau hanya menunggu dagangannya di dekat masjid ketika sholat Jum’at? ini memang urusan bapak itu sendiri sih, tapi semoga pak tua juga ikut sholat Jum’at. kalau tidak, hati saya tambah sakit.
perih bila mengingat kefakiran dekat sekali dengan kekufuran. sangat disayangkan bila dunia jauh, akhirat pun jauh.
kalau kita mau lebih perhatian kepada mereka. menengok kehidupan mereka sejenak, orang2 seperti bapak ini masih banyak bertebaran di sekitar kita
memang prioritas sedekah adalah dari kerabat dahulu yg membutuhkan uluran tangan, karena dengan itu diharapkan setiap kita bertanggung jawab terhadap org2 terdekat hingga tdk ada org2 terlantar dsb. jika memang sudah tdk ada lagi kerabat yg (benar2) membutuhkan, baru lah melirik ke ‘tetangga sebelah’, seperti tertera dlm Qs 2: 177, yg artinya:
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (al-Baqarah [2]: 177)
dan utk membantu org2 seperti bapak ini, memang dirasa lebih tepat bila mereka diberdayakan (bukan diperdayakan ^^), diberi masukan usaha apa yg lebih diterima pasar dan mampu mereka kerjakan. atau mungkin bisa diberi tambahan modal?
program2 pemerintah seperti UKM2 memang belum menyentuh sektor ini, atau? (saya tdk paham mengenai itu)
alangkah baiknya jika kita semua bisa saling sumbang saran bagaimana sebaiknya membantu ‘saudara2’ kita itu agar mereka mampu mandiri dengan baik. masih banyak sekali tugas kita, tapi insya Alloh bisa jika kita bersama. bersama pasti bisa. (bukan slogan parpol loh ^^)
_saya yg masih jauh di sana_
semoga di luar sana masih banyak orang2 yang jujur seperti bapak tua tersebut..
dan bwt orang2 yg jujur, mg nanti akan diberikan kebahagiaan oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat… amien…
Subhanalloh…
menyentuh banget bagi ane yang sebagai pedagang juga,,,,
Qt kdang mmbeli brang2 kperluan shari2 dtmpat2 yg agak brgengsi dripda warung2 biasa,,, pdahal hrga gak jauh beda kdang lebih mahal..
hmmm,,,,bgitu juga membeli di toko org kafir dg toko orang islam, jangan terlalu pelitlah jika karena selisih 1000 aja. coba kembangkan rasa peduli sesama umat.
Subhanalloh.. benar-benar menyentuh. di ITS juga ada penjual yang menjual mainan dari rumah siput. biasanya mulai jual tiap habis mahgrib. keadaannya gak jauh beda dengan penjual amplop itu, dagangannya juga sepi pembeli. miris melihatnya. padahal di sekitar bapak penjual mainan tersebut banyak para ibu-ibu pengemis yang masih muda, anak-anak bahkan para remaja. Seharusnya mereka merasa malu dengan bapak tua penjual mainan itu yang masih sabar menanti pembeli walaupun tak kunjung datang.
Pak, gimana ya saya mau memberikan sedekah ke bapak ini? ada yang tau? tapi posisi saya di balikpapan, saya bersedia ke bandung untuk ketemu beliau.. Kalau ada yang tau tolong email saya di valerian.verdy@total.com, atau hp saya di 087884756655
Subhanallah, mengahrukan.. Numpang share ya kang..!
Ping balik: Bapak Tua Penjual Amplop Itu « semangatbaru09
huaaaaaaaaaaaaaaaaaa~ *berlinang air mata*
Subhanallah…
Sungguh menggugah sekali..
Terima kasih karena telah mengingatkan..
š
Wah..saya kembali tersadar, bahwa uang yang saya punya distu ada hak bagi orang yang tidak mampu š¦
terima kasih sudah mengingatkan ^^
izin share ya, Pak š
subhanallah…sungguh mengharukan..mengingatkan kmbl kepada diri saya bahwa tdk sepantasnyalah kita selalu mengeluh karena banyak orang2 di luar sana yang lebih kurang beruntung daripada kita dan sudah sepantasnya kita bersyukur atas segala rezeki yang diberikan oleh Allah SWT
Subhanallah, masih ada orang tua yang pekerja keras macam bapak ini ya. semoga Tuhan senantiasa berada di sampingnya untuk membantu bapak dan keluarganya selalu. Terimakasih mas, sudah memposting cerita ini, membantu mengingatkan kami semua untuk selalu mensyukuri nikmat pemberian Tuhan :’)
subahanallah…..
Kisahnya sangat menyentuh, mmg msh byk org2 dsekitar kt yg hdupx dgaris kmiskinan tp msh mau brusaha mncari nafkah dg cara yg halal meski hrs dtempuh dg pnghsiln yg tdk seimbg dg tenaga yg mereka kluarkn. Tp sgt sdikit yg blm peduli dg keadaan mereka, msh trlalu byk prtimbgn utk menyedekahkn sdkit kekayaanx kpd kaum pa2. Mdh2n dg tulisan ini byk yg trgerak hatix utk perduli/peka dg keadaan org2dsekitar yg msh btuh ulurn tgan kt. Mari kt saling brpacu utk brbuat kbaikn…
Kalau liat bapak atau ibu sudah tua, saya selalu teringat orang tua. Sedih sekali.. Padahal kedua orang tua saya masih hidup. Tapi rasanya tak cukup saya bersyukur masih diberikan kesempatan untuk bertemu. penjual amplop di sta depok lama ada bbrp, namun saya tertarik dg satu bapak yg kalo melihatnya hati saya luruh. Di tas n meja saya sudah numpuk amplop bapak itu, tp tiap bulan dia selalu menawarkan n saya selalu membelinya … š
Kasihannya bapak tua itu
Membaca sampai terharu
Menginspirasi saya untuk selalu bersyukur dan lebih bersemangat menjalani hidup.
sedih…bener-bener sedih baca cerita ini…
Assalamualaikum…
Mohon izin share di FB ya Pak.
Salam kenal Pak. Izin sharing tulisan berkesannya ini. Semoga semakin banyak yang bisa mengambil manfaatnya. Terima atas pelajaran hidup yang Bapak berikan.
Ping balik: Lanjutan Kisah “Bapak Tua Penjual Amplop Itu” « Catatanku
Pak, numpang share link ini yaā¦ http://www.facebook.com/pages/Donasi-Untuk-Siti-Aisyah-Hamri/278699592168024
Siapa tau ada yg mau memberikan donasi untuk saudari Siti Aisyah Hamri yg mengalami kecelakaan pada hari Jumāat sore (25 november 2011).
Bila ada yg mau menyalurkan bantuannya utk saudari Siti Aisyah Hamri, silakan salurkan ke rekening Mandiri 1310006999082 a.n Marliani Harahap
Haturnuhun, pak Rinā¦
Ahh… haru sekali.
Allah yubarik fiik
Semoga Tuhan memberkati bapak penjual amplop…..
Subhanallah.. ijin share ya.. makasih
Terharu banget sampe T_T,,
ijin share ya
benar apa yang bapak lakukan, lebih baik kita membantu dengan membeli barang dagangannya. banyak koq disekitar kita yang seperti pak suhud itu. saya ingat sekali di salah satu tempat makan di kota wisata, ada bapak penjual pepaya dan jeruk pontianak. hampir setiap minggu setiap saya ke makan siang di sana, beliau pasti ada.
usianya juga sudah mencapai 80 (menurut pengakuan beliau). tapi hebatnya beliau masih mau bekerja dan menggunakan sepeda untuk menjajakan dagangannya. kalo kita beli banyak aja, beliau sudah senang sekali. apalagi kalo kita kasih lebih. senyum bahagia jelas2 terlihat.
semoga hati kita bisa tetep terbuka melihat hal2 seperti itu.
banyak sekali kisah2 seperti beliau penjual amplop, saya juga pernah menemui penjual kakek yg sudah sangat tua renta mengais sepeda yg berpuluh2 km jauhnya menuju sebuah Pabrik Textil di Tangerang, hanya berjualan daun singkong dan kangkung yg harganya sangat murah, bagi mereka uang yg didapat sangat berarti walaupun kecil rupiah yg didapat, INGAT!! kebarokahanlah yg sebenarnya rizqi yg nikmat dan diridhai Allah swt, saya yakin mereka dapatkan itu, mereka jujur dlm berjualan
heump’… terharuuu… ampe berkeringat dingin bca nya…..
Subhanallah.. g’ kerasa air mata ini sampai menetes. jadi teringat bapak yang jual korek api di pasar minggu Malang. Semoga Allah melancarkan rejeki beliau
hemhh…baguus ceritanya…bnran mengharukan, tp apa anda sdh tau apa tjuan bpak itu menjual amplop? kan jaman skrg udh gk bnyk dbtuhkan? apa ada tjuan khusus??? š
Untuk mengetahui alasan dan tujuan bapak itu menjual amplop, baca tulisan selanjutnya yang berjudul “Lanjutan Kisah Bapak Penjual Amplop”.
Tulisan ini boleh saya publish melalui http://www.fimadani.com/ yaa?
hmmmm …. sungguh luar biasa … ga terasa netes sendiri airmataku … saya jadi inget bapak tua penjual tape keliling mmbawa sepeda tua di kedaton dan sekitarnya kota bandar lampung, bpk itu menjual tape dg harga Rp 1.500,-/dua bungkus …. meski kadang ga pengen tape … tapi setiap bapak itu lewat saya panggil dan membelinya ….
Patut di teladani. Jangan Mengemis.
Dia lebih terhormat dari sebagian besar anggota Dewan yang terhormat dan sebagian besar pejabat di negara iniā¦
kisah yg luar biasa, inspiratif..
terima kasih atas tegurannyaā¦
Astaghfirullah….Makasih ya tulisan ini benar-benar mengingatkan saya.
Ijin share link, makasih š
Pak, Ijin share tulisannya di blog kami.
Semoga banyak yang bisa mengambil hikmah dari tulisan ini dan menjadi orang-orang selalu peduli disekitarnya.
Terimakasih.
saya ingin ikut berkomentar karena hati ini benar-benar tersentuh,, apa daya saya,, iringan doa semoga tetap ada bagi bapak penjual amplop dan orang-orang seperti Beliau,, subhanallah,,,
apa yang bisa aku lakukan?
Jadilah orang yang jujur
acung jempol buat kegigihan sang bapak, semoga Allah senantiasa memberi nikmat sehat
Bapak tua yg tidak pernah menyerAh…
Hebat…
subhanallah,, tak sanggup saya menahan air mata membaca kisah anda..
ini pelajaran untuk saya yg mungkin kurang bersyukur..
mungkin secara tidak langsung kita sudah diingatkan melewatkan bapak penjual amplop tersebut, bahwa kita harus slalu bersyukur dengan nikmat yg sudah kita dapat slama ini…
artikernya saya kirim ke temen2..pada nangis..bacanya..
subhanaallah…ternyata orang miskin itu lebih tahan menderita ketimbang orang – orang kaya..
mudah2an segala usaha bapak ditermia allah…dan dijadikan amal sholeh buat beliau di akherat kelak…
amiinnn
saya tidak bisa menahan air mata ketika membacanya.. saya izin share ya pak..
Subhanallah, semoga bapak selalu mendapat kemudahan dalam segala urusan dan selalu dekat dengan Allah. izin sharenya ya pak…
kdang sesuatu yang kecil menurut kita,namun sangat berarti untuk orang lain..
smga bapak penjual amplop selalu dibuka pintu rejekinya,,Amin š
Saya terharu sekali membaca kisah Bapak Penjual Amplop ini. Kisah ini menegur saya yang masih saja mengeluh dan kurang puas dgn apa yang boleh saya miliki hingga saat ini. Semoga Bapak ini bisa memiliki kehidupan yg lebih baik, dagangannya semakin laku, dan tetap sehat selalu. Kalau main ke Bandung, saya mau beli amplopnya. Saya ingin memiliki sesuatu yg menjadi simbol perjuangan dr Bapak tersebut. Dan kalau saya pergunakan untuk mengirim surat kepada teman yg jauh, akan saya ceritakan dulu kisah Bapak ini di dalam surat saya. š
Sungguh kisah yg menyentuh…
Smoga mereka diberi rizki yg lebih oleh Allah…
Amin…
sangat menyentuh dan benar2 menyadarkan kita semua untuk tidak hidup bersenang2 dgn seenaknya…
saya izin share ya pak.
kiranya Tuhan memberkati bapak penjual amplop itu, sesungguhnya dengan integritas seperti itu upahnya akan sangat besar
Subhanallah…
T-T
saya jadi terharu…
Izin share di forum yang lain ya…
rasanya saya ini pelit dan egois sekali pak setelah membaca tulisan bapak.. T.T
niat hemat saya terlalu hemat, malah justru pelit jadinya pak T.T
Hidup ini keras. Para pengemis tanpa harga diri saya yakini dapat hidup jauh lebih layak dari penjual amplop ini. Inilah harga dari hidup terlalu idealis. Semua pedagang adalah orang yang jujur, bukan idealis. Mengapa harus mengambil untung yang sedikit dan membuat diri-nya kekurangan gizi ??? Hingga gemetaran seperti itu ??? Pedagang yang pintar tentunya akan mengambil untung yang layak bagi-nya… Apakah untung yang diterima bapak itu layak ??? Dan lokasi yang dipihnya… Bukankah itu merupakan lokasi yang mengharapkan iba ??? Hidupmu akan membawamu berdasarkan seberapa keras anda berjuang. Cerita ini hanya menunjukkan perjuangan yg lembek…
Toughen Up Guys…
#diammembisu ..
ehmmm.. butuh org yg bisa melawan kata2 anda ^^
Jujur…..pekerja keras…..pantang menyerah……
Terimakasih sudah berbagi cerita, sangat menginspirasi dan menggugah…
Terimakasih sudah berbagi cerita, sangat menginspirasi dan menggugahā¦
Ping balik: … « Reborn of Askiichan
ijin share u web rumahzakat, pak.
nuhun š
Mengharukan insyallah minggu depan saya akan shalat jumat dimesjid salman itb..saya mau beli amplop di bp itu
Terima kasih catatan dan inspirasinya
Ane mo nangis bacanye ….
masyaallah…. terimakasih pak, sudah membuat saya benar2 menangis.
concrete examples of how to live, defend the honor.
kita berada agar bs bermanfaat bagi sekeliling kita, mungkin hal it yg bs kita lakuakan.. nice share nya pak…. :).
saya baca artikel ini di web.eksternal rumah zakat.
terima kasih, sudah kembali mengingatkan utk senantiasa lebih merasa dan lebih peka kepada sekeliling…
ijin share pak
sedih membaca kisahnya..
Smoga mereka diberi rizki yg lebih oleh Allahā¦
betapa sebuah kisah dimana hidup memang memerlukan perjuangan yang keras ..saat y kita untuk lebih membuka mata untuk semua aspek kehidupan agar kita tidak di buta kan dengan keindahan y saja …coba untuk perduli pada lain sisi.. yaitu mode keras y dunia… bagy mereka yang ta mampu melewati y
subhanallah
satu lagi cerita tentang orang-orang yang terlupakan. andai pemerintah kita mau memerhatikan nasib orang-orang seperti itu, bukan koalisi politik, atau “tamu” dari perusahaan ini dan itu. walaupun aneh, tapi saya benar-benar rindu dengan tipikal pemimpin seperti beliau, yang hanya mengambil yang benar2 hak nya, bukan dengan cara curang, apalagi kejahatan. sungguh, andai ada pemimpin yang berhati jernih seperti beliau…
tak akan ada lagi pedagang-pedagang amplop yang harus ditulis dalam kisah-kisah ini…
Cerita yang sangat luar biasa sekali, mungkin kisah ini bisa menjadi pembelajaran bagi para bloger agar kita senantiasa banyak beramal dan menghargai penjual amplop itu walaupun tak seberapa untungnya tetapi si bapa penjual amplop itu semangat untuk mempertahankan hidupnya patut kita acungi jempol
terima kasih atas ceritanya…teringat akan pesan mamah……
Ya Allah, subhanallah.. Astaghfirullah
Sungguh hina hamba di hadap-Mu yang tak selalu rajin berucap syukur ats segala yang Kau beri ya Allah..
Posting anda ini sangat menyentuh. Berbagi mmg sngt indah. Terimakasih, sya mndapat pljaran bru hri ini
Thank for share, amazing story…! Saya setuju, jika bantuan dari para pembaca yg berkenan mau menyumbang utk bapak tua ini, langsung saya dilakukan oleh penulis, dengan catatan penulis blog memposting sumbangan dari pengirim, di blog ini… kalo perlu difoto sama di bapak itu..
salam
Thank for share, amazing storyā¦! Saya setuju, jika bantuan dari para pembaca yg berkenan mau menyumbang utk bapak tua ini, langsung saja* dilakukan oleh penulis, dengan catatan penulis blog memposting sumbangan dari pengirim, di blog iniā¦ kalo perlu difoto sama di bapak itu.. Saya yakin pembaca mau membantu karena tulisan anda bung…
salam
(edit ketikan)
Hidup memang harus berbagi kebahagian kpd orang lain yg lebih membutuhkan ?? ….m
Hidup memang harus berbagi kebahagian kpd orang lain yg lebih membutuhkan ?? ….
terimakasih sudah berbagi cerita tentang orang orang disekitar kita, dan juga telah mengingatkan kami2 yang kadang lupa untuk bersyukur.
miris banget, jadi inget bapak2 tua pake tongkat yang jualan tissue di stasiun ui. memang bapak itu jual tissue ukuran kecil yang harganya rada mahal dari tissue2 yang dijual di kios2 di stasiun,, tapi itu bapak tetap aja jualan sambil menenteng plastik tissue dan membawa tongkat. tapi saya salut melihat perjuangan itu bapak, walaupun kadang ga ada yang mau beli, dia tetap jualan dibanding ngemis yang notabene penghasilan ngemis terkadang lebih besar dibandingkan berjualan tissue yang hanya dibeli oleh orang-orang yang tidak begitu membutuhkan, tetapi dibeli oleh orang yang kasihan sama bapak itu
betul, ada bapak penjual tisu, mondar mandir dari pagi sampai malam
Inilah perjuangan hidup…
Semoga bapak penjual amplop itu diberi rezeki yg melimpah. Amin.
Kisah yg sangat menggugah & inspiratif..
Harga kecil bagi kita, tp bagi bapak yg luar biasa itu, sgt berarti…
Subhanallah bapak membuat org2 belajar dr kisah ini
miris rasa hati dn sesak rasa dada saat kita membaca kisah kecil bapak tua ini, tulisan ini mengingatkan kt betapa sangat berartinya dkt rupiah yg byk dr kt meremehkannya. niatnya yg baik tak mau mengemis dn kejujurannya dlm berdagang sesuai dgn syariat islam. mudah2n bapak tua ini mendapat t4 yg layak d mata Allah kelak, dn d mudahkn segala ursn. kt dpt mengambil sdkt pelajaran hidup ” utk slalu bersyukur dn berusaha dgn pantang menyerah “. krn jika pencapaian dn keinginan manusia d tarik pada titik 0 maka mereka akan sangat menghargai dn bersyukur akan apa yg ada sekarang. semoga kt semua dpt menjadi manusia seutuhnya yg slalu menjalani hidup dgn HATI dn NURANI. Amien………..
Subhanallahh.. Terima kasih sudah membagi cerita ini dan mengetuk hati. Akan saya ingat bila melewati tempat itu dan akan saya ingat untuk bapak /ibu tua yang berjuang hidup dengan perjuangan seperti ini.
Subhanallah…….tanpa terasa airmata ini jatuh bercucuran di pipi amat deras,kisahnya amat menyentuh hati ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Betapa banyak orang yang memerlukan bantuan kita…
harus pandai2 bersyukur……
ingin kesana tapi jaraknya amat jauh
sesusah kita ternyata masih ada yang lebih susah dari kita… terima kasih kawan karena sudah share kisah ini… “jangan lah kau sombong akan kekayaan, karena kekayaan hanya titipan di dunia,,,” nyawa tak ada harganya jika di banding dengan uang semata… mari kawan, donorkan darahmu untuk orang yang membutuhkan… karena setetes darah kita, dapat menyambung nyawa…
Terima kasih mba kisahnya sangat inspiratif sekali dan sangat membuka mata hati saya untuk selalu bersyukur dan selalu belajar berbuat kebaikan, memberikan manfaat di lingkungan kita masing2. Ijin broadcast di blog saya mba..smoga makin banyak orang2 yang mendapatkan pencerahan dari kisah yang luar biasa ini.
Wsl.
Assalamu’alaikum
Kisah ini sangat inspiratif bagi saya untuk lebih peduli kepada orang yang lebih membutuhkan seperti bapak ini. Semoga banyak pelajaran dan hikmah yang kita dapat dari kisah ini dan kita apliksikan ke kehidupan nyata. Mohon ijin copast di blog saya pak…
IZIN COPAS utk dishare, semoga bisa bermanfaat utk yang lain agar selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah swt kepada kita.
tulisannya bagus, pesan moralnya juga sangat bagus. tapi mungkin bapak tersebut perlu dibantu juga untuk meningkatkan usahanya. apabila beliau menjual barang yang sama dengan harga yang sama selama 7 atau 8 tahun, rasanya ada yang kurang benar di sini…
Subhanallah. Kita harus belajar banyak tentang arti pengorbanan, perjuangan, dan kejujuran kepada orang2 seperti bapak penjual Amplop yang Masya Allah sangat jujur ini. Sangat langka orang seperti Bapak yang Subhanallah ini ditemukan :’)
Wallahua’lam š
T_T wah saya baca psotingan ini mata berkaca2. Subhanallah. Semoga sang Bapak bahagia dunia akhirat. Dan semoga kita bisa menjadi orang yang sadar amal dan punya banyak kesempatan untuk beramal bagi pejuang2 seperti sang Bapak.
ya allah kasian si bapak..saya juga pernah punya pengalaman yang sama, bapak tua penjual balon denga warna balon yang kusam karena sudah lama tak laku2 laku..hiks…
Saya pernah ketemu seorang Pedagang yang Buta di pertokoan Tomang Elok Medan, beliau berkeling dari satu toko ke toko yang lainnya menjajakan barang dagangannya berupa produk-produk dari salah satu perusahaan MLM CN*, kopi, sabun, deterjen, dll…
Ketika ada seorang yang iba dan memberikannya sumbangan uang, si Pedagang Buta langsung sedikit marah dan berkata ” saya bukan pengemis pak, silahkan beli dagangan saya…”
Saya sontak terkejut mendengarnya. Sungguh tinggi harga dirinya, dengan tidak mengemis..
Ya Allah..Lancarkanlah usahanya..sehatkan jasmaninya..dan mudahkanlah rizkinya.. (ĖĢ©Ģ©Ģ©_ĖĢ©Ģ©Ģ©)
āāāŲ¢Ł ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ Ų±ŁŲØŁŁ Ų§ŁŁŲ¹ŁŲ§ŁŁŁ ŁŁŁŁŁ
hal yg sama tiap kali berngkat kerja melihat nenek tua yg dagang gorengan tapi warungnya selalu terlihat sepi… udah lama punya rencana mau mampir bersama istri jajan disitu, tapi blm ada waktu.. š¦ hiks
tp setelah baca artikel ini makin kuat niat saya utk beli jajanan dwarung nenek itu…mudah2an bapak penjual amplop dan nenek penjual gorengan itu dilancarkan rejeki dan usahanya.. amin..
ijin share ya ..
Ya Allah, mulia sekali bapak itu. Baru saja saya memposting tentang “pengemis malas”, saya mendapatkan link blog ini dan isinya membuat saya tertegun.
saya mau ijin share yah pakk..:)
biar tmn” jg bs mendapatkan sebuah renungan..
sperti bapak q
pekerja keras dan jujur demi memenuhi kebutuhan keluarganya
MANTABB nie.(asli sedih)
numpang share ya pak š¦
Subhanallah… sulit berkata-kata…
mata saya tidak tahan untuk meneteskan air mata saat saya membaca setiap bait kata yang tertulis,, membayangkan perasaan yang disarakan bapak tua itu… sungguh besar jiwanya yang tak pernah menyerah akan kehidupan serba sulit sekarang ini. tapi dia tidak lantas menyerah dengan nasib dan merendahkan diri dengan meminta-minta sebagai pengemis atau gelandangan di jalan… semoga kita terutama saya bisa memetik hikmah dari kejadian tersebut…
pekerja keras jujur yang tangguh… heu fighting pak…
sangat menyentuh dan memprihatinkan untuk si pak tua penjual amplob demi sesuap nasi,………
Ya Ų§ŁŁŁŁŁŁ …. Betapa krg bersyukurna qta …. Msh byk org yg krg mampu tp memiliki semangat & kesabaran yg begitu hebat di banding qta2 ….
Semoga bp penjual amplop itu d beri rezeki yg lancar …. Bahagia dunia akhirat …. Ų¢Ł ŁŁŁŁŁ… ŁŁ Ų±Ł ŲØŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ
izin share e Fb kang…
Subhanallah jdai malu dengan bapak penjual amplop….terima kasih aas tulisannya kang…
moga mata nurani saya bisa setajam akang dalam melihat realitas kehidupan…
Betapa mulia hati seseorang ĻÄ£ mempunyai rasa takut akan Tuhannya. Bekerja, berdagang dgn cara ĻÄ£ halal merupakan pekerjaan ĻÄ£ terpuji
ya Allahh…berilah selalu kemudahan pada bapak tersebut.amin
cerita hampir sama di surabaya tepatnya di plaza surabaya>bpk2 tua yang duduk dipojokan parkiran berjualan krupuk samiler.dagangannya masih byk dan belum laku2& jarang sekali org2 beli. awalnya beliau msh berjualan di dpn restoran cepat saji lama2 berpindah di pojokan parkiran.padahal sampai tengah mlm bpk itu msh juga berjualan.harga krupuknya saja sebungkus cuma 2500 klo ga salah dan isinya 5 buah.
Ping balik: MIRIS … « Nd_Blog_World
Izin Share.. Semoga lebih bermanfaat…
Sip bnget dah ceritanya,,,,,,,,
Thanks for sharing kang š
saya ijin share ke rekan2 kantor, mudah2an bisa membuka mata dan membawa pencerahan dan bukan hanya ledakan emosi sesaat saja pada waktu membacanya
jadi mau ikut membantu. haru banget. mulai sekarang kita harus lebih peduli sama orang lain….:D
Subhanallah. . .
Jadi berkaca-kaca š¦
renungan untuk saya, belajar mensyukuri dengan apa yg telah diberikan, trims dah share
pembelajaran bagi sya untuk dapt menyikapi hidup, thank,,,,,,,
nangis abis baca ini. may Allah bless that man. amennn:”)
semua ada hikmah nya…syukron
selalu bersyukur kepada Allah SWT
realita ini pasti terjadi di sudut sudut kehidupan kita masing masing. tapi tidak ada yang tergerak untuk peduli pada mereka mereka..
subhallah…
sya terharu baca.y…
smoga bisa jdi contoh utk kta smua…
menyadarkan kita agar lebih mensyukuri nikmatNYa,, terima kasih banyak atas kisah inspiratif ini,, izin share ya…
subhanallah š
perjuangan bapak penjual amplop itu sungguh luar biasa, sangat kontras dengan kinerja anggota DPR yang sangat payah. semoga ketegaran, kejujuran, dan kegigihan bapak penjual amplop ini dapat menginspirasi kita dalam kehidupan sehari-hari.
please sy share ya š thanks sebelumnya
bergetar hatiku membacanya T______________________________T
Cerita yang sangat menggugah. Terima kasih.
terima kasih banyak pak………….
terharu bacaya, lebih terharu lagi banyak yang berniat bantu bapak itu, semoga dengan semakin banyak yang baca, semakin banyak yang bantu bapak itu, juga penjual seperti itu yang lainnya
`menampar` sekali
semoga keadaan yang nyaman tidak malah membuat manusia menjadi bosan, semoga semakin semangat memperbaiki diri, semakin bersyukur, dan berbagi dengan orang lain, aamiin
jauh sekali dg kelakuan para oknum wakil rakyat ternyata yg mewah2. .
jadi jangan salahkan masyarakat ketika memilih GOLPUT.
kesejahteraan tidak di perhatikan.
salam.
Saya dan teman saya sempat bertemu beliau (bapak penjual amplop) itu pada hari Minggu di gasibu Bandung. Beliau berjualan di sebuah lapak kecil diantara penjual susu KPBS dan satu lagi saya lupa. Tampaknya dagangan beliau kurang laku disana walau banyak orang berlalu lalang di depan beliau sebab dari pertama saya masuk situ hingga waktunya saya pulang dagangan beliau terlihat tidak berkurang. Akhirnya saya beserta teman saya sebelum pulang menyempatkan dulu mampir di lapak beliau dan membeli 10 buah amplop yang sudah dikemas dalam plastik denngan harga 1.000 rupiah. Kami seengaja memberinya lebih karena sebelumnya kami telah mengatuhi cerita beliau dari sini. š
Ping balik: Kisah Bapak Tua Penjual Amplop (Renungan Hidup) « cyber storage
ijin sedot ya pak
ābapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkapā¦.ā…
..T_T.. Subhannallah
Ping balik: Menanti Kunjungan ke-1.000.000 | Catatanku
inilah pelajaran kita . . .smoga kta senantiasa berbagi . ..jika qta tdk punya harta . .masih bisa qta gunakan dengan berdoa dan sholat duha . .inshaallah berkah amin
Bismillah.
izin repost ya pak tulisan ini dan sekuelx di blog ana http://aboeshafiyyah.wordpress.com
Mantap lur
ceritanya mengahrukan mas….saya langsung nangis pas baca cerita ini….menyadarkan saya bahwa harusnya saya bersyukur sekali atas nikmat yang telah allah berikan kepada saya….inspiring mas…dan sebagai pengingat bagi kita untuk bisa mensyukuri nikmat yang allah telah berikan kepada kita….
ijin share juga ya mas…..
ikut ngeshare gan……………
izin copasmas bro . . .
Duh ikut sedih pak, banyak sisi yg kena.
semoga jadi amalan pak Rinaldi juga.
Lumayan buat pas pergi kondangan kan sering butuh tu ^^
Izin share pak…….semoga tulisan ini menggugah semangat kita untuk lebih perhatian kepada “wong cilik” yang tak mau menyerah dan tak mau mengemis……
mengharukan sekali kisahnya….
ga kuat ne mata…
saya ijin share di fb yah pak..
Touching Heart……keep writing Pak….. pasti sukses…
Terima kasih Pak, sangat menginspirasi. saya tidak sengaja nemukan tulisan Bpk ini sewaktu searching kata “plastik”, kebetulan lagi mau cari plstik pembungkus untuk jualan baju..eh ternyata nemukan tulisan ini, penasaran juga kata hati saya…alhamdulillah ternyata memang benar2 mencerahkan. Beatul kata Bapak, skali-kali kita hrs sempatkan membeli dagangan seperti orang tua itu….insya Allah membawa berkah. Orang seperti bapak tua itu jauh lebih mulia dari mereka yg suka meminta-minta…termsuk org2 pintar yang suka meminta bantuan pake proposal utk sosial tapi ujung-ujungnya lebih banyak utk kepentingan pribadi
Skali lg terima kasih ya Pak…Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Pak, adanya setiap jumat saja?
saya ingin membeli amplop itu.
Ping balik: Kisah Inspiratif : Bapak Tua Penjual Amplop Itu « Willy Fandri's Idea
ya Allah, jadikanlah kami orang2 yang selalu bersyukur kepadaMu…
mengharukan.. š¦
ane jadi inget ama ibu2 tua di jl. kaliurang di jogja..
biasanya malam-malam ibu2 itu lesehan dan jualan kerupuk (ya, kerupuk) di dekat angkringan samping BRI Colombo..
padahal ibu itu buat jalan aja udah susah..
and I cried…
subhanallah…
sungguh memberikan pelajaran buat saya pribadi.
ijin share, semoga bisa bermanfaat bagi yang lain…
Ya allah…saat membca artikel ini q merinding n tak trsa air mata q jtuh…
Sungguh hal sulit d percya dmn qt smua hdp brfoya’ n berkucupan mlah dluar sna ada yg bkrja krs demi khdupanx n slalu brbuat jjur n sabar dlm menghdapi cobaan..
Sungguh engkau org yg mulia n tak pernh menyerah,iklas menjalani hdup ini wlaupun hdp dng apa adax…
Reblogged this on zsahrameizhella.
sedihh baca artikel’a š¦
Terharu… air mata saya hingga menetes. T_T
Subhanallah..
Mdh2an slalu ada rezki utk qta dan mereka yg tdk mampu.
Ping balik: Mari Sayangi Lansia | my lil' world
sangat menyentuh :-‘( mohon ijin saya share di blog saya ya pak, agar lebih banyak yang membaca dan terketuk hatinya untuk membantu orang-orang seperti si bapak tua ini… karena sedihnya pemerintah ‘tidak/belum’ peduli dg kehidupan golongan miskin yang harus menopang hidupnya dengan cara-cara seperti ini. meski halal, saya kira mencari nafkah dg berjualan amplop masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar saja..apalagi kebutuhan sekunder dan tersier lainnya š¦
Terima kasih Pak, sudah berbagi kisah. Saya bangga dan kagum dengan kejelian bapak, melihat sesuatu tidak hanya dengan logika. Tapi juga perasaan (nurani). Semoga ini bisa jadi teladan, agar kita bisa lebih peka melihat sekeliling kita, saling peduli dan berbagi. Subhanallah…
Tolong BUAT PARA PEMBACA yang INGIN MEMBANTU dan berada di luar kota BANDUNG
urungkan niat anda, bapak penjual amplop ini tanggung jawab tetangganya, tanggung jawab masyarakat kota BANDUNG
tanggung jawab anda adalah TETANGGA anda yang berada tidak lebih dari 40 rumah dari anda dan masyarakat di dekat kota anda, lebih baik zakat anda ke orang-orang seperti bapak penjual amplop itu DAN TINGGAL DEKAT RUMAH ANDA
terimakasih sudah memperhatikan ….wassalam
Bapak, saya mohon izin share tulisannya. Terima kasih..
sy jg pernah ketemu dgn pedagang seperti itu. ketika itu sy d trminal, angkotnya lagi ngetem. waktu itu sy msh kelas 3 smp. ada bapak2 penjual kacang rebus yg udh dibungkusin plastik. udh larut malam tp bungkusannya msh sangat byk, kurang laku. sy iba dan kasian, tp pas sy nanya,”brp harga kacangnya pak?”,. eh eh eh, si bapak malah jawab,” mau beli apa cuman nanya,”. mendengar jawaban itu, sy lgsung hilang respek. gk tau sy apa isi kepala bk itu,……
SEBUAH pembelajaran dalah hidup kita…kadang apa yang kita anggap sepele tapi sangat berarti bagi orang lain…
subhanallah.. hati bergetar membaca.. semoga bapak tua itu selalu dilimpahkan rahmat, barokah.. amin.. mungkin Allah memberikan rezeky dalam bentuk lain.. iyaa, kesabaran, kekuatan, dan kesehatan beliau itulah bentuk rezeky yg diberikan Allah.. š
maka dari itu para sahabat.
janganlah kalian BANGGA makan di resto.krena pemilik resto pasti orang kaya.
tpi marilah kita makan d kaki lima. dimana keunyungan akan langsung brmanfaat bagi epnjualnya.
amin ya robbb
jangan juga bangga memakai banga mewah n bermerk.
Reblogged this on alisnaik and commented:
sekali-kali reblog di wordpress. tulisan bagus ini…
Sepertinya di acara mama dedeh waktu sahur, Bapak penjual amplop ini datang.
Dieksploitasi oleh media.
Reblogged this on jannahTees and commented:
Menarik untuk dibaca. Meminta-minta memang terlihat lebih gampang, namun bekerja, dengan hasil sedikit atau banyak, membawa kepada kemuliaan. Dan setelah usaha, masalah rezki serahkan pada Allah.
Amplop tidak hanya digunakan untuk berkirim surat kang, kadang juga saya membutuhkannya saat ingin memberikan uang secara diam2 atau agar tidak diketahui berapa isinya.
Dan tolong jangan berpikiran bahwa yang terlihat sepi demikian pasti tidak ada pelanggan. Kesan demikian membuat anda berpikiran dia lemah. Keberadaan dia dan belasan kotak amplop jadi bukti bahwa dia punya konsumen sendiri.
kalo kata guru saya, “apabila seorang membutuhkan ikan, jangan beri ia ikan tapi ajarilah dia cara mendapatkan ikan . dengan begitu kita sama saja telah memberinya ikan untuk seumur hidupnya”
membantu dengan membeli amplop itu bagus, namun menurut saya alangkah lebih baiknya kita memberi tahu dia bahwa jaman sekarang sudah tidak banyak yang membutuhkan amplop dan lebih baik dia berganti saja dagangannya dengan yang lain .
Dan sama2 kita pikirkan kira2 apa yang mampu sang bapak dagangkan (baik dari segi modal maupun tenaga)
orang yang udah yakin sama ALLAh pasti kuat…termasuk si bapak penjual amplop itu,pasti dia yakin kalo ALLAh udah ngasih jalan terbaik bwtnya…..
Izin Share Kk
subhanallah. hampir sama dikotaku ada nenek tua penjual sapu lidi, jumlah dagangannya tak lebih dari lima pcs sapu tiap hari, tapi beliau setia dengan profesi itu, dan luar biasanya begitu adzan terdengar nenek ini meninggalkan segala urusan duniawinya ( dagangannya di situ) dan menyongsong panggilan robbNya.
Idzin Dhare ya pak di Blog catatanku , , , ,
Subhanalloh… Bapak ini jauh lebih mulia dan patut dihormati daripada para pejabat dan anggota DPR korup. Semoga Alloh selalu menjaga Bapak ini dan memberi kemudahan rejeki yang lancar… saya yakin banyak hal disekitar kita yang sama dan luput dari perhatian kita… terima kasih atas sharingnya mas…membuat saya semakin sadar arti mencari rejeki yang barokah…
Susah cari orang yang sangat berusaha seperti bapak diatas. bacanya pingin nangis.. banyak orang mencari cara termudah, tgn berada dibawah, sudah keluar min. 500 rupiah. sedangkan bapak ini masih kemana kemari.. buat beli amplopnya dan dijual kembali, meski untung sedikit.
Ya Ų§ŁŁŁŁŁŁ ..rasanya ingin ksana juga untuk bs membeli amplop.memang terlalu banyak orang2 yg membuat hati kita miris dan iba..kmrn saya liat bapak2 tua memanggul lemari dipundaknya,menawarkan keliling komplek,bisa bayangkan ga sberapa berat beban yg dipikulnya.itu posisi magrib,,,bs jd dia dr pagi belum laku2.hiks sedih…
ya Allah ya Latif, Engkau bukakan jalan dan kemampuan kami untuk berbuat bagi saudara kami yang papa dan hancurkanlah tabir kemunafikan dalam hidup kami amin ya rabb
terharu ane gan pas baca yg waktu si bapak ngeluarin bukti pembelian amplopnya….
semoga tu bapak diberi rizki berlimpah.
amin
Reblogged this on it's my point of view and commented:
Dan inilah salah satu alasan gw untuk selalu beli kebutuhan pokok di warung tetangga, lebih mahal memang tapi insya Allah lebih barokah *lap ingus*
Mak, saya jarang menangis. Tapi hari ini air mata saya mengalir deras membaca tulisa emak.
Terima kasih, telah dibukan hati ini dengan kisah nyata yang sangat menyentuh dan mengharukan.
maaf Pak, ternyata tadi saya masuk tulisan reblogging dari emaknyashira. makanya saya panggil emak.. maaf sekali lagi ya pak, dan terima kasih tulisannya.
Ping balik: huge appaluse (y) | alfianrgl's Blog
Ping balik: Wajah Tua Itu Menyimpan Semangat Pemuda. | tHe IoF
izin re blog yaa paa
bukan uang yg dicari tetapi jasa yg benar” tulus saat menjalani.
jasa penjual amplop meski sudah jrang ada yg membeli/tak adalagi yg beli..dia tetap menyediakan amplop untuk di jual pada yg ingin mengunakannya. (y)
maaf sebelumnya kalo salah nanya, bapaknya sekarang masih d depan ITM g?? belah mananya kebon binatang?? awalnya mau beli cd game di depan ITB, nah… muncul dah threat ini, hihihihihi… kl ada yg tau, tlg ksh tau yaa. thx…
Ping balik: Setumpuk Amplop yang Saya Beli dari Bapak Penjual Amplop | Catatanku
Reblogged this on (Masih) Manusia Itu Unik, Saya Salah Satunya and commented:
sudah saatnya kita lebih peduli pada mereka yang berusaha
Pak… saya miris sekali baca ini. Minta izin reblog ya. Terima kasih
Reblogged this on My Book of Days and commented:
Mengingatkan Kita untuk Membagi Keberuntungan dengan Orang Lain, sekaligus Mensyukurinya
Cerita yang sangat menyentuh & membuat saya tersadar selama ini tidak memperhatikan hal-hal kecil seperti ini. Tuhan telah memperingati saya melalui tulisan mu – meskipun kita berbeda kepercayaan š
Terima kasih
semoga tuhan membalas ketaantan dia yah
-J.14
saya agak merinding membacanya.
Ping balik: Bapak Tua Penjual Amplop | springocean83
semangatnya untuk mandiri patut kita contoh
Ping balik: Bapak Tua Penjual Amplop Itu (Mengharukan) | Muslimah Corner
JIKA KALIAN BERTEMU DENGAN BAPAK INI DI SEKITAR ITB DAN DAGO.. JANGAN LUPA UNTUK MEMBELI JUALANNYA YA… DIA MENJAGA DIRINYA DARI MENGEMIS MAKA SEMOGA ALLOH MEMULIAKAN DIRINYA KELAK..
Cuaca hari itu sedang terik. Darta (78), bapak tua dengan gembolan keresek besar mencoba mencari tempat untuk menjajakan jualannya. Mengenakan baju putih dan penutup kepala merah kusam, Darta membuka lapak tepat di seberang pintu utama kampus Institut Teknologi Bandung (ITB).
Darta adalah penjual amplop. Jika kebetulan melintas di sekitar Masjid Salman ITB, ada sosok kakek renta yang sangat setia dengan ‘profesinya’. 12 Tahun sudah bapak tiga anak ini menjual lembaran demi lembaran kertas segi empat, yang kini sebenarnya sudah tergerus zaman.
Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu. Kini serba praktis. Amplop pun kini bukan jadi pilihan utama bagi kebanyakan orang.
Cukup ternganga memang, ketika di sekitaran Jalan Ganeca, Bandung orang menjajakan dengan barang serba bernilai, Darta hanyalah menjual kertas amplop.
Merdeka.com, saat itu mencoba menghampiri bapak tua tersebut. Tak kuasa melihat kondisinya. Tangannya gemetar, kakinya kusam, pendengaran pun sudah tak sempurna.
“Ini amplop cep (panggilan buat orang yang lebih muda),” kepada merdeka.com, saat menanyakan barang apa saja yang dijual.
Dia menjual amplop ukuran kecil 5×3 cm dan besar 10×9 cm. Kertas amplop berisi 10 itu dibungkus ke dalam plastik. “Yang besar Rp 1.000 isinya 10, kalau yang kecil Rp 2.000 isinya 20,” terangnya.
Sungguh terkaget mendengar harga yang ditawarkan. Mengapa kakek menjual semurah itu? “Saya masih dapat untung kok,” jawab kakek.
Kata dia, dalam satu bungkus plastik yang berisikan 10 amplop, bisa meraup untung Rp 200. begitu juga dengan yang amplop kecil berisi 20.
Berarti kakek hanya ambil untung Rp 200 saja? “Iya bapak beli Rp 800, jual Rp 1.000 Itu juga patut disyukuri. Bapak masih bisa makan, dan yang pasti bapak sehat,” ucap kakek yang enggan menaikkan harga amplopnya lantaran takut tidak laku.
Mengharukan memang mendengar jawaban jujur Darta. Keuntungan yang tidak seberapa, tapi dirinya berjuang untuk hidup. Istrinya hanyalah seorang ibu rumah tangga. Sedangkan anak-anaknya, terlalu sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
“Dari pada saya mengemis, lebih baik saya berjualan, bapak masih kuat kok,” jawab Darta dengan senyum.
Kebetulan hari itu Darta cukup laris jualan amplopnya. “Sudah 20 plastik habis,” ungkapnya sembari mengucapkan Alhamdulilah. 20 Bungkus dikalikan Rp 1.000 berarti, sudah mendapatkan Rp 20 ribu.
Paling banyak kakek ini pernah mendapatkan Rp 50 ribu. “Alhamdulilah itu juga, suka ada yang ngasih lebih,” ujarnya.
Tapi, jika belum rezekinya, Darta tidak pernah mendapatkan uang sama sekali. “Pernah muter-muter tidak laku dijual, atau ya kadang dapat Rp 10 ribu atau Rp 15 ribu,” ujarnya dengan suara lirih.
Tak selalu rezekinya di dapat di sekitaran kampus ITB, Darta pun mencoba peruntungannya di tempat lain. Biasanya dia membuka lapak di Simpang Lima, Dago, Bandung.
Atau di sekitaran Jalan Sukajadi, tepatnya di depan Rumah Sakit Sukajadi. Besar perjuangan Darta. Semua dia lakukan dengan berjalan kaki. Jarak ketiga tempat itu berjauhan. Diperkirakan Jalan Ganeca-Simpang Lima 2 kilometer, Jalan Ganeca-Sukajadi sekitar 5 kilometer.
“Bapak kuat kok, kalau pakai angkot uangnya nanti gak bisa buat makan,” imbuhnya.
Tak ada raut pesimis dalam wajah Darta. Meski hari demi hari dilaluinya dengan sulit, tapi dirinya yakin bahwa Tuhan telah memberikan jalan terbaik.
“Dulu bapak pernah jadi tukang sapu di SMA 3 dan 5 Bandung, tapi Bapak memutuskan untuk jualan saja, yang penting bapak tidak minta-minta,” ujarnya.
Tampak raut wajah sumringah di sela-sela obrolan. Sebab beberapa pembeli ada yang memborong amplopnya. Dia mengaku ingin pulang bisa lebih sore.
“Pengen pulang cepat,” singkatnya, yang sudah mengantungi Rp 30 ribu hari itu. Darta bertempat tinggal di Desa Cipicung, RT 6/RW1, Kabupaten Bandung. Jarak desa ini ke tempat kakek berjualan diperkirakan mencapai 20 kilometer.
“Bapak berangkat jam setengah 5 subuh. Di jalan bisa sampai dua jam. Ongkosnya bisa mencapai Rp 12 ribu, bolak-balik,” katanya.
Sungguh perjuangan luar biasa. 12 tahun lebih menjual amplop, Darta tak pernah mengeluh. “Tuhan punya jalan bagi orang yang mau berusaha,” ujarnya menutup pembicaraan.
http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-pak-tua-jujur-si-penjuallop.html
jujur,kisah ini memunculkan semangat saya untuk mencari uang sendiri dan berhenti me minta minta kepada orang tua saya,kalo di bandingkan bapak ini,tenaga saya masih cukup kuat untuk mencari uang sendiri,dalam hati saya,saya merasa malu pada bapak ini.
saya bisanya menyusahkan orang tua saya,dan insyaallah kisah ini akan menjadi pandangan saya untuk hidup lebih mandiri dan berhenti menyusahkan orang tua saya.
saya izin share ya pak..
Mangga. Itu cerita sudah lama, tapi si bapak penjual amplop masih terlihat berjualan di depan Salman setuap hari Jumat.
hmmm ,,, sangat inspiratif sekali ceritanya
meskipun sudah tua pantang menyerah, teteap berjuang demi sesuap nasi
salut
Ping balik: Bapak Tua Penjual Amplop Itu Telah Tiada | Catatanku
Ping balik: Belajar dari Kejujuran Kakek Darta – Kisah Inspiratif Kita