Tahu Mang Yadi dan Perjuangannya

Di kompleks rumah saya sering lewat pedagang tahu keliling bernama Mang Yadi. Dia menjajakan tahu cibuntu dengan sepeda motor. Tahu cibuntu adalah tahu Bandung yang terkenal karena rasanya enak. Saya termasuk pelanggan setia Mang Yadi, setiap dua hari sekali saya selalu membeli tahu atau tempe jualan Mang Yadi. Keluarga saya, terutama anak-anak sangat suka tahu dan tempe. Keduanya adalah makanan yang murah tetapi kaya gizi.

Mang Yadi dan dagangan tahu kelilingnya pakai motor

Mang Yadi adalah pendatang asal Pameungpeuk, Garut Selatan. Setiap pagi dia mengambil tahu dari sentra perajin tahu di kawasan Cibuntu, Bandung. Kata orang-orang, yang membuat tahu cibuntu itu terasa enak adalah air tanah yang digunakan dalam proses pembuatan tahu. Pernah tahu cibuntu diproduksi di tempat lain, tetapi rasanya kurang enak. Rupanya faktor air tanahlah yang membuat tahu cibuntu itu gurih. Tetapi, meskipun sama-sama tahu dari Cibuntu, tetap saja ada perbedaan rasa antara satu perajin dengan perajin yang lain. Saya sudah cocok dengan tahu yang dibawa Mang Yadi. Saya pernah membeli tahu cibuntu yang dijual pedagang lain, tapi kurang sreg rasanya, agak haseumlah, terlalu lembeklah, dan sebagainya.

Tahu cibuntu di dalam tong plastik yang dijual Mang Yadi

Saya terharu dengan kegigihan Mang Yadi berdagang tahu keliling. Keuntungan yang diperolehnya tidaklah seberapa. Setiap pagi Mang Yadi mengambil 800 butir tahu dari sentra Cibuntu dengan harga Rp600 per butir. Tahu sebanyak 800 butir itu dimasukkan ke dalam wadah dari tong plastik berwarna biru. Setiap tahu dijual Rp700 kepada konsumen, jadi Mang Yadi hanya mendapat untung Rp100 dari setiap tahu yang terjual. Total dia mendapat untung Rp80.000 jika semua tahunya laku atau tidak ada yang rusak. Jika ditambah dengan tempe yang juga dijualnya (tidak terlalu banyak), maka Mang Yadi mendapat tambahan Rp20.000 dari penjualan tempe. Jadi, jika dijumlah semuanya Mang Yadi mendapat untung kotor Rp100.000 per hari.

Rp100.000 itu baru laba kotor, jika dikurangi dengan uang bensin buat motor, sarapan pagi, dan membeli plastik pemmbungkus tahu, maka Mang Yadi hanya mendapat untung kira-kira Rp80.000 per hari, sebuah keuntungan yang tidak terlalu besar.

Meskipun keuntungan yang dioperoleh hanya segitu (Rp80.000), Mang Yadi tetap terlihat sebagai orang yang selalu bersyukur. Senyum di wajahnya tidak pernah hilang. Tidak sekalipun dia mengeluh, seolah semuanya dijalani dengan ikhlas. Jam 11 siang seluruh tahunya sudah habis, dan tibalah waktunya bagi dia untuk beristirahat sebelum memulai rutinitas membeli tahu dari perajin pukul 4 pagi keesokan harinya.

Saya kagum dengan Mang Yadi dan perjuangannya menjual tahu. Keikhlasan menjalani hidup adalah kuncinya, biarlah untung sedikit tetapi halal dan barokah. Tidak ada yang perlu dikeluhkesahkan, karena Tuhan akan selalu bersama orang-orang yang ikhlas.

Pos ini dipublikasikan di Romantika kehidupan. Tandai permalink.

6 Balasan ke Tahu Mang Yadi dan Perjuangannya

  1. Alris berkata:

    Mang Yadi mengamalkan hidup itu perjuangan. Barokah rejeki halal untuk Mang Yadi.

    • aris berkata:

      saya sebagai warga pameungpeuk yang berada di KSA salut buat mang Yadi

      • nadia323082 berkata:

        subhanallah perjuangan kepala keluarga yang mencari rizki halal tanpa harus meminta – minta kepada manusia:) semoga allah limpahkan rahmat dan pahala kpd setiap ayah yang bertanggung jawab, aamiin

  2. sabian berkata:

    ada yang punya kontak numbernya gak? saya mau coba kerja sama dengan dia, saya mau jadi reseller untuk tahu cibuntu di jakarta, terima kasih

  3. Ping balik: Generasi kedua tahu Mang Yadi | Catatanku

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.