Kisah Herayati, Anak si Tukang Becak yang Lulus Seleksi ITB 2014

Saya selalu terharu membaca kisah mahasiswa pejuang seperti di bawah ini, walaupun orangtuanya miskin, tetapi tidak menghalangi tekadnya masuk ITB, dan alhamdulillah dia diterima tahun 2014 ini.

Saya ingin bertemu dan memegang telapak kasar tangan ayahnya, tukang becak yang hebat itu. telapak tangan yang kasar akibat ditempa kerasnya hidup untuk menyekolahkan anaknya hingga berhasil masuk ITB.

Kalau anda tahu, sungguh banyak anak-anak cemerlang namun berasal dari keluarga tidak mampu seperti Herayati itu di ITB. Ada anak buruh cuci, ada anak tukang kayu bakar, dan sebagainya (salah satunya baca kisah yang pernah saya tulis dulu: Anak Penjual Kayu Bakar dari SMA 1 Pariaman Itu Diterima di ITB). Begitu banyak kisah inspiratif semacam ini setiap tahun, sungguh menyentuh, dan memberi semangat bagi siapa pun. Di ITB, ada ribuan beaisiswa yang bisa diraih oleh mahasiswanya. Yang penting masuk dulu, soal biaya dan uang belakangan.

~~~~~~~~~~~~

Herayati, Anak si Tukang Becak Lulus Seleksi ITB

Sumber: http://bantenraya.com/metropolis/7066-herayati-anak-si-tukang-becak-lulus-seleksi-itb

Herayati bersama ayahnya Sawiri tampak gembira menerima surat keterangan lulus tes dari ITB, Minggu (3/8).  (Sumber: http://bantenraya.com/metropolis/7066-herayati-anak-si-tukang-becak-lulus-seleksi-itb)

Herayati bersama ayahnya Sawiri tampak gembira menerima surat keterangan lulus tes dari ITB, Minggu (3/8). (Sumber: http://bantenraya.com/metropolis/7066-herayati-anak-si-tukang-becak-lulus-seleksi-itb)

GROGO -Keterbatasan ekonomi tidak menghalangi Herayati untuk menambatkan cita-citanya setinggi langit. Bersatus sebagai anak tukang becak, Herayati (19) ternyata mampu lulus di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Tinggal bersama keluarga kurang mampu menjadikan kebanyakan seseorang kurang bersamangat dalam meraih cita-cita setinggi langit dan memiliki pendidikan tinggi. Namun berbeda dengan Herayati, justru dengan latar belakang kurang beruntung, dia menjadi lebih bersemangat untuk terus belajar demi meraih cita-citanya. Tinggal di rumah sederhana di Lingkungan Masigit, Kelurahan Kotasari, Kecamatan Grogol dara berkerudung itu mempunyai cita-cita mulia. Meski penghasilan orangtuanya bisa dibilang sangat kurang, namun Hera begitu panggilannya bisa membuktikan kalau dirinya juga mampu bersaing dengan para pelajar lainnya yang lebih beruntung. Hal itu dibuktikannya dengan lolos tes di ITB Bandung.

Tentu tidak mudah untuk bisa lolos di institut ternama yang sudah banyak melahirkan para intelektual di Indonesia itu. Bahkan bagi para pelajar berduit sekalipun. Hanya bagi orang yang memiliki prestasi terbaik saja yang bisa masuk ke perguruan tinggi tersebut. Dalam sehari-harinya, Sawiri ayahanda Hera berprofesi sebagai tukang becak di sekitar wilayah Kecamatan Grogol. Penghasilannya pun tidak seberapa yakni hanya sebesar Rp 15.000. Jumlah tersebut tentu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi untuk bisa menyekolahkan anaknya hingga bisa ke perguruan tinggi. Namun tidak ada yang tidak mungkin bagi Hera, dia percaya Allah maha kaya. Berkat kegigihannya dan semangat yang cukup kuat, Hera juga menginspirasi masyarakat sekitar dengan memberikan bantuan kepadanya agar bisa menggapai cita-citanya besarnya itu.”Selama ada ada kemauan, Insya Allah ada jalan. Saya yakin Allah maha kaya,” kata Hera kepada Banten Raya mantap, kemarin.

Bukan kebetulan Hera bisa diterima di ITB. Sejak duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pulomerak dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pulomerak, Hera selalu meraih rangking pertama. Hal itu berkat kerja keras dan semangat belajarnya selama ini. Dia juga tidak patah semangat ketika dirinya tidak lolos dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) ITB akibat nilai mata pelajaran raport yang nilainya cukup besar diragukan kebenarannya. “Waktu ikut SNMPTN ITB, panitianya tidak percaya kalau nilai saya di raport besar-besar. Akhirnya saya ikut tes tertulis dan akhirnya saya diterima,” terangnya.

Keberhasilan dirinya dalam belajar tidak lain karena inspirasi orangtuanya yang selama ini hidup dalam kesusahan. Dia menginginkan orangtuanya bisa hidup lebih baik. “Saya ingin merubah hidup orangtua saya dan ingin membangun daerah kelahiran saya,” kata Hera seraya menyatakan cita-citanya selama ini menjadi konsultan perusahaan. Sementara itu, Sawiri, ayahanda Hera mengaku sangat bangga terhadap anaknya tersebut. Dia mengaku tidak bisa berkata-kata apapun ketika Hera dinyatakan lulus di ITB Bandung. “Saya tidak bisa berbuat banyak selain berdoa kepada Allah untuk kesuksesan Hera,” ucapnya seraya meneteskan air mata.

Dibagian lain, Ketua Rukun Tetangga (RT) Masigit, Munirudin menyatakan, masyarakat sekitar sangat terinspirasi oleh kegigihan Hera yang begitu bersemangat dalam belajar, Sehingga dia bisa diterima di ITB. “Masyarakat sekitar dengan sukarela memberikan bantuan kepada Hera agar bisa berangkat ke Bandung melanjutkan kuliahnya. Saya juga akan ikut serta memperjuangkan Hera supaya mendapatkan beasiswa,” katanya. (USMAN TEMPOSO )

~~~~~~~~~~~~~~

Anak Tukang Becak Lolos Seleksi di ITB

Sumber: http://www.jpnn.com/read/2014/08/07/250386/Anak-Tukang-Becak-Lolos-Seleksi-di-ITB-

Herawati menumpang becak orang tuanya. Foto: Radar Banten/JPNN.com

Herayati menumpang becak orang tuanya. Foto: Radar Banten/JPNN.com

CILEGON – Sawiri (62), seorang pengayuh becak asal RT 03 RW 01, Lingkungan Masigit, Kelurahan Kotasari, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon seperti tak percaya.

Putrinya, Herayati (19) dinyatakan lolos seleksi di Fakultas Matematika dan IPA Institut Teknologi Bandung (ITB). Prestasi itu membuat Walikota Cilegon Tb Iman Ariyadi rela meluangkan waktunya untuk menyambangi kediaman mereka.

“Awalnya setelah dia lulus sekolah itu, saya bingung dan tidak tahu harus berbuat apa karena dia (Herayati-red) kepingin kuliah,” ujar seperti dilansir Radar Banten, Kamis (7/8).

Namun berkat dorongan dari pihak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pulomerak, tempat anaknya sekolah, ia nekad menuruti permintaan putri keduanya itu.

“Bagaimana mungkin menguliahkannya, sedangkan penghasilan saya saja dari narik becak cuma Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per hari, itu juga tidak tentu. Kadang malah gak dapat sama sekali,” imbuhnya.

Potensi dan prestasi yang dimiliki Herayati selama iyang akhirnya meyakini pihak sekolah untuk memperjuangkannya masuk ITB.

“Tadinya ketika melihat nilai rapor Herayati, pihak ITB tidak mempercayainya. Tapi setelah lolos ujian tulis barulah mereka percaya,” ungkap Munirudin, Kepala MAN Pulomerak.

Pihak sekolah mencatat, sejumlah prestasi pernah diraih Herayati yang cukup membanggakan sekolah dan nama baik Pemerintah Kota Cilegon.

“Ia juga memiliki prestasi yang baik saat mengikuti olimpiade matematika tingkat nasional di Bandung beberapa waktu lalu,” bebernya.

Sementara itu, Herayati sendiri kepada awak media menerangkan prestasi yang ia raih selama ini merupakan bentuk bakti dan kecintaannya kepada orang tuanya selama ini.

“Kerja keras orang tua sebagai penarik becak sudah memotivasi saya selama ini. Dan saya meyakini, setiap ada keinginan pasti akan selalu ada jalan,” ucapnya. (**)

Pos ini dipublikasikan di Seputar ITB. Tandai permalink.

15 Balasan ke Kisah Herayati, Anak si Tukang Becak yang Lulus Seleksi ITB 2014

  1. Fiq berkata:

    Kereeen.. berkah yaa.. semoga sukses 🙂

    http://bit.do/alatuji

  2. asriasti berkata:

    Semoga sukses terus dek herayati… Insyalloh jalanmu dimudahkan oleh Alloh…

  3. iis berkata:

    semoga te hera slalu sukses, dan meraih cita2

  4. Dunia Pulsa berkata:

    Speachless baca kisahnya. Sementara di bagian lain banyak anak yang berkecukupan yang menyia nyiakan kesempatan yang mereka miliki 😦

  5. ceritariyanti berkata:

    Ijin reblog ya pak…

  6. ceritariyanti berkata:

    Reblogged this on Cerita Riyanti and commented:
    Wow… Sebuah kissah luarbiasa yang bisa menginspirasi banyak orang !

  7. Kang Jodhi berkata:

    apa kabarnya yudi april nando dari pariaman itu
    akhirnya masuk elektro atau if?

    Regards

    http://membacaarahbola.blogspot.com

  8. alrisblog berkata:

    Terharu membacanya. Semoga banyak anak hebat dan berbakat dari keluarga marjinal bisa mengikuti perkuliahan di institut/universitas ternama di negeri ini, aamiin.

  9. teguh berkata:

    terima kasih….atas inspirasinya…Ada kemauan ada jalan !!!

  10. Komarudin Tasdik berkata:

    Salut buat Mbak Herayati. Namun kadang-kadang membaca kisah sukses seperti ini jadi ngiri karena ada yang sudah berusaha rajin belajar, hidup sederhana dan berusaha ingin jadi orang baik, tapi tetap enggak jadi ranking satu. Alhasil kuliahnya gagal. Hiks..hiks…

  11. irwan pahlipi berkata:

    wah hebat, diterima di jurusan apa ya, siapa tahu sekelas dg anak saya… tp anak saya gak pernah rangking pertama, wlw msh di 10 besar, tp sering dapat nilai tertinggi di fisika saja… yg lain paling bhsa ingg dan matematika yg bagus, selebihnya biasa saja… krn itu gak pernah ranking 1, padahal si rangking 1 nya selalu kalah dari anak saya di 3 pelajaran tsbn… tp alhamdulillah dg modal 3 pelajaran tadi anak saya lolos juga sbmptn itb jurusan fisika mipa… katanya dia gak mungkin ranking 1 selama hidup, toh dia cuma suka dan merasa mampu di 3 pelajaran itu saja, jd lebih baik “rangking 1” di pelajaran yg dia suka dan mampu saja… toh nanti waktu kuliah juga tidak akan ada penjurusan, segala, jd apa gunanya rangking 1 secara umum yg berarti harus bagus di semua pelajaran termasuk seni, olahraga, agama, ppkn dll… gitu katanya…. mmg kebetulan di sekolahanak saya murid2nya kemampuannya tersebar, ada yg minat dan kuasai kimia, biologi, fisika, matemtika… kebetulan murid2nya bagus2, jd gak ada siswa yg amat dominan “jauh meniggalkan lawan2” …. mungkin sdh saatnya anak2 kita difokuskan utk optimalkan pada minat dan bakatnya, bkn lg ngejar rangking 1 krn ini cuma kebanggan sesaat saja…. tp ada juga sih sekolah yg anak pintarnya sedikit dan terlalu pintar dibandingkan semua anak lainnya dalam pelajaran apapun sehingga jd amat dominan…

  12. Anonim berkata:

    Pas baca judulnya kok kenal ya…

    Ternyata temen satu kelompok praktikum kimia saya :’)
    Bangga pak:’)

  13. Rayi berkata:

    teman saya ada pak, yang ayahnya sudah meninggal dari kecil, bisa masuk itb juga..
    tapi gak booming di media.. ahahah..

Tinggalkan Balasan ke Komarudin Tasdik Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.