ATM Beras dari Masjid Salman ITB

Ada yang baru di Masjid Salman ITB, yaitu keberadaan sebuah mesin ATM beras di pojok kantor masjid (depan kantor satpam). Biasanya mesin ATM mengeluarkan uang, tapi mesin ATM yang satu ini dapat mengeluarkan beras! Dengan menempelkan kartu elektronik RFID (Radio Frequency Identification) di bagian card reader, maka mesin ATM akan mengeluarkan beras dalam jumlah tertentu secara otomatis. Sewaktu makan di kantin Salman kemarin saya melihat mesin ATM beras ini, gambar di bawah ini wujudnya, mirip seperti ATM biasa, namun isinya beras.

atmberas1

Tidak semua orang dapat mengambil beras dari ATM beras (disingkat ATMB), tetapi beras yang ada di dalamnya hanya untuk kaum dhuafa saja, dan tentu saja dibagikan secara gratis. Jadi ATM ini bersifat sosial, karena tujuannya untuk membantu kaum fakir miskin yang karena kemiskinannya tidak mampu membeli beras. Kaum dhuafa (fakir dan miskin) yang berhak diseleksi terlebih dahulu lalu dibagikan kartu elektronik yang mirip seperti kartu ATM biasa.

atmberas2

Pencipta ATMB ini adalah alumni Salman bernama Budiaji.Budiaji sendiri adalah alumni Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1980.  Dikutip dalam laman http://kabar.salmanitb.com, Budiaji mengatakan:

ATMB ini bisa ditempatkan di masjid-masjid, kantor kelurahan, kantor-kantor BUMN, sekolah,  kampus atau di lokasi kantong-kantong kemiskinan lainnya.  Bahkan bisa jadi di area rumah orang kaya untuk menyantuni fakir miskin di sekelilingnya. “Bisa juga temporary ditempatkan di area bencana. Sumber berasnya bisa dari pemerintah (raskin), CSR (Corporate Social Responsibility), zakat, atau masyarakat yang peduli lainnya,” tutur alumni Asrama Masjid Salman ITB ini,

Secara fisik, perangkat ini berukuran 60 cm x 60 cm x 160 cm, berbentuk kotak/lemari, mirip mesin ATM biasa berkapasitas sekitar seperempat ton beras. Mesin ini juga dilengkapi dengan perangkat elektroniknya, modem hybrid untuk network GSM/satelit untuk daerah terpencil, serta sistem kontrol dan pemantauan berbasis  M2M (machine to machine) / IoT (Internet of Things).

Budiaji pun memaparkan, sistem pengelolaan dan pengawasan dibuat secara transparan sehingga masyarakat luas bisa mengakses via internet tentang data orang miskin yang disantuni, jumlah beras yang dibagikan, dan rincian pendistribusiannya. Selain itu, sistem juga akan memantau status level beras yg tersedia di tiap-tiap ATMB.

“Ditargetkan ke depan bahwa tidak boleh ada lagi rakyat yang lapar di negeri ini yang terpaksa mengemis di mana-mana. Lebih jauh lagi dari itu, ATMB ini bisa dikembangkan dan diproduksi lebih luas untuk penjualan beras secara otomatis melalui transaksi kartu elektronis,” katanya. Budiaji berharap, umat Muslim bisa lebih mengembangkan nilai-nilai kesalehan sosial melalui ATMB.

Hingga saat ini kaum dhuafa yang berhak mendapatkan beras dari ATMBN bejumlah 49 orang. Dikutip dari laman Antara,

Mekanisme penarikan beras dari mesin tersebut diatur berdasarkan jenis kartu yang dimiliki warga yakni bagi warga yang memiliki kartu kategori A bisa mengambil beras pada hari Selasa dan Jumat, bagi warga pemilik kartu kategori B mengambil beras pada hari Rabu dan Sabtu dan warga pemilik kartu kategori C bisa mengambil beras pada hari Kamis dan Minggu. Satu kali transaksi warga bisa menarik beras dari ATM Beras ini sebanyak 1,65 kg atau sekitar dua lite.

Semoga keberadaan ATMB dapat diproduksi secara massal dan dapat dijadikan ladang amal sholeh untuk berbagi kepada kaum yang membutuhkan. Saya mengapresiasi Mas Budiaji yang telah menemukan ATMB dan kepada Masjid Salman ITB yang mempelopori pemanfaatan ATMB untuk membantu mengentaskan kebutuhan pokok kaum dhuafa. Jazakallah.

Pos ini dipublikasikan di Agama, Seputar ITB. Tandai permalink.

3 Balasan ke ATM Beras dari Masjid Salman ITB

  1. Dhana berkata:

    Smg makim banyak org2 pandai yg menggunakan kepandaiannya untuk beramal yg baik, dan untuk memajukan peradaban yang baik pula. Amiiinn ya robbal ‘alamiiinn

  2. Ping balik: Masjid Salman Tempat yang “Radikal” | Catatanku

  3. Ping balik: Masjid Salman ITB Tempat yang “Radikal” | Pegawai Negeri

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.