Saudara sepupu saya di Pekanbaru beberapa hari yang lalu mengirim satu paket rendang kepada saya di Bandung. Ia akan berangkat haji minggu depan lewat embarkasi Batam. Sebagaimana kebiasaan orang Minang yang akan berangkat haji pasti tidak lupa memasak bekal yang satu ini: rendang padang atau cukup disebut rendang saja (bahasa Minang: randang). Rendang dijadikan lauk di tanah suci, karena makanan di tanah suci belum tentu sesuai demgan selera makan, dan rendang adalah cadangan lauk yang ampuh untuk menerbitkan selera makan selama beribadah haji.
Rendang yang dikirim oleh saudara saya itu adalah rendang yang berwarna hitam. Inilah rendang yang sebenarnya rendang. Rendang Padang yang asli adalah rendang yang berwarna hitam. Membuatnya cukup lama, sebab untuk mendapatkan rendang berwarna hitam diperlukan pemanasan beberapa kali dalam waktu beberapa hari.
Segera saya buka paket rendang tersebut, hmmmm… wangi, harumnya menyerbak ke seluruh ruangan. Saya pindahkan rendang itu ke dalam mangkok putih. Dari pengamatan saya sekilas isinya tidak hanya daging tetapi juga hati. Ya, ada rendang daging dan ada rendang hati.
Tahun lalu rendang dinobatkan oleh stasiun televisi CNN sebagai makanan terlezat di dunia. Jangan salah memilih rendang, sebab di berbagai daerah dan rumah makan juga banyak terdapat makanan yang disebut rendang yang warnanya coklat, tetapi sebenarnya bukan rendang, namun lebih tepat disebut semur daging. Ada pula kuliner yang terdapat di rumah makan Padang di pulau Jawa yang disebut rendang, tetapi sekali lagi itu bukan rendang namun “kalio rendang”, yaitu rendang yang belum jadi. Rendang yang benar-benar rendang adalah yang berwarna hitam. Di Sumatera Barat jika anda makan di rumah makan manapun, anda tidak menemukan rendang yang berwarna coklat atau kalio rendang itu. Semua rendang yang disajikan di restoran maupun acara kenduri pasti berwarna hitam. Jadi, kalau menyebut rendang haruslah lengkap dengan sebutan “rendang padang” untuk membedakannya dengan versi rendang di berbagai daerah lain di nusantara.
Saya sudah tidak sabar lagi ingin makan nasi dengan rendang kiriman tadi. Saya ambil sepiring nasi dan saya taruh beberapa potong daging rendang di atasnya.
Seperti kebanyakan orang Minang lain yang makan nasi dengan rendang, nasi itu diaduk dengan dadak randang. Dadak atau bumbu rendang yang sudah menghitam itu dicampur dengan nasi sehingga nasipun berwarna hitam.
Hmmm…. lahapnya saya makan 🙂
Dulu ketika ibu saya masih hidup, saya sering dikirimi paket rendang. Ketika kuliah di ITB kiriman rendang selalu datang minimal sekali dalam setahun. Biasanya setelah Hari Raya Idul Adha ibu saya mengirim rendang yang berasal dari daging sapi kurban. Yach, supaya dapat barokah dari daging kurban, begitu kata ibu saya. Seperti ibu saya, kebanyakan orangtua di Minangkabau mengirim rendang buat anak-anaknya di tanah rantau. Ketika orang Minang mudik ke kampung halaman maka makanan yang dicari adalah rendang yang asli, dan ketika kembali ke perantauan maka bekal yang “wajib” dibawa adalah rendang. Rendang yang dibawa dari Ranah Minang adalah pengikat tali batin dengan keluarga dan tanah kelahiran.
Sekarang orangtua saya tidak ada lagi, dan kiriman rendang dari Pekanbaru tadi mengingatkan saya pada rendang kiriman ibu.
Rendang makanan wajib orang minang, salam sesama penuaka rendang,,heheee
saya juga suka rendang padang…..dulu taunya rendang ya kalio itu tapi suatu waktu berkesempatan lebaran di rumah temen di batam kebetulan eteknya yg dr padang masak rendang item dan saya sukaaa…..ahhh pengeenn…sudah 5 bertahun2 tidak bertemu rendang yg item begini 😉
Saya termasuk anak rantau yg tak pernah dapat kiriman rendang Pak, haha..
Ongkos kirim rendang ke Jepang jauh lebih mahal daripada harga rendang itu sendiri, barangkali. Atau, sangat sulit mengirimkan makanan agak basah via paket ke luar negeri.
Dulu waktu di Bandung juga ga pernah dikirimi rendang Pak, hihi..
assalamualaikum… mohon info Pak gmana cara kirim rendang ke jepang..krn dah pernah coba kirim buat ponakan di jepang yg taraga jo Randang .. tapi ga bisa padahal dah dikemas..jazakumullah atas infonya..
kalo rendang kayak di rumah makan padang sederhana berarti palsu donk ? kan itu rumah makan besar ??
Saya tidak menyebutnya palsu, tetapi lebih tepat disebut “kalio rendang” atau “rendang kalio”. Itu rendang yang belum sempurna 100%, kira-kira masih 75% lah.
Memang randang asli itu berwarna hitam. Di kampung saya, Muaralabuh, randang berwarna hitam juga. Proses memasaknya lama, bisa seharian.
Kalau saya waktu sekolah dulu sering dikirimi sambalado tanak.
di riau nama rendang itu disebut rondang, terutama di kawasan kampar. masyarakat disana juga memasak rondang/ ondang itu sampai menghitam. dan bumbu hitam itu disebut dodo.
manteppp tuhhh,, enak sekali pasti rassanya…
Ping balik: Rendang Padang Kemasan “made in” Bandung | Catatanku
Bang Rinaldi, minta izin tulisannya udah dikutip untuk promosi rendang padang ya …
kalau jualannya sukses … nanti takkirimin rendang ke bandung … hehehehe
Silakan, War. Siapa yang jualan rendang?