Tampil Beda pada “Minangkabau Festival” dari UKM-ITB

Ini cerita tentang malam pagelaran kesenian Minangkabau pada Dies ke-39 Unit Kesenian Minangkabau (UKM) ITB, hari Minggu 27 April 2014. Dengan tajuk Minangkabau Festival, mereka menampilkan acara yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika sebelumnya acara pagelaran diadakan pada ruang tertutup di dalam gedung megah Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), maka kali ini acara pagelaran didadakan di ruang terbuka, yaitu di tempat yang menjadi monumental sejak ITB dulu kala, yaitu Lapangan Basket. Dari panitia saya dengar tujuan diselenggarakan di area terbuka adalah untuk lebih mendekatkan UKM-ITB dengan masyarakat umum dan mahasiswa Minang Bandung, karena pagelaran kesenian ini tidak dipungut biaya alias gratis nontonnya. Tahun-tahun sebelumnya ketika diadakan di Sabuga penonton harus membeli tiket masuk. Masalahnya bukan pada harga tiketnya, tetapi banyak calon penonton kecewa karena tidak memperoleh tiket, mereka harus masuk waiting list. Kapasitas setengah Sabuga yang kecil tidak mampu menampung penonton lebih banyak lagi. Pertunjukan UKM-ITB memang selalu ditunggu-tunggu dan membludak penontonnya.

Pertunjukan di ruang terbuka bukannya tanpa kendala. Bulan April ini Bandung masih dalam musim hujan. Hujan yang turun pada hari minggu siang sampai sore membuat galau panitia dies ke-39 Unit Kesenian Minangkabau (UKM) ITB. Jika hujan terus turun sampai malam hari, maka acara pagelaran kesenian di lapangan basket terancam gagal. Tapi untunglah Tuhan “mendengar” kegalauan para mahasiswa itu, pukul 17 sore hujan berhenti dan setelah maghrib langit sangat cerah. Para penonton terus mengalir ke lapangan basket dan duduk di bawah tenda yang disediakan. Penonton sabana rami, tumpah ruah memenuhi lapangan basket. Penonton yang tidak dapat tempat duduk terpaksa berdri atau duduk lesehan di atas lantai lapangan. Penonton tidak hanya mahasiswa, tetapi juga bapak-bapak dan keluarganya yang merupakan perantau urang awak di Bandung. Bagi penonton yang tidak bisa hadir di sana, panitia juga menyediakan live streaming via Internet.

Panggung talempong dan pemain musik tradisionil Minangkabau.

Panggung talempong dan pemain musik tradisionil Minangkabau.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pagelaran kesenian menampilkan drama yang diselingi tari-tarian, musik, dan lagu. Dramanya menceritakan sejarah lahirnya negeri Minangkabau dan asal mula kata Minangkabau itu. Sayang dramanya ditampilkan agak kaku dan tidak natural, jadinya kurang membekas dalam pikiran. Baiklah, ceritanya tidak terlalu penting dibahas, karena yang ditunggu-tunggu oleh para penonton sebenarnya adalah penampilan tarian, lagu minang, dan musik tradisionil.

Salah satu adegan drama

Salah satu adegan drama

Yang menarik adalah penyampaian cerita dalam bentuk kilas balik atau flashback oleh dua orang host dan dipadu dengan randai. Host pertama adalah seorang mahasiswa ITB yang diceritakan sedang menyusun Tugas Akhir tentang sejarah Minangkabau (TA yang aneh untuk keilmuan di ITB, tapi tak apa-apa namanya juga rekaan), dan host yang kedua pemandu wisata yang memerankan orang Minang kampung. Apresiasi perlu diberikan kepada dua orang host ini, karena melalui dialog-dialog segar dan celoteh-celoteh minang yang mengundang tawa, pertunjukan kesenian malam itu menjadi hidup dan membuat penonton terpingkal-pingkal. Memamg kalau acara pagelaran kesenian minang tidak ada lawaknya maka akan menjadi pertunjukan yang garing.

"Host " ciamik yang memandu acara.

“Host ” ciamik yang memandu acara.

Kalau tari-tarian yang ditampilkan tidak ada yang baru, masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, meskipun demikian sungguh rancak dibawakan oleh para mahasiswa itu (sebagian masih TPB). Yang saya ingat tarian yang ditampilkan adalah Galombang Pasambahan, tari Payung, dan masih beberapa lagi, yang ditutup oleh tari maskot UKM adalah tari Piriang Manggaro. Sayang jumlah tariannya kurang banyak, sebab yang menjadi inti pertunjukan adalah tari-tarian minang itu.

Tari Galombang Pasambahan

Tari Galombang Pasambahan

Tari Payung

Tari Payung

Tari Perang

Tari Perang

Tari Piriang Manggaro

Tari Piriang Manggaro

Saran saya yang pernah saya sampaikan ke adik-adik mahasisea sebelumnya agar menampilkan juga lagu-lagu minang ternyata terealisasi juga pada pagelaran ini. Sayangnya pilihan lagunya kurang pas, yaitu Bapisah Bukannyo Bacarai. Lagu ini ditampilkan di bagian awal acara, padahal acara kan belum selesai. Masih banyak pilihan lagu lawas Minang yang bisa ditampilkan untuk membangkitkan nostalgia penonton. Satu lagi, lagu minangnya hanya sekali saja, kurang banyak menurut saya.

Duet lagu minang

Duet lagu minang

Kekurangan utama pementasan malam itu adalah sound system yang jelek. Mik sering kali mati, serta suara dengung dari feedback mengganggu kenikmatan mendengar.

Secara keseluruhan penampilan malam itu sungguh rancak. Saya merasa cukup puas, saya nilai 8 deh untuk art performance kali ini. Penonton saya lihat tidak beranjak dari tempat duduknya dari awal hingga akhir acara (pukul 11 malam), padahal hari itu minggu malam lho, dimana besoknya sudah masuk kerja dan kuliah.

Catatan: mohon maaf foto-fotonya kurang tajam karena memakai kamera ponsel yang tidak bagus untuk foto malam hari. Di bawah ini foto dari akun Reisha Humaira di Facebook.

Screenshot beberapa foto yang diambil dari live streaming (by Reisha Humaira).

Screenshot beberapa foto yang diambil dari live streaming (by Reisha Humaira).

Pos ini dipublikasikan di Cerita Minang di Rantau, Seputar ITB. Tandai permalink.

5 Balasan ke Tampil Beda pada “Minangkabau Festival” dari UKM-ITB

  1. Catra berkata:

    hehehe beruntung sekali bisa jadi komentator pertama di Blog pak Rin. hehe

    Betul pak, mic nya sering mati dan mendengung, seperti tahun lalu nya mic kayak nya seperti sebuah kutukan yang belum mau pergi dari pagelaran ini. hehe.

    Betul pak, drama nya terkesan agak kaku, tapi adik2 saya lihat sudah berusaha sebaik mungkin, apalagi seperti ulasan pak rin di atas, untuk ukuran mahasiswa sudah sangat bagus, apalagi untuk mahasiswa teknik. 🙂

    Bagi saya, yang dulu pernah jumaplitan involve di pagelaran, latihan sampai pagi, penuh dengan dinamika, evaluasi yang keras, sukacita dll, kadang sekarang jadi kepikiran dan kangen masa2 itu pak hehehe jadi curcol…

    Thanks pak ulasannya, btw hasil kamera yg bapak jepret kurang bagus tuh pak gambar nya. hehe *piss*

  2. Reisha berkata:

    Postingan yang ditunggu2 nih pak tiap selesai pagelaran UKM, hehe. Setuju dg tulisannya pak. Tapi dalam bayangan saya, alangkah lebih baik kalau di dialog kedua host disisipkan cerita sejarah yang tidak tergambar di drama, jadi bisa lbh banyak pengetahuan yang diperoleh penonton ttg sejarah Minangkabau, ketimbang cuma joke2, hehe..

    Tari Parang saya baru lihat pertama kali selama di UKM, jadi tari ini baru buat saya, suka liatnya.

    Makasih juga pak udah dimuat fotonya 😀

  3. mardianis berkata:

    saya ikut senang dengan pertunjukan UKM ITB saya sebagai perantau minang kalau dekat pasti datang lain kali kalau buat pertunjukan bertema minang buatlah dalam ruang yang nyaman dan besar karna urang minang sangat banyak dimana2

  4. wasri berkata:

    Ternyata seru juga ya tarian minang. Kakek saya asli Bukittinggi, sayang saya belum pernah ke sana.Oya , saya pernah menurunkan tulisan tentang pengalaman ibu saya pulang ke bukittinggi, susah lama juga. Tulisannya memang atas nama ibu saya, tapi sebenarnya tulisannya saya yang buat. Terimakasih ya Pak atas ralatnya,seharusnya Ampek Angkek, saya malah menulisnya Ampe Angke. Mungkin bapak ingat url ini https://www.mail-archive.com/rantau-net@groups.or.id/msg01403.html. Sukses buat budaya Minang, salam kenal.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.