Jangan Kau Bunuh Anakmu!

Beberapa hari ini saya masih shock membaca berita tentang kasus pembunuhan yang dilakukan seorang ayah kepada anak kandungnya sendiri. Hanya karena masalah rebutan baju dengan kakaknya, Deni tega memukul anaknya, Kasih Ramadhani (7 tahun) dengan menggunakan bambu berkali-kali ke kepala dan badan anaknya. Coba kamu baca, sesudah selesai dipukul hingga berdarah-darah, Kasih masih sempat meminta maaf kepada pembunuhnya, yang tidak lain ayahnya sendiri.

Kasih Ramadani (7), berjalan sempoyongan mengambil air untuk membersihkan darah yang mengalir di wajahnya, di rumah Eko Hendro (40) di Dusun Buwek, Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Sabtu (21/2). Lalu, ia berjalan menghampiri ayahnya, Deni (30) yang telah memukulnya hingga berdarah untuk meminta maaf.

β€œAnak saya sempat cuci muka, lalu meminta maaf ke saya. Setelah itu dia roboh. Saya sangat menyesal,” kata Deni ayah Kasih yang membunuh anaknya sendiri saat dimintai keterangan polisi, Ahad (22/2).

Usai meminta maaf, Kasih masih sempat meneguk air putih dan kemudian roboh. Napasnya tersengal-sengal. Darah terus mengalir dari kepalanya. Ayahnya panik lalu membopong Kasih ke gubuk yang ada di kebun samping rumah Hendro. Ayahnya mengikatkan baju di kepala Kasih untuk membendung darah agar tidak terus mengalir. Tapi nyawa Kasih tetap tidak tertolong. (Sumber: Sebelum Meninggal, Kasih Minta Maaf pada Pembunuhnya)

Berita selengkapnya dapat dibaca di sini: Rebutan Baju dengan Kakak, Anak 7 Tahun Tewas Setelah Dipukuli Ayahnya

Hiks…hiks…hiks, saya menangis membacanya, terbayang jeritan pilu dan raungan Kasih karena dipukul bertubi-tubi oleh ayahnya yang kalap. Bayangkan anak yang masih kecil (berusia tujuh tahun), yang masih membutuhkan kasih sayang ayahnya, yang masih minta digendong atau dipangku, yang masih suka bermanja-manja, sekarang dihabisi nyawanya oleh ayah kandungnya sendiri. What a humanity?

Anak-anak nakal itu kan biasa, sirik-sirikan dengan saudara kandungnya juga biasa, bertengkar dengan adik karena rebutan mainan, makanan, atau pakaian adalah hal yang lumrah. Tetapi, orangtua yang marah besar kepada anak-anaknya sehingga sampai tega melakukan kekerasan fisik nakal sampai anak tersebut mati, maka kejahatan yang dilakukan oleh orangtua tidak sebanding dengan kenakalan anak-anaknya. Menyesali diri setelah anak kandung yang sejak kecil diberi makan dan dibesarkan dengan susah payah itu mati sudah tiada gunanya lagi. Nasi sudah menjadi bubur.

Orangtua boleh stres karena banyak masalah, tetapi otak harus tetap jalan dan tetap sadar, logika dikedepankan, hati jangan selalu dikuasai oleh nafsu amarah karena setan ada di belakangnya. Semarah apapun kondisinya, seseorang harus dapat membedakan mana perbuatan yang melampaui batas. Punya masalah dengan orang lain atau dengan pasangan jangan sampai anak sendiri yang menjadi pelampiasan kemarahan.

Saya teringat dengan anak saya yang juga sepantaran Kasih. Meskipun saya kadang-kadang jengkel dengan ulah anak, tetapi saya selalu menahan diri untuk tidak marah secara berlebihan. Malahan saya seringkali menyesal setelah memarahi anak sampai-sampai saya sendiri tidak tenang bekerja di kantor. Sore hari ketika saya pulang ke rumah, saya ciumi anak saya sebagai tanda menyesal karena memarahi dia dengan berlebihan.

Nah, ini ada orang yang memarahi anaknya sampai setega itu hingga menghabisinya. Where is humanity?

Selamat jalan Kasih, semoga kamu mendapat baju yang lebih baik di Taman Surga.

Pos ini dipublikasikan di Renunganku. Tandai permalink.

8 Balasan ke Jangan Kau Bunuh Anakmu!

  1. Andik Taufiq berkata:

    Ga tega saya bacanya pak 😦

  2. Iwan Yuliyanto berkata:

    Ya Allah … innalillahi wa inna ilaihi rooji’un.

  3. Jumadi berkata:

    Kasih 😦

  4. rafira berkata:

    saya sampai nangis membacanya, sedih banget, pengen rasanya saya waktu itu ada untuk membelikan baju yang Kasih minta.

  5. Made Jaya berkata:

    saya juga sangat terharu, kasih semoga kau istirahat dengan tenang di sana nak, kami mendoakan mu dari sini.

  6. brang breng brong berkata:

    biadab..hewan juga syng pd anakny !

  7. Roni berkata:

    Saya merasa terharu sampai meneteskan air mata karena saya juga punya anak yg sering saya marah trimkasih pak sudah mengingatkannya

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.