Selama empat hari saya berada di kota Bangkok untuk menghadiri konferensi internasional yang diadakan oleh AUN/SEED-Net. Konferensi internasional tersebut bernama Regional Conference on Computer and Information Technology (RCCIE) 2013 AUN/SEED-Net adalah jaringan perguruan tinggi yang eligible di Asia Tenggara dan merupakan salah satu proyek yang didanai oleh JICA (Japan International Cooperation Agency). Kalau di Indonesia ada empat PTN yang termasuk jaringan AUN/SEED, yaitu UI, ITB, UGM, dan ITS. Semua biaya akomodasi dan perjalanan pp ke Bangkok ditanggung oleh JICA. Enak ya. Saya belum pernah mengunjungi Bangkok, jadi ini adalah kesempatan pertama saya ke kota yang ramai menjadi tujuan wisata itu.
Saya berdua ke Bangkok dengan teman dari Prodi Telekomunikasi ITB. Kami naik pesawat Thai Airways dari Bandara Soekarno-Hatta. Pesawat Thai hanya terbang satu kali sehari dari Jakarta ke Bangkok. Selain Thai Airways, Garuda Indonesia, Mandala Tiger Airways, dan Air Asia juga terbang ke Bangkok dari Jakarta.
Perjalanan dari Jakarta ke Bangkok ditempuh selama 3 jam dan 5 menit, kira-kira sama dengan lama perjalanan Jakarta-Manado yang saya tempuh minggu lalu. Kami mendarat di Bandara Suvarnabhumi yang megah.
Di bawah ini foto Bandara Suvarnabhumi yang besar, luas, dan megah. Mirip Bandara Kuala Namu di Medan. Bandara Suvannabhumi ini menjadi salah satu bandara hub di Asia, yang menghubungkan dengan banyak bandara besar lain di dunia.
Setelah proses imigrasi yang cepat dan simpel, kami keluar bandara. Kami dijemput pegawai hotel The Sukosol Hotel tempat kami menginap nanti. Konferensi diadakan di hotel itu juga.
Selama dalam perjalanan dari Bandara ke hotel saya mengamati banyak hal. Pertama, orang Bangkok dan orang Thailand umumnya mirip seperti orang Indonesia karena dari ras Melayu. Ada juga sebagian yang mirip-mirip chinese karena pencampuran dengan ras mongoloid.
Kedua, kota Bangkok mirip sekali dengan Jakarta, ya macetnya, ya padatnya, ya gedung-gedung pencakar langitnya. Bedanya kota Bangkok lebih teratur dan warganya lebih tertib dibandingkan orang kita (salah satunya dalam hal mengantri).
Saya juga menemukan tukang ojeg berseragan yang mangkal di pinggir jalan. Tidak ada bajaj di Bangkok, tetapi ada kendaraan yang mirip bajaj yag disebut tuk-tuk. Dengan orang-orangnya yang mirip dengan orang kita dan nuansa kotanya yang mirip Jakarta, saya merasa tidak sedang berada di luar negeri nih, tetapi serasa di Jakarta saja layaknya.
Meskipun masyarakat Thailand mayoritas beragama Budha, namun di Bangkok mudah ditemukan masjid. Dalam perjalanan dari Bandara ke hotel saya menghitung ada lima mesjid besar yang saya temui di pinggir jalan. Sayangnya saya tidak sempat sholat di masjid karena jaraknya dari hotel cukup jauh.
Aksara Bahasa Thai mirip seperti tulisan Sanskerta atau aksara Jawa kalau di negara kita. Saya tidak mengerti dengan aksara keriting itu, ha..ha..ha. Hampir semua nama gedung dan nama jalan memakai aksara Thai. Nama-nama jalan yang memakai aksara Thai itu mengingatkan saya pada nama-nama jalan di kota Yogyakarta yang memakai huruf Jawa. Satu hal lagi, orang Thai agak sulit berbahasa Inggris, jadi komunikasi kadang-kadang pakai bahasa isyarat dan main tunjuk gambar saja. (Bersambung ke Bagian 2)
Jadi pengen nih…
Terimakasih info yg bagus untuk yg akan tugas kesana, meski sedikit lumayan
Ras thailand bukan melayu tapi orang thai/ siam, etnis thai, melayu, jawa, batak, toraja, viet dan sebagiam besar asia tenggara adalah ras mongoloid..kecuali dari Maluku, NTT, dan papua. (Ada percampuran mongoloid dan ras lainnya)
Ping balik: Bangkok Halal 4D3N | Catatanku
Ping balik: Kolaps dan Booming Akibat Corona | Catatanku